Liputan6.com, Jakarta Covid-19 atau Virus Corona membuat China kehilangan lebih dari 1,3 triliun yuan (USD 196 miliar setara Rp 2.685 triliun) dalam dua bulan pertama 2020. Kondisi ini akibat penurunan besar pada sektor konsumsi dan pariwisata, menurut mantan Eksekutif Senior IMF.
Melansir South China Morning Post, Senin (24/2/2020), Deputi Managing Director IMF periode 2011 sampai 2016, Zhu Min, mengatakan Covid-19 membuat industri pariwisata kehilangan sekitar 900 miliar yuan (USD 128 miliar setara Rp 1.753 triliun) pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Sementara pengeluaran konsumen pada makanan dan minuman turun sekitar 420 miliar yuan (USD 59,7 miliar setara Rp 817,8 triliun.
Dari sinilah, total kehilangan China dari sisi ekonomi imbas Virus Corona selama dua bulan diprediksi mencapai 1,3 triliun yuan atau setara Rp 2.685 triliun.
Berdasarkan angka dari Biro Statistik Nasional China, nilai tersebut mewakili sekitar 3,3 persen dari total penjualan retail negara Tirai Bambu sepanjang 2019.
Meski belanja online terutama untuk layanan pendidikan dan masih bisa mengimbangi kerugian tersebut.Â
Belum Perhitungkan Penjualan Otomotif
Selama ini, belanja konsumen merupakan landasan dari perekonomian China, mencapai hampir 60 persen dari pertumbuhan tahun lalu.
Tetapi dengan maraknya Virus Corona di China, banyak pemerintah daerah enggan untuk membuka fasilitas umum seperti bioskop dan restoran untuk beroperasional kembali.
Prediksi suram Zhu ini, ternyata belum memasukkan angka penjualan dari sektor otomotif yang jatuh 20,5 persen pada Januari tahun ini. Ini merupakan penurunan bulanan terbesar dalam 15 tahun, menurut angka dari China Passenger Car Association.
Sedangkan penjualan dalam dua minggu pertama di Februari turun 92 persen dari periode yang sama 2019, terutama karena penutupan showroom.
Sepanjang 2020, Virus Corona menyebabkan penjualan mobil hanya mencapai 1.000.000, atau sekitar 5 persen dari total tahunan, mengutip data kelompok industri.
Â
Chen Wenling, Kepala Ekonom Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional China, yang berbasis di Beijing, mengatakan produksi nasional baru akan mencapai 80 persen pada akhir Februari.
Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama di bawah 4,5 persen. Sebagai perbandingan, perekonomian China tumbuh sebesar 6,4 persen dalam tiga bulan pertama di 2019.
Sementara Ekonom Bank Perancis Natixis memperkirakan Produk Domestik Bruto China tumbuh antara 2,5 dan 4 persen di kuartal pertama, tergantung pada seberapa cepat situasi negara tersebut bisa stabil dan efektivitas dari tindakan stimulus pemerintah.
Â
Reporter : Danar Jatikusumo
Advertisement