Hanya Untuk Orang Berduit, Stimulus Pariwisata Dianggap Tak Adil

Pengamat ekonomi menganggap stimulus yang diberikan pemerintah untuk menggenjot sektor pariwisata dianggap tak adil.

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Mar 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 10:00 WIB
Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akhirnya menggelontorkan subsidi untuk tiket pesawat dan tiket hotel demi meningkatkan kinerja pariwisata Indonesia di tengah dampak virus Corona yang merajalela.

Namun demikian, tak semua pihak setuju pemberian subsidi itu akan mendongkrak ekonomi sebagaimana yang diharapkan.

Pengamat Ekonomi Economic Action Indonesia (EconAct) Ronny P Sasmita menyatakan pemberian subsidi kepada orang yang "kelebihan duit" tersebut masih diragukan efektivitasnya.

"Yang dibutuhkan sejatinya itu intervensi strategis, bukan sektoral teknikal," ujar Ronny kepada Liputan6.com, Minggu (01/03/2020).

Ada alasan yang mendasari langkah tersebut kurang tepat. Pertama, masyarakat yang diberi subsidi adalah orang dari kalangan menengah atas, padahal tingkat konsumsi rumah tangga 40 persen kelas menengah bawah sedang morat marit.

"Nampaknya itu pilihan yang kurang bijak dan kurang adil. Kesannya seperti, yang kekurangan duit, nanti dulu. Yang disubsidi sekarang ini yang kelebihan duit dan suka jalan-jalan," imbuh Ronny.

Harusnya, tak hanya sektor pariwisata, pemerintah menentukan kebijakan intervensi untuk menjaga daya beli agar pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tidak anjlok, seperti pada kuartal IV tahun sebelumnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pariwisata Sudah Turun Sebelum Virus Corona

Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis berjemur di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Menurut Ronny, kondisi pariwisata memang sudah melemah dan bukan tertekan hanya karena isu Corona saja.

"Lihat saja, tahun lalu, growth sektor pariwisata hanya tersisa kurang dari 2 persen," lanjutnya.

Lebih lanjut, Ronny juga mengkritisi apakah tidak ada langkah lain yang bisa dilakukan untuk menurunkan harga tiket pesawat dan menggairahkan sektor pariwisata selain dengan memberikan subsidi dan menyuntik dana dari APBN.

"Apakah langkah yang ada untuk menurunkan harga tiket pesawat dan menggairahkan sektor pariwisata, hanya tersisa opsi subsidi, suntik dana dari APBN, sekaligus untuk mencover langkah penyelamatan Garuda secara cepat, sebagai salah satu pihak ketiga yang akan ikut mengeksekusi dana subsidi setengah triliun itu?" tanya Ronny, mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya