Labuan Bajo Bakal Punya PLTS Hybrid 70MW

Lokasi yang akan dibangun PLTS Hybrid 70MW, yakni Tana Naga dan Golo Mori.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Mar 2020, 15:10 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 15:10 WIB
Kementerian ESDM menfasilitasi MoU antara Scatec Solar AS dengan PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo untuk PLTS Hybrid 70MW di Labuan Bajo.
Kementerian ESDM menfasilitasi MoU antara Scatec Solar AS dengan PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo untuk PLTS Hybrid 70MW di Labuan Bajo.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menfasilitasi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Scatec Solar AS dengan PT Arya Watala Capital dan PT Flores Prosperindo untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid 70MW di Labuan Bajo.

President Director PT Flores Prosperindo Alfonso Pardede menjelaskan, perusahaan difasilitasi oleh Watala bertemu dengan Scatec, yang merupakan perusahaan pengembang energi baru terbarukan dari Norwegia.

Flores Prosperindo yang merupakan pengembang di bawah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Coporation (ITDC), berharap bisa mengubah Labuan Bajo menjadi sebuah konsep kota masa depan yang smart, clean, dan renewable energy.

"Kita pemilik lahan bekerja sama dengan ITDC difasilitasi oleh Watala dan bekerja sama dengn Scatec," kata Alfonso Pardede, usai menyaksikan penandatanganan MoU itu di kementerian ESDM, Jakarta, Senin ( 9/3/2020).

Menurutnya, kerjasama ini dilatarbelakangi karena pemerintah Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 pada 2023, dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dipilih sebagai lokasi diadakan KTT G20 tersebut.

"Saat ini 2-3 bulan yang lalu pemerintah meminta menjadi host event G20 tahun2023 dan rencananya di Labuan Bajo, nah saat ini mungkin salah satu pemerintah confidence nya ya ITDC yang memang sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan forum event seperti di Bali tahun 2013, salah satu sinergi bagaimana penyelenggaraan dengan ITDC dan yang lain untuk mensukseskan target presiden menjadi host G20 tahun 2023," ujarnya.

karena sebagai moderator atau tuan rumah G20 maka perlu kesiapan dan kerjasama antar stakeholders terkait, seperti perusahaan, Pemerintah daerah, dan Pemerintah pusat, hal itu bertujuan untuk meyakinkan panitia dari G20 kalau Indonesia siap sebagai tuan rumah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Proyek Awal

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel PLTS di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PT PLN menargetkan pengembangan lebih dari 1.000 megawatt PLTS atap yang terdiri dari inisiasi swasta dan PLN sendiri sesuai RUPTL dengan potensi tiga gigawatt untuk PLTS. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, dalam kesempatan yang sama Founder & CEO PT Enertec Mitra Solusi Mada Ayu Habsari, yang juga perwakilan dari PT Arya Watala Capital, mengatakan bahwa pihaknya berperan sebagai developer yang menghubungkan atau menjembatani kerjasama antar Flores Prosperindo dengan Scatec.

"Jadi di proyek ini kita jadi EBT developernya, kalau kita projek selalu ada developernya kan, kebetulan dari PT Flores Prosperindo sebagai pemilik lokasi, mereka minta kita untuk melistriki, kebetulan inikan projek untuk kawasan ekonomi pariwisata, untuk 10 destinasi new Bali," ujarnya.

Rencananya untuk tahap awal, ada dia lokasi yang akan dibangun PLTS Hybrid 70MW, yakni Tana Naga dan Golo Mori. Asalnya yang akan dibangun pertama adalah Tana Naga, namun karena Golo Mori dipilih sebagai kawasan untuk G20, maka Golo Mori lah yang diutamakan.

"Golo Moriori duluan karena untuk lokasi G20 untuk 70MW, totalnya ada 210MW. Sisanya bisa kemungkinan untuk kawasan lain tapi dilihat dengan kebutuhan lainnya. Karena event itu ada dua, satu G20 dan ASEAN SUMMIT, itu lokasinya juga sama," jelasnya.

Lanjut, Mada pun, menambahkan bahwa pembangunan PLTS di Golo Mori itu ditargetkan selesai 1,5 tahun, yang rencananya akan dimulai pembangunan akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021.

 


Butuh 1,5 Tahun

PLTS di Bendungan Jatibarang. (Dok PUPR)
PLTS di Bendungan Jatibarang. (Dok PUPR)

"Kalau sesuai target itu kita butuh 1,5 tahun untuk membangun kita harus selesai COD di tahun 2022. Harusnya start untuk semuanya mungkin dimulai akhir tahun ini 2020. Saya juga bicara dengan direktur Flores Prosperindo sendiri mereka kemungkinan akhir tahun ini atau awal 2021 mereka start bikin," ungkapnya.

Kendati begitu, untuk investasi sendiri Mada menyebutkan sebesar USD 70 juta atau sekitar Rp 1 triliun (USD 1= Rp 14,399). Selanjutnya, Mada mengungkap peran Scatec dalam projek ini sama halnya seperti Watala, yakni sebagai developer dan penyedia teknologi

"Sama seperti kita juga tapikan ada ketentuan dri pemerintah untuk masuk ke Indonesia tidak bisa direct, sebenernya kuta local partner Scatec. Teknologi dari Scatec, Scatec nyiapin teknologi," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya