Ada Wabah Corona, Pemerintah Inggris Gelontorkan USD 400 Miliar Bantu Sektor Bisnis

Pemerintah Inggris telah mengumumkan paket kebijakan fiskal baru untuk membantu sektor bisnis selama wabah virus corona

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Mar 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi Bendera Inggris
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Inggris telah mengumumkan paket kebijakan fiskal baru untuk membantu sektor bisnis selama wabah virus corona.

Melansir dari laman CNBC (18/3/2020), Dalam sebuh siaran pers harian mengenai perkembangan corona, Menteri Keuangan, Rishi Sunak mengumumkan mengumumkan, sebanyak USD 398 miliar berupa pinjaman dan jaminan yang didukung pemerintah.

"Kami akan mendukung pekerjaan, kami akan mendukung pendapatan dan kami akan mendukung bisnis. kami akan melakukan apa pun," kata Sunak.

Untuk itu, Sunak menambahkan, setiap bisnis yang membutuhkan, akan dapat mengakses pinjaman yang relah disediakan pemerintah.

Di antara kebijakan yang diumumkan, Sunak mengatakan bisnis yang lebih kecil akan dapat mengakses dana tuni hibah hingga £ 25.000.

Kemudian untuk National Health Service (NHS) Inggris, yang sudah di bawah tekanan bahkan sebelum wabah virus corona seperti saat ini, akan mendapatkan apapun yang dibutuhkannya.

Paket kebijakan ini terbit menyusul langkah-langkah serupa diambil di Italia, Prancis dan Jerman.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jadi Pusat Pandemi Virus Corona, Eropa Akan Tutup Seluruh Perbatasan

Italia Tutup Seluruh Wilayahnya Akibat Virus Corona
Seorang wanita berjalan di Lapangan Santo Markus, Venesia, Italia, Senin (9/3/2020). Hingga saat ini, sebanyak 9.172 pasien di Italia dinyatakan positif virus corona (COVID-19). (Anteo Marinoni/LaPresse via AP)

WHO menyatakan Eropa saat ini adalah "pusat" pandemi global Virus Corona COVID-19. Komisi Eropa pun berencana untuk melarang semua perjalanan tidak penting di seluruh zona perjalanan bebas Schengen Eropa, karena semakin banyak negara telah menutup perbatasan mereka untuk mencoba membatasi penyebaran Virus Corona COVID-19.

Presiden Komisi, Ursula von der Leyen, mengatakan dia akan meminta para pemimpin untuk mengimplementasikan tindakan ini pada Selasa, 17 Maret. "Semakin sedikit perjalanan, semakin banyak kita dapat memiliki virus," katanya.

Sementara itu, langkah-langkah baru pencegahan Virus Corona COVID-19 yang sulit di Prancis membatasi pergerakan dari rumah mulai berlaku pada Selasa.

Seperti dikutip dari BBC, Rabu (18/3/2020), hal tersebut disinggung dalam pidato televisi Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin 16 Maret. Dia mengatakan bahwa "semua perjalanan antara negara-negara non-Eropa dan negara-negara UE akan ditangguhkan".

Von der Leyen mengatakan bahwa penduduk jangka panjang, anggota keluarga warga negara Uni Eropa dan diplomat akan dibebaskan serta lintas batas dan pekerja kesehatan dan orang yang mengangkut barang.

Langkah-langkah memerangi Virus Corona COVID-19 ini akan diberlakukan setidaknya selama 30 hari.

Visa Schengen memungkinkan orang untuk bergerak bebas antara negara-negara UE tanpa pemeriksaan perbatasan. Warga negara anggota Uni Eropa non-Schengen juga akan diundang untuk menerapkan larangan perjalanan, termasuk Inggris.

Komentar itu muncul menjelang konferensi video dengan para pemimpin Uni Eropa pada Selasa yang diselenggarakan oleh Ketua Dewan Eropa Charles Michel.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya