BI Punya Peluang Turunkan Bunga Acuan Lagi, Tapi Bukan Prioritas

Bank Indonesia menyatakan prioritas utama saat ini adalah membawa nilai tukar rupiah lebih stabil

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Apr 2020, 17:22 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2020, 17:22 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak merebaknya pandemi corona Covid-19, Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Pada saat yang sama, BI juga mencegah pelemahan ekonomi lebih lanjut.

Akhir Maret yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2020 sebesar 0,10 persen mom yang membuat inflasi tahunan menjadi 2,96 persen yoy dan tahun kalender sebesar 0,76 persen ytd.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pemaparannya, Selasa (7/4/2020), membenarkan hal tersebut dengan menyimpulakan bahwa inflasi rendah dan realtif aman, meski memang ada resiko penurunan pertumbuhan ekonomi.

Dengan situasi demikian, Perry membeberkan bahwa dari sisi kebijakan suku bunga sebetulnya masih ada ruang, namun BI enggan untuk mengambil langkah tersebut sebagai upaya menekan perburukan ekonomi.

"Kalau dari sisi kebijakan suku bunga, memang masih ada ruang untuk penurunan suku bunga. Tapi masalahnya, apakah kita ingin menggunakannya," ungkap Perry, Selasa (7/4/2020).

"Di sinilah saya sampaikan, Bank Indonesia akan sangat hati-hati karena pertimbangan stabilitas nilai ruipah, karena kondisi keuangan pasar global itu masih mengandung ketidakpastian yang tinggi. Dan karena itu, prioritas sekarang adalah stabilitas eksternal," lanjutnya menjelaskan.

Perry menambahkan, yang menjadi prioritas saat ini adalah stabilisasi nilai tukar rupiah, meskipun BI memiliki ruang untuk penurunan suku bunga.


BI Cetak Uang Baru Demi Cegah Penyebaran Virus Corona

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Bank Indonesia melakukan kebijakan karantina uang sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona lewat uang tunai. Uang yang disetorkan perbankan ke bank sentral sehera dikarantina.

"Kami sudah melakukan karantina dari setiap setoran uang tunai perbankan, sudah kami lakukan karantina," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual dengan Komisi XI DPR RI dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua OJK Wimboh Santoso dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).

Sebagai gantinya, uang yang dikarantina tersebut digantikan dengan uang cetak baru. Langkah ini sudah dilakukan Bank Indonesia sejak munculnya kasus penyebaran Covid-19 di China dan Jepang.

"Ini bekerja sama dengan perbankan untuk pembayaran," lanjut Perry.

Untuk itu Perry meyakinkan persediaan uang tunai saat ini sudah cukup. Bisa digunakan sampai 6 bulan ke depan. Tak hanya itu, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan asosiasi untuk memberikan front loading dengan perbankan dengan mesin ATM yang diperbesar volume datau tingkatnya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya