Suku Bunga Acuan Turun Genjot Prospek Cerah Sektor Properti

Selain suku bunga, Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menjelaskan beberapa faktor lain turut memengaruhi prospek sektor properti antara lain ketidakpastian ekonomi domestik dan global.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Jan 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 06:00 WIB
Suku Bunga Acuan Turun Genjot Prospek Cerah Sektor Properti
Penurunan suku bunga Bank Indonesia diprediksi memberikan dampak positif terhadap sektor properti. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan suku bunga Bank Indonesia diprediksi memberikan dampak positif terhadap sektor properti. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, baik bagi pengembang maupun konsumen, permintaan untuk pembelian rumah dan proyek properti diperkirakan meningkat. Hal ini membuat sektor properti menjadi lebih menarik di tengah dinamika ekonomi.

Selain penurunan suku bunga, Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menjelaskan beberapa faktor lain turut memengaruhi prospek sektor properti antara lain ketidakpastian ekonomi domestik dan global.

"Ketidakpastian ekonomi domestik dan global, termasuk potensi krisis atau resesi, dapat menurunkan daya beli masyarakat dan minat investor di sektor properti," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Rabu (22/1/2025).

Namun, sejumlah kebijakan fiskal seperti subsidi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kemudahan perizinan dapat memberikan dorongan signifikan bagi sektor ini. Selain itu, proyek-proyek infrastruktur besar, seperti pembangunan jalan tol, transportasi massal, dan bandara, juga menjadi katalis positif, khususnya di kawasan sekitar proyek.

“Permintaan akan hunian dengan harga terjangkau juga tetap tinggi, terutama di kota-kota besar. Hal ini menjadi peluang utama yang dapat dimanfaatkan oleh sektor properti,” ujar Lanjar.

Rekomendasi Saham Properti

Seiring dengan peluang yang tercipta, saham-saham di sektor properti dinilai menarik untuk dikoleksi. Beberapa rekomendasi berdasarkan kategori meliputi proyek besar seperti Ciputra Development (CTRA), Summarecon Agung (SMRA), Pakuwon Jati (PWON).

Pada kelas hunian seperti Bumi Serpong Damai (BSDE), Alam Sutera Realty (ASRI). Komersial ada Intiland Development (DILD), Lippo Karawaci (LPKR). Dan untuk industri, Lanjar jagokan Bekasi Fajar Industrial Estate (BEST), Puradelta Lestari (DMAS). Lebih lanjut, Lanjar menyarankan fokus pada perusahaan dengan fundamental kuat dan portofolio proyek yang memiliki potensi permintaan tinggi.

 

Rekomendasi Saham

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menerangkan, optimisme di sektor properti terlihat dari lonjakan harga saham emiten-emiten properti di bursa. Saham seperti Bumi Serpong Damai (BSDE) dan Ciputra Development (CTRA) menunjukkan pergerakan positif yang signifikan.

"BSDE direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp 1.015, mengingat proyek-proyek besar yang sedang dikembangkan dan prospek permintaan yang meningkat. Sementara itu, CTRA, dengan target harga Rp 1.030, juga berpotensi meraih keuntungan dari kondisi pasar yang menguntungkan ini," kata Hendra.

Kombinasi antara kebijakan suku bunga rendah dan insentif pajak yang diperpanjang menjadi katalis utama bagi pertumbuhan sektor properti di tahun 2025. Dengan momentum ini, sektor properti diprediksi terus menjadi sorotan sepanjang tahun, seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor dan masyarakat terhadap potensi pemulihan ekonomi yang lebih kuat.

"Para pelaku pasar diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini dengan bijak, mengingat tren positif yang berpotensi membawa keuntungan signifikan," imbuh Hendra.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Penurunan Suku Bunga Bank Indonesia

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi kado awal tahun yang menggembirakan bagi sektor properti. Kebijakan yang diumumkan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, merupakan bagian dari strategi prostability dan progrowth, yang bertujuan untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

"Dengan suku bunga yang lebih rendah, masyarakat akan lebih mudah mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang pada akhirnya meningkatkan permintaan di pasar properti," kata Hendra.

Perry Warjiyo menjelaskan keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan dinamika global dan domestik, termasuk arah kebijakan suku bunga The Fed. Meskipun hanya satu kali penurunan Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan tahun ini, BI melihat peluang untuk menurunkan suku bunga guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Di sisi lain, pemerintah turut memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian properti hingga Rp 5 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa insentif ini memberikan diskon 100% PPN untuk pembelian hingga Rp 2 miliar pertama dari harga jual rumah, berlaku hingga Juni 2025. Pada semester kedua, diskon tersebut akan dikurangi menjadi 50%. Kebijakan ini diproyeksikan akan merangsang daya beli masyarakat, terutama kelas menengah, sehingga meningkatkan transaksi di sektor properti.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya