BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi Angin Segar untuk Saham

Sentimen inflasi AS hingga BI pangkas suku bung berdampak berbeda tetapi secara keseluruhan membawa efek positif bagi pasar saham dan pendapatan tetap dalam jangka panjang.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jan 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2025, 06:00 WIB
BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi Angin Segar untuk Saham
Sejumlah sentimen mengejutkan pasar pekan lalu. Hal itu mulai dari kesepakatan gencatatan senjata antara Israel dan Hamas, data inflasi Amerika Serikat (AS) hingga Bank Indonesia (BI) pangkas suku bunga acuan.(Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sentimen mengejutkan pasar pekan lalu. Hal itu mulai dari kesepakatan gencatatan senjata antara Israel dan Hamas, data inflasi Amerika Serikat (AS) hingga Bank Indonesia (BI) pangkas suku bunga acuan.

Mengutip PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Senin (20/1/2025), masing-masing sentimen berdampak berbeda tetapi secara keseluruhan membawa efek positif bagi pasar saham dan pendapatan tetap dalam jangka panjang.

Kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas akhirnya disetujui setelah konflik yang dimulai sejak Oktober 2023. Di mana perhatian tetap tertuju pada pertukaran sandera di antara kedua belah pihak serta peningkatan bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.

Sebagai salah satu konflik besar yang sedang berlangsung, gencatan senjata ini telah membawa sedikit kelegaan karena peluang penyelesaian menjadi lebih besar.

Setelah konflik mereda dan infrastruktur yang terkena dampak kembali dibangun, lonjakan pemulihan akan terlihat dan aktivitas ekonomi di zona tersebut.

“Khususnya kami memperkirakan harga energi akan mengalami tekanan ke bawah karena rute perdagangan lebih efisien dan ini juga akan kurangi tekanan inflasi global yang dirasakan sepanjang 2024,” tulis Ashmore.

Data Inflasi AS

Selain itu, data inflasi AS mengejutkan dengan data consumer price index (CPI) inti tahunan yang lebih lemah mencapai 3,2 persen. Ini adalah penurunan pertama sejak Agustus di mana suku bunga telah berfluktuasi sekitar 3,2 persen-3,3 persen.

Namun, tren penurunan umum tetap berlaku sejak mencapai puncak pada 6,6 persen pada September 2022.

Sejak rilis data inflasi ini, pasar berjangka telah perkirakan kemungkinan lebih tinggi untuk melihat penurunan suku bunga pada 2025.

Sementara suku bunga efektif untuk Desember 2025 tetap relatif tinggi sekitar 3,9 persen. “Kami telah melihat pengembalian k e bawah 4 persen dan peluang suku bunga lebih rendah tetap ada,” tulis Ashmore.

Namun, ini masih jauh dari tingkat terendah yang diharapkan pada September 2024, di mana pada satu titik, pasar perkirakan suku bunga turun hingga 2,8 persen pada Desember 2025.

“Dengan demikian, kami sekali lagi menekankan ekspektasi suku bunga secara historis tidak stabil,” tulis Ashmore.

Ashmore melihat satu-satunya hal yang tidak berubah adalah pasar terus harapkan penurunan suku bunga bahkan dot-plot paling bearish atau rendah pun masih harapkan penurunan suku bunga ke depan.

 

Sentimen Domestik

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Dari dalam negeri, Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75 persen yang mengejutkan memicu lonjakan pada sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga pekan lalu. Hal itu terutama pada bank-bank besar yang harga sahamnya melonjak.

Setelah itu, saham Indonesia terus mengalami reli sepanjang sisa pekan lalu. "Salah satu faktor utama dalam keputusan BI adalah perubahan sikap dari memprioritaskan stabilitas ke arah mendukung pertumbuhan sejalan dengan kebijakan dan sikap Presiden Prabowo,” tulis Ashmore.

Sementara itu, rupiah makin lesu terhadap dolar AS pekan lalu. Intervensi oleh Bank Indonesia untuk menjaga rupiah relatif moderat di mana rupiah melemah menjadi sekitar 16.365.

“Mempertimbangkan pemangkasan suku bunga baru-baru ini, kita telah melihat penurunan imbal hasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sekitar 20 basis poin dari Lelang terakhir, selain penurunan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menjadi 7,14 persen dibandingkan pada puncaknya di 7,28,”

Secara keseluruhan, Ashmore melihat sentimen tersebut diharapkan berdampak positif terhadap saham dan obligasi Indonesia dalam jangka panjang. "Untuk saham kami masih mendukung sektor yang sensitif terhadap pemangkasan suku bunga,”

Selain itu, imbal hasil obligasi akan turun seiring penerbitan obligasi akan tetap ketat pada 2025. “Pemotongan suku bunga akan terus berlanjut di AS serta bank sentral utama lainnya, yang selanjutnya akan menurunkan tekanan pada imbal hasil obligasi. Dengan demikian, kami tetap optimistis terhadap saham Indonesia dan memiliki durasi panjang untuk obligasi,”

Kinerja IHSG pada 13-17 Januari 2025

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 13-17 Januari 2025. Lonjakan IHSG itu didorong sentimen domestik terutama Bank Indonesia pangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (18/1/2025), IHSG menguat 0,93 persen ke posisi 7.154,65 dari pekan lalu di posisi 7.088,86.

Kapitalisasi pasar bursa menguat 0,56 persen menjadi Rp 12.472 triliun dari pekan lalu Rp 12.403 triliun. Demikian juga rata-rata frekuensi transaksi harian bursa melonjak signifikan. Rata-rata frekuensi transaksi harian melambung 34,77 persen menjadi 1,39 juta kali transaksi dari 1,04 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa meroket 33,50 persen menjadi Rp 11,64 triliun dari pekan lalu Rp 8,72 triliun. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa terpangkas 0,86 persen menjadi 17,51 miliar lembar saham dari pekan sebelumnya 17,66 miliar saham.

Selama sepekan, investor asing beli saham Rp 247,45 miliar. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu, investor asing jual saham Rp 2,11 triliun.

Selama sepekan, mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham properti dan real estate memimpin kenaikan dengan naik 5,02 persen.

Selain itu, sektor saham energi mendaki 3,03 persen, sektor saham basic materials menanjak 0,39 persen, sektor saham consumer siklikal mendaki 1,15 persen. Selanjutnya sektor saham keuangan bertambah 1,63 persen, sektor saham teknologi melambung 2,29 persen, dan sektor saham infrastruktur menguat 0,21 persen.

Sementara itu, sektor saham industri merosot 1,76 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,61 persen, dan sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 2,22 persen. Kemudian sektor saham transportasi dan logistik melemah 0,14 persen.

 

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya