Meski Ada Corona, Neraca Dagang Indonesia Surplus USD 740 Juta di Maret 2020

Surplus ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Februari yang tercatat sebesar USD 2,34 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Apr 2020, 11:59 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2020, 11:51 WIB
Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Angka tersebut menurun 9,99% dibandingkan Agustus 2018 yang sebesar US$ 15,9 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus sebesar USD 740 juta. Surplus ini lebih rendah dibandingkan periode bulan sebelumnya Februari yang tercatat sebesar USD 2,34 miliar.

Kepala BPS, Suharyanto, menyatakan surplus ini terjadi dikarenakan posisi ekspor Indonesia pada Februari 2020 alami kenaikan. Sementara kenaikan impor juga terjadi namun tidak begitu besar di Maret 2020.

Di mana nilai ekspor pada Maret 2020 tercatat sebesar USD 14,09 miliar atau naik 0,23 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan, impor tercatat sebesar USD 13,35 miliar atau naik 15,60 persen dari Februari 2020.

"Selama Maret 2020 kita masih alamai surplus USD 740 juta. Ini berita menggembirakan di tengah situasi seperti ini. Kita akan lihat kondisi bulan selanjutnya di April," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/4).

Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, Amerika Serikat menjadi terbesar yakni mencapai USD 3,0 miliar. Posisi ini meningkat dari periode sama tahun sebelumnya yakni hanya USD 2,2 miliar.

Surplus lainnya terjadi di negara-negara tujuan lain seperti India dan Belanda masing-masing USD 1,9 miliar dan USD 535 juta.

Sementara itu, defisit terbesar neraca perdagangan Indonesia terjadi di China yakni minus USD 2,9 miliar. Namun posisi ini masih cukup baik dibandingkan periode sama tahun lalu tercatat defisit sebesar USD 5,1 miliar.

Defisit lain juga terjadi dinegara ekspor tujuan lain seperti Australia dan Thailand yang masing-masing alami defisit sebesar minus USD 562 juta dan minus USD 892 juta.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Impor Senjata dan Amunisi Naik di Maret 2020

Warga Papua Serahkan Senjata Api dan Amunisi Kepada Satgas Yonif 411 Kostrad
Warga Papua Serahkan Senjata Api dan Amunisi Kepada Satgas Yonif 411 Kostrad (Foto:Merdeka)

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data impor Indonesia pada bulan Maret 2020. Tercatat, impor naik sebesar 15,6 persen, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Nilai impor tercatat sebesar USD 13,35 miliar.

Adapun presentase impor tahunan (yoy) mengalami penurunan sebesar 0,75 persen dari Maret 2019.

"Impor kita naik cukup signifikan karena impor nonmigas naik 19,83 persen month-to-month," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam siaran langsung, Rabu (15/4/2020).

Secara sektoral, nilai impor barang konsumsi naik 43,8 persen dari bulan sebelumnya sebesar USD 1,27 miliar. Barang konsumsi yang mengalami peningkatan impor ialah senjata dan amunisi dan bagiannya yang memang dilakukan impor secara rutin tiap tahun untuk pertahanan dan keamanan negara.

"Kebetulan pada 2020 jatuhnya di Maret," kata Suhariyanto.

Lalu, yang lainnya ialah komoditas pear dari China yang meningkat, lalu bawang putih juga meningkat 18,8 juta dan berasal dari Australia, dan Air Conditioner (AC).

Kemudian, untuk nilai impor bahan baku penolong meningkat 16,34 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 10,28 miliar. Barang-barang yang mengalami peningkatan ialah berbagai peralatan yang terkait dengan portable receiver (handphone dan elektronik) hingga emas.

Nilai impor barang modal mengalami penurunan tipis 1,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sebesar USD 1,8 miliar, namun secara yoy turun cukup dalam sebesar 18,07 persen.

Ekspor Maret 2020 Naik Tipis Jadi USD 14,09 Miliar

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Maret 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen dibanding bulan sebelumnya Februari 2020. Ekspor Maret tercatat sebesar USD 14,09 miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 14,06 miliar.

Sementara jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai ekspor Maret 2020 justru tercatat alami penurunan yakni 0,2 persen. Di mana, periode Maret 2019, ekspor Indonesia tercatat USD 14,12 miliar.

"Ekspor kita menunjukkan peningkatan meskipun tipis tetapi meningkat yaitu sebesar 0,23 persen dilihat dari komponen nya di sana bisa dilihat bahwa selama bulan Maret ini ekspor Migas kita mengalami penurunan 16,29 persen harga tetapi Ekspor nonmigas kita masih mengalami peningkatan 1,24 persen," kata Kepala BPS, Suharyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/4).

Menurut sektor, ekspor seluruh komponen hampir mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Di mana sektor pertanian tercat sebesar USD 0,32 miliar atau naik 6,10 persen secara month to month (mtm). Kenaikan lainnya juga terlihat dari pertambangan dan lainnya mencapai USD 1,98 miliar atay naik 9.23 persen.

Sementara, penurunan terjadi di sektor migas yang tercatat sebesar USD 0,67 miliar atau turun minus 16,29 persen dibanding bulan Februari. Penurunan juga terjadi pada industri pengolahan yang tercatat sebesar USD 11,12 miliar atau turun minus 0,20 persen.

Adapun eksppr nonmigas menyumbang sebesar 95,22 persen dari total ekspor Maret 2020. Di mana masing-masing sektor industri pengolahan berkontribusi sebesad 78,92 persen terhadap total ekspor, kemudian tambang, 14.05 persen, migas 4,78 persen dan pertanian 2,25 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya