PSBB Bikin Konsumsi dan Investasi Turun

Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat ekonomi terdampak terutama untuk konsumsi dan investasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2020, 16:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2020, 16:30 WIB
Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani saat Work From Home atau Kerja dari Rumah. (dok. Instagram @smindrawati/https://www.instagram.com/p/B90ymKQp0sH/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat ekonomi terdampak terutama untuk konsumsi dan investasi.

Pihaknya hingga kini masih mengukur pengaruh pengurangan kedua kegiatan tersebut terhadap ekonomi nasional.

"Tidak ada kegiatan sosial dan ekonomi, ini akan mengurangi konsumsi dan kegiatan Investasi akan slowing down. Kita akan ukur ke depan sesudah kita lihat statistiknya," ujar Sri Mulyani dalam Video Conference di Jakarta, Jumat (17/4).

Sri Mulyani mengatakan, pemberlakukan PSBB di kawasan Jabodetabek yang diterapkan sejak pekan lalu cukup berdampak pada laju perekonomian nasional. Pasalnya, kawasan ini merupakan kawasan dengan kontribusi ekonomi nasional yang paling tinggi.

"Jabodetabek kan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional. Bisa direkap dari sisi investasi, konsumsi, dan ekspor impornya," jelas dia.

Sebelumnya, DKI Jakarta sudah menerapkan PSBB sejak 13 April 2020. Langkah tersebut juga diikuti oleh beberapa daerah di sekitarnya seperti lima kabupaten kota wilayah Jawa Barat segera memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka menekan penyebaran Virus Corona.

Jokowi Hitung Dampak Corona Terhadap Ekonomi di 2021

Jokowi Buka Raker Kementerian Perdagangan 2020
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta seluruh pihak agar tetap waspada terkait dampak lanjutan dari Covid-19 khususnya pada ekonomi di 2021.

Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut meminta para menteri terkait agar menghitung kembali mulai dari resiko domestik, hingga global.

"Betul-betul tolong dihitung dengan cermat, potensi, peluang, dan berbagai resiko yang ada baik domestik, maupun global," kata Jokowi saat membuka Sidang kabinet paripurna, mengenai refokusing dan anggaran di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4).

Sebab itu, Mantan Walikota Solo tersebut meminta agar seluruh menteri kabinet Indonesia Maju agar tetap fokus pada misi besar. Yaitu kata dia, reformasi strukural harus tetap berjalan.

"Fokus pada misi besar kita yaitu reformasi strukural yang harus tetap berjalan, reformasi untuk percepatan dan pemerataan pembangunan," ungkap Jokowi.

"Baik itu reformasi birokrasi, baik dalam peningkatan produktifitas, dan juga tranformasi ekonomi itulah misi besar kita," tambah Jokowi.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi akan Terkoreksi Cukup Tajam

Jokowi Pastikan RS Darurat Siap Beroperasi
Presiden Joko Widodo merapihkan masker yang digunakannya saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Dalam kunjungannya Jokowi memastikan Rumah Sakit Darurat siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi tajam pada 2020. Penurunan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga di seluruh negara akibat pandemi Corona Covid-19.

 "Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi 2020 akan terkoreksi cukup tajam," kata Jokowi saat membuka Sidang kabinet paripurna, mengenai refocusing dan anggaran di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020).

Mantan Walikota Solo tersebut menjelaskan, berbagai lembaga Internasional seperti IMF dan Bank dunia juga sudah memprediksi ekonomi global 2020 akan mengalami resesi. Menurut lembaga internasional tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia bakal tumbuh negatif.

 "Hitung-hitungan terakhir yang saya terima bisa tubuh negatif. Ekonomi global bisa tubuh negatif, minus 2,8 persen. Artinya tertarik sampai ke 6 persen," jelas Jokowi.

Sebab itu, kata dia, pemerintah harus menyiapkan skenario agar bisa pulih kembali. "Kita harus menyiapkan diri dengan berbagai skenario, kita juga tidak boleh pesimistis, dalam upaya pemulihan kesehatan maupun ekonomi, insyallah kita bisa," jelas Jokowi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya