Puluhan Tahun Untung, ASDP Indonesia Ferry Teguk Rugi Rp 68 Miliar Efek Covid-19

Sejak munculnya virus corona di Indonesia, manajemen ASDP Indonesia langsung melakukan sejumlah antisipasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Apr 2020, 19:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2020, 19:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Yandhi Delastama)
ASDP Indonesia Ferry (Foto:Liputan6.com/Yandhi Delastama)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi mengatakan sudah puluhan tahun perusahaan pimpinannya belum pernah mengalami kerugian. Namun di tengah pandemi Covid-19, perusahaan jasa penyeberangan ini harus merugi hingga Rp 68 miliar pada bulan Maret 2020. 

"ASDP tidak pernah rugi setelah sekian puluh tahun," kata Ira dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR-RI secara virtual, Jakarta, Selasa (29/4/2020).

Ira menyebut sejak munculnya virus corona di Indonesia, pihaknya langsung melakukan sejumlah antisipasi. Salah satunya dengan melakukan stress tes terhadap sistem produksi perjalanan.

Pada skenario pertama, pihaknya melakukan simulasi jika periode dampak pandemi ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu sejak Maret-Mei 2020. Dalam kondisi ini diperkirakan ASDP akan mengalami kerugian hingga Rp 68 miliar.

Pada skenario kedua dengan periode dampak Maret-Agustus 2020 ASDP memperkirakan akan mengalami kerugian hingga Rp 291 miliar.

Sementara pada skenario ketiga, jika periode dampak mencapai 10 bulan yakni Maret-Desember 2020, maka jumlah kerugian yang dialami sebesar Rp 478 miliar. "Jadi yang jadi pembeda di setiap skenario hanya periode dampaknya saja," kata Ira.

 


Terbantu Logistik

Melihat Megahnya Terminal Penyeberangan Eksekutif Sosoro Merak
Calon penumpang bersiap masuk kapal penyeberangan eksekutif di Pelabuhan Eksekutif Sosoro, Merak, Banten, Minggu (2/6/2019). Untuk menambah pelayanan dan kenyamanan, ASDP membuka terminal penyeberangan yang menyatu dengan tempat perbelanjaan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Selain itu Ira menyampaikan dari saldo kas akhir pada bulan Maret sejumlah Rp 1,3 triliun. Jika dalam keadaan terburuk maka ada saldo di angka Rp 818 miliar. Pada posisi terburuk rasio likuiditas ASDP yakni 236,4.

Dalam kondisi seperti ini perusahaan hanya bisa berjalan hingga pertengahan Juni 2021. Hal ini terjadi jika diasumsikan perusahaan sama sekali tidak ada pemasukan.

Namun, dia berpendapat hal ini tidak akan terjadi. Sebab pemerintah masih memperbolehkan aktivitas perjalanan untuk kebutuhan penyaluran logistik.

"Tapi saya pikir tidak terjadi kalau tidak dapat cash in sama sekali karena logistik tetap jalan," kata Ira mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya