Pengamat: Pendapatan Industri Penerbangan Anjlok 40 Persen Akibat Corona

Industri penerbangan nasional mengalami penurunan pendapatan 30-40 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2020, 13:00 WIB
20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Industri Penerbangan Marsekal Purn. Chappy Hakim mengatakan industri penerbangan nasional mengalami penurunan pendapatan 30-40 persen. Penurunan pendapatan akibat pandemi Covid-19 ini dampaknya sangat berat.

"Industri penerbangan kita sudah turun 30-40 persen dan itu dampaknya sangat besar," kata Chappy dalam diskusi virtual Populi Center dan SmartFM Network bertajuk 'Ekonomi, Bisnis, dan Fiskal Saat Ini', Jakarta, Sabtu (2/5).

Arus penumpang telah menurun drastis seiring dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Maskapai penerbangan nasional pun telah berusaha memaksimalkan rute yang masih bisa beroperasi. Termasuk saat ini banyak yang beralih ke penerbangan kargo.

Jika hal ini berlangsung lama, bukan hanya persoalan ekonomi yang bakal dihadapi. Hal teknis bagi awak kapal juga akan mengalami dampak.

Misalnya dalam hal validasi pilot. Jika pilot tidak melakukan penerbangan pesawat selama 6 bulan, maka mereka harus memperbaharui lisensi yang dimiliki. Termasuk pemeriksaan kesehatan secara umum dan beberapa prosedur lainnya yang harus diaktifkan sebelum kembali aktif.

"Beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum aktif lagi jadi kendalanya makin rumit kalau berlangsung dalam waktu lama," kata Chappy.

Kondisi ini juga dialami industri penerbangan global. Chappy menyebut dua pekan lalu Virgin Air Australia mengumumkan penerbangan rute Asia-Pasifik juga telah mengalami penurunan hingga 40 persen. Mereka juga sudah ada 33 ribu karyawan yang dirumahkan.

Pihaknya menyatakan akan bangkrut jika pemerintah setempat tidak memberikan bantuan kepada industri penerbangan. Salah satu konsultan di Australia juga menyebut 50 persen industri penerbangan akan bangkrut jika pemerintah tidak memberikan bantuan.

"Virgin Air Australia menyatakan mereka akan bangkrut kalau pemerintah tidak memberikan bantuan," kata Chappy.


Stimulus Ekonomi

Ilustrasi pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang. (dok. pexels.com/Asnida Riani)

Sadar akan vitalnya industri penerbangan dalam pergerakan ekonomi, Amerika Serikat langsung memberikan stimulus ekonomi pada sektor ini. Hal ini dilakukan Amerika lantaran tak ingin perekonomiannya terpuruk seperti pada peristiwa 1991.

"Menteri Keuangan Amerika Serikat memberikan stimulus pertama ke industri penerbangan," kata Chappy.

Lebih lanjut Chappy menuturkan industri penerbangan bagi Indonesia merupakan denyut nadi perekonomian. Sebab Indonesia merupakan negara kepulauan. Pergerakan orang akan lebih mudah dengan kehadiran industri penerbangan. Hal ini juga sangat penting bagi regulasi pemerintah pusat kepada wakilnya di daerah.

Transportasi udara juga merupakan sub sistem penerbangan global yang dikelola secara baik. Artinya pergerakan orang dan barang di tingkat global dikelola secara menyeluruh. Sehingga dalam hal ini Indonesia butuh penerbangan udara yang mapan dan memiliki sistem.

"Jadi indo butuh perhubungan udara yang mapan dan perhubungan udara yang punya sistem," kata Chappy mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya