Liputan6.com, Jakarta Miliarder sekaligus CEO JP Morgan, Jamie Dimon menyatakan mewabahnya virus Corona di hampir seluruh negara di dunia merupakan peringatan (wake up call) agar manusia dapat membangun keadilan di sekitarnya.
Dalam tulisannya di sebuah memo RUPS, Dimon bilang dirinya berharap seluruh orang bisa menjadikan momentum pandemi ini menjadi ajang membangkitkan ekonomi dan memperhatikan mereka yang berada di bawah dan jauh tertinggal.
"Realitanya dalam berapa bulan terakhir saja, bahkan sebelum pandemi menyerang, sudah terlalu banyak orang yang hidup diambang batas kemiskinan," ujarnya, mengutip laman Guardian, Jumat (23/5/2020).
Advertisement
Ini bukan pertama kalinya Dimon mengkritik sistem kapitalisme yang sebenarnya juga membawa dirinya menjadi kaya.
Tahun lalu, ketika senator Vermont Bernie Sanders (sosialis) menduduki peringkat suara terbanyak dari partai Demokrat, dia mewanti-wanti kalau sosialisme mungkin lebih rentan mengalami korupsi dan stagnasi yang lebih parah dari kapitalisme.
Adapun, Dimon dinilai cocok menjadi bendahara negara jika Joe Biden menang menjadi kandidat Presiden Amerika dari Partai Demokrat.
Bahkan jika menjadi Presiden, Biden juga dilaporkan bakal mencatut miliarder Michael Bloomberg sebagai Gubernur Bank Dunia.
Sementara, 36 juta warga Amerika telah mengajukan klaim asuransi pengangguran mereka 2 bulan terakhir sejak karantina diterapkan di Amerika.
Otoritas perbankan AS melaporkan, 40 persen rumah tangga yang berpenghasilan di bawah USD 40 ribu per tahun telah kehilangan pekerjaan mereka, terutama bagi pekerja wanita, orang yang masih terkena masalah rasial dan mereka yang tidak punya ijazah.
"Krisis ini harusnya kita anggap sebagai peringatan serta alarm untuk industri dan pemerintah untuk berpikir, bertindak dan berinvestasi untuk melawan hambatan yang menghalangi pembangunan struktur ekonomi yang inklusif selama ini," tutupnya.
Pandemi Corona Bikin Investor Terkaya Dunia Obral Kepemilikan Saham
Orang terkaya dunia sekaligus investor Warren Buffet terus menjual sahamnya di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Kejatuhan berlanjut ini terjadi pasca dia mengutarakan penyesalan lantaran bertaruh pada industri penerbangan di awal bulan ini. Yang terakhir terjadi pada Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Warren Buffet.
Buffet sendiri relatif tenang selama terjadinya penurunan pasar akibat virus corona. Ketimbang melakukan akuisisi besar-besaran, dia justru memangkas kepemilikan di Berkshire, mayoritas perbankan dan maskapai penerbangan, serta menumbuhkan tumpukan kasnya menjadi USD 137 miliar.
Menurut laporan Forbes, Selasa (19/5/2020), investor suhu asal Omaha tersebut baru-baru ini mengobral 84 persen sahamnya di Goldman Sachs, yang sempat ia investasikan sebesar USD 5 miliar selama krisis keuangan 2008.
Penjualan itu dilakukan lantaran saham di Goldman anjlok lebih dari 30 persen pada kuartal pertama 2020. Nilai investasinya yang tersisa saat ini berkisar USD 330 juta.
Melalui Berkshire, Buffet juga memotong investasi di JPMorgan Chase & Co sebesar 3 persen pada triwulan pertama tahun ini. Dia juga keluar sepenuhnya dari kepemilikan pada perusahaan asuransi raksasa Travelers, serta perusahaan energi Phillips 66.
Berkshire juga memangkas investasinya pada e-commerce raksasa Amazon sebesar 0,7 persen. Kendati demikian, perusahaan juga telah melakukan beberapa pembelian berskala kecil selama pandemi, seperti menambah kepemilikan sebesar 6 persen pada PNC Financial Services Group, salah satu bank pemberi pinjaman terbesar di Amerika Serikat (AS).
Sebagai catatan, Berkshire Hathaway melaporkan adanya kerugian bersih besar-besaran hampir USD 50 miliar di kuartal pertama tahun ini. Perusahaan menjual USD 6,5 miliar sahamnya pada April 2020, dan hanya membeli USD 426 juta selama periode itu.
"Jual-beli pasar selama wabah virus corona pada akhir Februari dan Maret berdampak signifikan pada bisnis perusahaan," kata orang terkaya lanjut usia ini.
Advertisement
Tetap Optimis
Catatan lainnya, Buffet juga memotong kepemilikan sahamnya pada 4 perusahaan maskapai terbesar di Negeri Paman Sam, yakni United, American, Capital Southwest Corporation (CSWC), dan Delta Airlines. Secara kumulatif, total ia telah menjual sahamnya di penerbangan sebesar USD 4 miliar.
Kendati demikian, Buffet teranyar mengatakan bahwa ia masih optimis perekonomian AS mampu bangkit kembali dan mengalahkan virus corona. Ungkapan serupa pernah ia lontarkan untuk menenangkan kegaduhan pasar ketika krisis keuangan melanda di 2008.
"Saya tetap yakin, pada dasarnya tak ada yang bisa menghentikan Amerika. Pada akhirnya, jawabannya adalah: Jangan pernah bertaruh melawan Amerika," seru dia.