Vietnam dan Thailand Cepat Pulih Usai Pandemi, Indonesia Jangan Terlena

Saat ini ada dua negara tetangga di Asia Tenggara yang menunjukan progres pemulihan dengan cepat, yakni Vietnam dan Thailand.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 10 Jun 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 15:50 WIB
Wisata di Pattaya Sepi
Seorang turis yang mengenakan masker mengambil gambar di luar kios suvenir di Taman Chang Siam, Pattaya, Thailand, Rabu (12/2/2020). Chang Siam Park adalah salah satu primadona bagi wisatawan China di Pattaya yang kini berangsur sepi karena penyebaran virus corona covid-19. (Mladen ANTONOV / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 2,97 persen pada kuartal pertama 2020 merupakan pertanda baik di saat negara-negara Asia lain melemah.

Namun, ia menyatakan, Indonesia jangan terlena lantaran negara-negara dunia saat ini tengah berfokus untuk memperbaiki perekonomiannya usai masa pandemi virus corona (Covid-19).

"Hampir semua negara akan berinvestasi terhadap recovery. Itu harus terus diperhatikan," seru Airlangga dalam siaran pers online, Rabu (10/6/2020).

Menurut Airlangga, saat ini ada dua negara tetangga di Asia Tenggara yang menunjukan progres pemulihan dengan cepat, yakni Vietnam dan Thailand. Kedua negara tersebut disebutnya punya daya saing ekspor yang kuat untuk meningkatkan angka perekonomian.

"Namun antara negara-negara di ASEAN yang punya daya saing kuat yakni Thailand dan Vietnam. Negara pesaing terdekat adalah Vietnam dan Thailand," ucapnya.

Sebagai tindak lanjut, ia mengutarakan, pemerintah terus berupaya untuk memperbaiki angka pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal akhir tahun ini.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020-2021 terlihat dari proyeksi IMF. Indonesia diperkirakan pada akhir tahun berada di angka 0-0,5 persen. Tetapi pemerintah tetap mendorong mulai dari 0,5-2,3 persen," ujar Airlangga.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menko Luhut: Dampak Corona, GDP Negara Baru Pulih dalam 5 Tahun

Menko Luhut Bahas Industri Mobil Listrik Nasional Bareng DPR
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memberi paparan saat rapat koordinasi membahas pengembangan kendaraan listrik nasional di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/11). Langkah ini sebagai upaya menekan emisi gas buang. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, dampak penyebaran Virus Corona membuat ekonomi suatu negara baru bisa pulih setelah 5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan pembahasan Menko Luhut dengan World Bank.

"Saya bicara dengan World Bank dampak dari pandemi Corona ini bisa sampai 5 tahun baru bisa pulih kembali income ataupun GDP suatu negara," ujar Menko Luhut dalam diskusi online, Jakarta, Selasa (2/6).

Menko Luhut mengatakan, Virus Corona telah menimbulkan perlambatan ekonomi secara global. Indonesia sendiri mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 2,9 persen pada kuartal-I 2020.

"Kalau kita lihat perlambatan ekonomi global, bagaimana China turun, Indonesia juga sampai sekarang masih bersyukur di 2,9 persen di kuartal pertama. tetapi kita harus hati hati juga jangan sampai turun lagi di bawah 0. Sedangkan Singapur juga sudah turun -2,2 persen. Jadi semua negara kena dampak Covid," jelasnya. 


Dampak Corona

luhut
Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat melakukan video conference dengan sembilan rektor dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, Rabu (20/5/2020). (Ist)

Dia melanjutkan, Indonesia sendiri terkena dampak Covid-19 dengan adanya penurunan kinerja pada 6 sektor penting penyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Padahal 6 sektor tersebut memberikan andil sekitar 69 persen pada ekonomi.

"Penurunan pertumbuhan paling signifikan terlihat di sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta konsumsi. Dari sisi permintaan, konsumsi dan investasi terkena dampak paling besar," jelas Menko Luhut.

Dia menambahkan, dari sisi konsumsi pertumbuhan pada kuartal-I 2020 dibandingkan dengan kuartal-IV 2020 dari 5,3 persen menjadi 2,7 persen. "Investasi dan konsumsi terdampak paling besar akibat Covid. Ini bukan terjadi di Indonesia saja tetapi di seluruh negara di dunia dan belum pernah ini terjadi," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya