Stok Minyak Melimpah, Perusahaan Kapal Tanker Diuntungkan

Pandemi Covid-19 meningkatkan permintaan jumlah kapal tanker di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2020, 20:45 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 20:45 WIB
Kapal Tanker
Petugas mengecek kesiapan kapal chemical tanker MT Sinar Morotai milik Samudera Indonesia di perairan Merak Banten, Kamis (5/12/2019). Salah satu armada berjenis chemical tanker ini bermuatan 4.500 KL untuk memenuhi asas cabotage dan transportasi logistik di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) melanjutkan strategi yang berimbang dengan menggabungkan pendapatan usaha dari kontrak time-charter yang stabil dengan margin laba yang tinggi.

Ini hasil dari kerjasama dengan pool operator, didukung oleh tarif sewa internasional yang tinggi pada kuartal kedua tahun 2020.

Hal ini mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat signifikan dibandingkan kuartal pertama 2020 yang sudah kuat, dan menghasilkan EBITDA dan Laba Bersih yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal yang sama di 2019, dan mencapai titik tertinggi baru.

"Dengan demikian, EBITDA pada tahun 2020 diperkirakan akan melebihi 2,5 kali dari tahun 2019 dan juga laba bersih akan meningkat 3,5 kali lebih tinggi dari tahun 2019," kata Direktur Utama PT Buana Lintas Lautan Tbk Kevin Wong dalam keterangannya, Kamis (16/7/2020).

Kevin melanjutkan hasil yang lebih baik ini disebabkan oleh pertumbuhan armada yang berkelanjutan pada kuartal kedua tahun 2020 di mana BULL menerima 3 kapal besar tambahan, yang mengembangkan armada menjadi 33 kapal dengan total kapasitas sebesar 2,3 juta DWT.

"Faktor lain yang meningkatkan kinerja BULL adalah dampak positif dari pandemi COVID-19," tegas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Permintaan Kapal Meningkat

Ilustrasi kapal tanker
Ilustrasi kapal tanker (Public Domain)

Baginya, pandemi COVID-19 telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam permintaan tambahan untuk kapal tanker minyak dan sempat mencapai titik tertinggi.

Dimana lebih dari 400 kapal tanker digunakan untuk penyimpanan minyak terapung pada puncaknya, yang merupakan sekitar 10 persen dari armada tanker global. Ini lebih dari mengimbangi penurunan konsumsi dan produksi minyak karena penutupan ekonomi dunia dan lockdown.

"Dinamika ini tercermin dalam tingkat TCE yang melonjak di kuartal kedua 2020 dari tarif sewa rata-rata yang sudah cukup tinggi pada kuartal pertama tahun 2020," lanjut Kevin.

Datanya, TCE rata-rata untuk kapal tanker Long Range 2 (LR2) (kapal tanker ukuran sekitar 110 ribu DWT) meningkat sebesar 74,8 persen sedangkan TCE rata-rata untuk kapal tanker Handy (kapal tanker ukuran sekitar 30 ribu-40 ribu DWT) turun menjadi 11,6 persen. Ini sejalan dengan tren sebagian besar permintaan penyimpanan minyak terapung terkonsentrasi di segmen kapal tanker yang lebih besar.

Namun, dampak COVID-19 lebih luas daripada hanya pada konsumsi dan produksi minyak. Karena sebagian besar ekonomi dunia memasuki masa lockdown dan pelabuhan-pelabuhan tidak beroperasi, termasuk semua negara pembangun kapal dan reparasi kapal terbesar, seperti China, Korea, Jepang, Singapura, yang menyebabkan penundaan pengiriman kapal baru yang sedang dibangun serta docking pemeliharaan yang diharuskan berdasarkan peraturan.

"Hal ini mengakibatkan antrian besar kapal yang harus melaksanakan docking pemeliharaan dan berhenti kerja sampai lebih dari 30 hari dalam beberapa bulan ke depan, setara dengan 5 persen dari armada tanker global," Kevin mengatakan.

Bahkan selama Juni saja jumlah kapal yang sedang melaksanakan docking pemeliharaan 84 persen lebih banyak daripada di bulan Mei 2020. Sebanyak enam VLCC sedang melaksanakan docking pemeliharaan selama Juni dibandingkan dengan hanya satu pada bulan Mei.

 


Permintaan China Meningkat

Kapal Tanker
Kapal chemical tanker MT Sinar Morotai milik Samudera Indonesia di perairan Merak Banten, Kamis (5/12/2019). Kapal ini merupakan salah satu armada berjenis chemical tanker yang bermuatan 4.500 kilo liter untuk memenuhi asas cabotage dan transportasi logistik di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari analisanya, pemulihan permintaan minyak China yang cepat yang telah mengakibatkan permintaan minyak melonjak menjadi 13 juta barel per hari pada kuartal kedua dan diperkirakan akan lebih tinggi lagi YoY mulai kuartal ketiga 2020 dan seterusnya dibandingkan dengan 2019.

Kondisi ini telah menyebabkan kepadatan pelabuhan yang parah dengan jumlah kapal yang menunggu untuk membongkar muatan mereka meningkat dari kurang dari 10 kapal pada bulan April menjadi lebih dari 70 kapal pada bulan Juni.

"Situasi ini diperkirakan akan berlangsung selama dua hingga tiga bulan karena impor China yang tetap kuat," ucap Kevin.

Yang lebih penting lagi, para produsen minyak dunia akan meningkatkan produksi mereka secara substansial di bulan Agustus. IEA memperkirakan produksi dari OPEC+ akan naik 2 juta barel per hari pada Agustus 2020 dan 2,7 juta barel per hari mulai Q3 2020 hingga Q4 2020.

Produsen shale oil Amerika Serikat juga diperkirakan akan meningkatkan produksi mereka sebesar 1,5 juta barel per hari sejak Agustus. Bersama dengan pulihnya produksi minyak Libya yang menambahkan total 0,9 juta barel minyak per hari tambahan, dalam waktu dekat akan ada tambahan 4,4 - 5,1 juta barel minyak per hari dari produksi baru yang akan meningkatkan permintaan atas kapal tanker secara signifikan.

"Mengingat besarnya pemulihan permintaan untuk kapal tanker dari peningkatan produksi minyak, tarif kapal tanker internasional diperkirakan akan tetap tinggi hingga akhir tahun 2020 dan berlanjut hingga tahun 2021," pungkas dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya