Wall Street Melesat, Indeks S&P 500 Tembus Level Tertinggi Baru, Ini Pendorongnya

Indeks S&P 500 dan Indeks Nasdaq mencatat rekor tertinggi di wall street. Selama sepekan, tiga indeks acuan berada di zona hijau.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jul 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2024, 08:15 WIB
Wall Street Melesat, Indeks S&P 500 Tembus Level Tertinggi Baru, Ini Pendorongnya
Wall street kompak menguat. Bahkan indeks S&P menguat ke level tertinggi baru dan mencatat rekor penutupan.(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Wall street kompak menguat. Bahkan indeks S&P 500 menguat ke level tertinggi baru dan mencatat rekor penutupan. Hal ini seiring laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) terbaru menghidupkan kembali harapan penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Mengutip laman CNBC, Sabtu (6/7/2024), indeks S&P 500 menguat 0,54 persen ke posisi 5.567,19. Indeks Nasdaq bertambah 0,90 persen menjadi 18.352,76. Dua indeks acuan wall street itu mencapai rekor tertinggi sepanjang masa selama sesi tersebut dan berakhir pada rekor tertinggi. Indeks S&P 500 mencatat rekor penutupan ke-34 pada 2024. Indeks Dow Jones bertambah 0,17 persen atau 67,87 poin ke posisi 39.375,87.

Selama sepekan, indeks acuan berada di zona hijau. Indeks Nasdaq naik 3,5 persen. Indeks S&P 500 menguat hampir 2 persen selama periode itu. Indeks Dow Jones bertambah hampir 0,7 persen.

Reli indeks S&P 500 pada 2024 telah tumbuh menjadi 16,7 persen, dengan indeks acuan tersebut membukukan kenaikan dalam empat minggu. Hal ini seiring investor bertaruh setiap pelemahan ekonomi pada akhir 2024 akan diatasi dengan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed).

Sementara itu, indeks Nasdaq naik 22,3 persen pada 2024.

Adapun data tenaga kerja yang dipantau secara luas yang dirilis pada Jumat pagi, 5 Juli 2024 mencerminkan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 206.000 pada Juni 2024. Akan tetapi, terdapat sedikit peningkatan pada tingkat pengangguran yang naik 4,1 persen. Ekonom sebelumnya prediksi tingkat pengangguran stabil 4 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS merosot seiring laporan kenaikan pengangguran akan mendorong the Federal Reserve (the Fed) untuk menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sentimen Suku Bunga The Fed

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Investor meningkatkan taruhannya pada penurunan suku bunga pada September dengan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin meningkat menjadi 77 persen, naik dari 64 persen pada pekan lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

“Di satu sisi, revisi ke bawah terhadap bulan-bulan sebelumnya dan kenaikan tingkat pengangguran meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga the Fed pada September, pasar obligasi tentu saja merayakan hal ini,” ujar Chief Global Strategist Princial Asset Management, Seema Shah.

Ia menambahkan, angka-angka itu tentu saja memicu sedikit kekhawatiran mengenai arah ekonomi AS. “Sejumlah besar data ekonomi semuanya menunjukkan pelemahan, laporan hari ini menambah gambaran tersebut,” ujar dia.

Di sisi lain, harga saham Tesla naik lebih dari 2 persen, membukukan kenaikan mingguan sekitar 27 persen. Harga saham Apple melonjak lebih dari 2 persen ke level tertinggi baru sepanjang masa.

Sementara itu, harga saham Nvidia turun hampir 2 persen menyusul penurunan rekomendasi di wall street yang menunjukkan kenaikan terbatas bagi produsen chip itu. Namun, selama sepekan, harga saham Nvida naik 1,7 persen.


Harga Saham Emiten Teknologi Reli di Wall Street, Ini Penyebabnya

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, saham-saham teknologi teratas di wall street berhasil membukukan kenaikan terbesarnya dalam lebih dari dua bulan. Kenaikan ini mengurangi kecemasan pasar mengenai perlambatan aktivitas ekonomi setelah pendapatan kuartal pertama yang besar.

Dilansir dari Forbes, Kamis (27/4/2024), Nasdaq, yang merupakan indeks acuan bagi emiten teknologi sempat naik 2% ke posisi 15.927,90 pada Jumat, 26 April 2024, mencapai titik tertinggi sejak 22 Februari, sementara S&P 500 meningkat sebesar 1% ke posisi 5.099,96. Indeks Dow Jones bertambah 0,4 persen ke posisi 38.239,66.

Selama sepekan, indeks S&P 500 menguat 2,7 persen. Indeks Nasdaq bertambah 4,2 persen dan indeks Dow Jones naik 0,7 persen di wall street. Demikian mengutip dari CNBC.

Reli pasar ini terjadi setelah Microsoft dan Alphabet sama-sama melaporkan pendapatan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi wall street. 

Menurut data FactSet, Microsoft mencatat pendapatan USD 61,9 miliar atau setara Rp 1.005 triliun (asumsi kurs Rp 16.241 per dolar AS) dan raksasa mesin pencari tersebut mengakhiri kuartal tersebut dengan penjualan USD 80,5 miliar atau setara Rp 1.307 triliun.

 


Saham Teknologi Lainnya

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Saham Microsoft naik 2% menjadi USD 408 atau setara Rp 6,6 juta per saham pada Jumat, sementara harga saham Alphabet melonjak lebih dari 10% menjadi USD 175 per saham dan membukukan rekor penilaian pasar sebesar USD 2,2 triliun atau setara Rp 35,730 triliun.

Alphabet juga meluncurkan dividen tunai sebesar USD 0,20 atau setara Rp 3.248 per saham dan mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai UDS 70 miliar atau setara Rp 1.136 triliun.

Di sisi lain, saham teknologi lain yaitu Amazon mengakhiri penurunan dua hari berturut-turutnya dengan menghasilkan keuntungan sebesar 3,5% pada Jumat, 

Ini karena tampaknya investor memposisikan diri mereka pada raksasa teknologi tersebut menjelang laporan pendapatan tanggal 30 April yang diperkirakan sebesar 82 sen per saham dari 31 sen per saham per saham. tahun yang lalu.

Adapun jumlah uang yang diperoleh investor dari saham-saham teknologi setelah reli pada Jumat sebesar USD 317 miliar atau setara Rp 5.148 triliun.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya