Liputan6.com, Pulau Sentosa - Sebagian besar pantai di East Coast Park, Sentosa, Singapura akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut kepada masyarakat di tengah upaya pembersihan pasca-tumpahan minyak akibat insiden kapal di Terminal Pasir Panjang.
Penutupan tepi pantai di East Coast Park membentang dari Area B hingga Area H.
Baca Juga
Dermaga dan Rocky Shore di Labrador Nature Reserve (Cagar Alam Labrador) juga ditutup, kata Port Authority of Singapore/MPA (Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura), National Parks Board/(NParks (Dewan Taman Nasional), National Environment Agency/NEA (Badan Lingkungan Nasional), Sentosa Development Corporation dalam pernyataan bersama pada 15 Juni.
Advertisement
Adapun di Sentosa, Pantai Tanjong, Palawan, dan Siloso akan tetap dibuka, namun aktivitas air dan berenang tidak diperbolehkan.
"Tempat penjualan makanan dan minuman, lintasan lari, lapangan dan jalur bersepeda juga akan tetap buka," kata pernyataan bersama itu.
Tumpahan minyak tersebut akibat insiden yang melibatkan kapal pengerukan berbendera Belanda Vox Maxima dan kapal bunker berbendera Singapura Marine Honor yang sedang berhenti pada 14 Juni lalu.
Karena arus pasang surut, minyak tersebut mendarat di sepanjang garis pantai termasuk di Sentosa, Cagar Alam Labrador, Kepulauan Selatan, Dermaga Marina Selatan dan Taman Pantai Timur, kata pernyataan itu.
"Tumpahan minyak dari kapal sudah dapat diatasi, dan tidak ada lagi kebocoran minyak dari kapal sejak tadi malam. Minyak yang keluar dari tangki yang rusak telah diolah dengan dispersan," tambah penjelasan pernyataan bersama tersebut.
"Tidak ada tanda-tanda tumpahan minyak di Sisters’ Islands Marine Park, namun kilau minyak terlihat di perairan sekitarnya, jelas pernyataan tersebut.
Pengerahan 18 Kapal Penanggap
Kapal patroli MPA dikerahkan untuk menyemprotkan bahan pendispersi pada tumpahan tersebut. Kontraktor tanggap tumpahan minyak MPA juga diaktifkan, dan tim mengerahkan oil boom, dispersan, dan oil skimmer untuk mengurangi dampak tumpahan.
Pernyataan bersama tersebut menyatakan 18 kapal penanggap telah dikerahkan oleh MPA, operator pelabuhan PSA, Singapore Salvage Engineers, Tian San Shipping dan T&T Salvage untuk melakukan upaya penahanan dan pembersihan di laut.
Hampir 1.500 m container booms telah dikerahkan dan lebih banyak lagi yang akan digunakan dalam beberapa hari ke depan untuk mencegah penyebaran minyak lebih lanjut ke pantai. Perangkat tersebut juga memfasilitasi pemulihan minyak yang terperangkap di garis pantai dan laguna yang terkena dampak untuk mencegah minyak tersebut kembali ke laut, tambah pernyataan bersama itu.
NParks juga telah mengerahkan unit boom penyerap minyak untuk melindungi Berlayer Creek dan Rocky Shore di Cagar Alam Labrador.
Meskipun West Coast Park tidak terpengaruh, unit boom penyerap minyak juga telah dikerahkan di sana untuk melindungi hutan bakau di Marsh Garden.
Advertisement
Sukaralewan Diperbolehkan
Dalam postingan Facebook pada tanggal 15 Juni, Menteri Pembangunan Nasional Singapura Desmond Lee mengatakan masyarakat telah menghubungi pihak berwenang dan ingin membantu, dan siapa pun yang ingin menjadi sukarelawan atau berkontribusi dengan cara apa pun dapat mengisi formulir keikutsertaan.
Menteri Desmond Lee menambahkan bahwa lembaga-lembaga pemerintah sedang berupaya untuk menahan tumpahan dan membersihkan daerah yang terkena dampak, dan masyarakat disarankan untuk menjauh dari pantai di East Coast Park serta tepi laut di Cagar Alam Labrador demi keselamatan mereka sendiri, dan untuk memungkinkan pembersihan profesional harus dilakukan.
Relawan akan diaktifkan jika diperlukan dan masyarakat akan diberikan informasi terkini mengenai situasi tersebut, kata Lee.
Masyarakat yang menemukan hewan yang terkena minyak dapat menghubungi Animal Response Center di 1800-476-1600.
National Environment Agency/NEA (Badan Lingkungan Nasional) sedang memantau kualitas air di pantai lain, sementara MPA akan melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
Tumpahan Minyak Misterius Picu Keadaan Darurat Nasional di Trinidad dan Tobago
Sementara itu, sebuah kapal yang terbalik telah menyebabkan tumpahan minyak besar-besaran di sepanjang garis pantai Trinidad dan Tobago, yang digambarkan oleh perdana menteri negara itu sebagai darurat nasional pada Minggu (11/2/2024).
Menurut Kantor Kesiapsiagaan dan Manajemen Bencana (ODPM) negara itu, tumpahan minyak terjadi pada 7 Februari di lepas pantai selatan Pulau Tobago. Sekitar 15 kilometer garis pantai, kata ODPM pada Sabtu (10/2), sekarang menghitam.
Foto-foto dari lokasi kejadian menunjukkan para pekerja pemulihan mengarungi lumpur hitam tebal, dengan sebagian besar pantai tertutup minyak. Beberapa lembaga pemerintah, termasuk setidaknya 1.000 sukarelawan, telah berupaya mengendalikan tumpahan minyak tersebut.
Perdana Menteri (PM) Keith Rowley dalam konferensi pers pada Minggu mengatakan situasinya tidak terkendali.
"Asal usul kapal tersebut belum teridentifikasi," ujar PM Rowley, seperti dilansir CNN, Rabu (14/2).
"Ini adalah keadaan darurat nasional dan oleh karena itu harus didanai sebagai pengeluaran yang luar biasa. Kami tidak tahu cakupan dan skala penuh dari apa yang diperlukan."
Pihak berwenang memasang boom – penghalang mengambang – untuk mencegah tumpahan minyak menyebar ke wilayah lain, kata Farley Augustine, sekretaris utama Dewan Majelis Tobago. Para pejabat juga telah mengirimkan penyelam untuk mencoba menutup kebocoran tersebut, namun belum berhasil.
"Apa yang harus terjadi adalah kita harus menemukan cara untuk mengekstraksi setiap minyak yang ada di dalam kapal, mengingat seperti yang telah kami tegaskan – tanpa mengetahui skema kapal tersebut," tutur Augustine.
Sementara itu, PM Rowley sendiri mengaku tidak yakin apakah itu kapal barang, tanker, atau tongkang karena hanya lunas kapal yang terlihat.
"Karakteristik fisiknya yang teridentifikasi berada di dalam air yang saat ini tidak dapat kita tembus," kata PM Rowley.
Advertisement