Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II akan terjadi kontraksi lebih dalam yakni minus 4 persen sampai dengan minus 6 persen. Hal itu seiring dengan penambahan jumlah kasus yang terus meningkat pada periode tersebut.
"Ini sangat bisaa dimengerti kalau dilihat pertambahan kasus covid-19 terus meningkat bahkan setelah new normal terus meningkat," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (21/7).
Baca Juga
Di samping itu, dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 akan kontraksi minus 1,5 persen sampai minus 3 persen. Menurutnya, angka tersebut menjadi ancaman bagi Indonesia karena resesi sudah berada di depan mata.
Advertisement
"2020 akan kontraksi dari minus 1,5 persen sampai minus 3 persen proyeksi CORE," katanya.
Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi minus sebesar 1,5 persen terjadi kalau puncak pandemi di kuartal III sudah berangsur turun dan pemerintah tidak lagi memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Akan tetapi, jika kasus masih meningkat sampai kuartal IV maka kontraksi bisa lebih dalam sampai minus 3 persen.
"Tapi kalau kasus akan terus meningkat sampai kuartal IV kontraksi bsia lebih dalam sampe 3 persen," tandas dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Global Diperkirakan Kembali Tumbuh Positif di 2021
International Monetary Fund (IMF) memprakirakan pandemi Covid-19 akan lebih besar dan berdurasi lebih lama diprediksi sebelumnya. Sehingga menyebabkan perekonomian dunia akan terkontraksi pada tahun 2020.
"IMF menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 diprakirakan berskala lebih besar dan berdurasi lebih lama dari prakiraan," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran persnya, Jakarta, Senin (20/7).
Hal itu disampaikan IMF dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 pada 18 Juli 2020 lalu. IMF juga menyampaikan perbaikan indikator ekonomi akibat pembukaan kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara masih relatif lemah.
Termasuk besarnya dukungan kebijakan stimulus moneter dan fiskal yang dilakukan berbagai negara. Melihat perkembangan itu perekonomian global diprakirakan baru akan kembali tumbuh positif pada 2021.
"Perekonomian global diprakirakan baru akan kembali tumbuh positif pada 2021," kata dia.
Untuk itu, selama belum ditemukannya solusi medis dalam menangani virus corona ini, penguatan kerjasama G20 sangat diperlukan. Demi mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih dalam pada perekonomian global.Â
Advertisement
Negara G20
Negara-negara G20 sepakat untuk meningkatkan kerjasama dan melanjutkan implementasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan.
Tujuannya untuk melindungi nyawa, menjaga lapangan pekerjaan, membantu masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan, dan meningkatkan ketahanan sistem keuangan sebagai respons terhadap penyebaran pandemi COVID-19.
Peningkatan kerjasama tersebut dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus dan memperkuat respons kebijakan untuk pemulihan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, berimbang dan inklusif.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.comÂ