Ekonomi Kuartal II 2020 Diprediksi Minus 4,3 Persen, Indonesia Siap-Siap Resesi?

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan resesi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Agu 2020, 16:30 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2020, 16:30 WIB
BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan resesi, tapi yang perlu dilihat adalah tren pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV sebagai dampak pandemi COVID-19.

“Kita berusaha supaya kuartal III itu apapun trennya, pokoknya harus positif, artinya pertumbuhan ekonomi kuartal III harus lebih baik dari kuartal dua,” kata Wamenkeu dikutip dari Antara, Senin (4/8/2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI kuartal kedua 2020 pada Rabu (5/8).

Kementerian Keuangan, kata dia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode April-Juni 2020 akan negatif 4,3 persen atau lebih rendah dari kuartal pertama yang meski turun namun masih tumbuh positif 2,97 persen.

Sedangkan resesi, lanjut dia, merupakan label atau status jika dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan perekonomian suatu negara negatif.

Pemerintah berharap kuartal III ekonomi Indonesia tidak tumbuh negatif lebih dalam dari sebelumnya, karena sedang menggenjot konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi, dan ekspor

“Nah ini yang lagi kita kejar. Kami harap tidak negatif (kuartal ketiga). Tapi kalau sampai negatif, jangan khawatir dengan urusan label,” kata Wamenkeu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi Turun

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Berbagai sektor di Jakarya yang anjlok akibat Covid-19 antara lain listrik dan gas, perdagangan, pendidikan serta industri olahan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Ia menyakini penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan II ini karena aktivitas ekonomi terhenti sebagai dampak COVID-19 sehingga penurunan tersebut merupakan bagian dari penyesuaian.

Sedangkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilonggarkan di sejumlah daerah untuk menggerakkan ekonomi, lanjut dia, diharapkan diikuti dengan protokol kesehatan agar penyebaran COVID-19 juga bisa ditekan.

“Jadi kalau ekonomi dan kesehatan sekarang harus jadi satu. Kalau kita buka kegiatan ekonomi tapi protokol kesehatan tidak diperdulikan itu bisa jadi bencana,” katanya.

Eropa Resesi, Ekspor Indonesia Terimbas

Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Uni Eropa resmi resesi. Ekonomi benua biru ini minus 11,9 persen pada kuartal II 2020. Sedangkan pada kuartal I 2020 juga telah mengalami minus 3,2 persen.

Negara penyumbang ekonomi terbesar di Eropa yaitu Jerman juga telah masuk jurang resesi dengan minus 10,1 persen pada kuartal II. Untuk kuartal sebelumnya, ekonomi Jerman minus 2,2 persen.

Selama Juni 2020 Untuk Prancis, Italia, dan Spanyol mengalami tingkat resesi yang lebih dalam. Rinciannya Prancis minus 13,8 persen, Italia minus 12,4 persen, dan Spanyol minus 18,5 persen.

Ekonom sekaligus Analis Keuangan Valbury Asia Futures, Lukman Leong, memprediksi bahwa gelombang resesi yang melanda benua biru tersebut akan berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia. Mengingat dampak dari resesi akan memukul kerja sama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia.

"Saya kira kalau resesi itu pasti dampak buruknya akan menjalar ke segala sektor. Khususnya sektor ekonomi termasuk kerjasamanya," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (3/8/2020).

Terlebih, sambung Lukman, Eropa bagian penting dari mitra dagang Indonesia selama ini, karena banyak negara di benua Eropa masih mempercayakan Indonesia sebagai mitra yang mampu memenuhi standar sejumlah produk yang ditetapkan. Tentu saja resesi Eropa ini akan menganggu ekspor nasional.  

Kendati demikian, ia tak merinci seberapa besar potensi keuntungan dari kerjasama tersebut. "Yang pasti potensi ekonomi dari kerjasama ini cukup besar. Terlebih banyak negara maju di kawasan tersebut," imbuh lukman.

Pemerintah Harus Lebih Tanggap

Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa di kantor pusatnya di Brussels (AP Photo)

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah lebih tanggap dalam menyikapi resesi yang marak di sejumlah negara, khususnya mitra. Antara lain dengan memetakan sejumlah negara mitra yang berpotensi mengalami kondisi ekonomi sulit.

Namun, menurutnya prioritas pemerintah kini lebih baik diarahkan terhadap peningkatan serapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Sehingga lebih banyak menyelamatkan masyarakat dan pelaku usaha dari dampak resesi.

"Hemat saya, yang paling penting untuk bisa meningkatkan serapan stimulus PEN. Karena ekonomi ga akan bangkit tanpa aktifitas," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya