Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Maka secara kumulatif pertumbuhan ekonomi semester I tahun ini tercatat mengalami kontraksi 1,26 persen dibandingkan semester I 2020.
Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, dampak pandemi covid-19 sangat terasa di sektor minyak dan gas (migas). Banyak perusahaan tidak melakukan ekspansi bahkan hingga kehilangan pendapatan.
Baca Juga
Pergerakan Independen Alex Kuple dalam Bermusik, Ogah Bergantung pada Major Label Berkat Kedekatan dengan Musisi Indie
Mendagri Tito Karnavian Beberkan Alasan Yogyakarta Tetap Naik Pertumbuhan Ekonomi saat Pandemi Covid-19
Pandemi Adalah Wabah Global, Pahami Ciri-Ciri, Cara Menghadapi, serta Bedanya dengan Endemi dan Epidemi
“Kita harapkan ini betul-betul tidak akan membawa industri migas ke lembah yang minus lagi, memang sudah ada tanda-tanda indikasi awal minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) kita sudah mulai berat. Semoga semakin lama semakin baik, kita berdoa sama-sama,” kata Ego dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (5/8/2020).
Advertisement
Ego menambahkan, untuk mengantisipasi dampak pandemi lebih lanjut, pihaknya sebagai regulator telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan, seperti kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat contohnya pembangunan jaringan gas yang melibatkan tenaga kerja pembagian, dan lainnya terus digerakkan.
Oleh karena itu, Kementerian ESDM akan terus berupaya di industri hulu migas tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), serta akan terus melanjutkan aktivitas pembangunan-pembangunan infrastruktur migas agar aktivitas ekonomi juga terdorong.
“Sehingga bisa dirasakan dampaknya yang tadinya sempat minus, yang terpenting adalah di industri hulu migas ini kita berusaha sekuat mungkin agar tidak terjadinya pemotongan hubungan kerja, ini yang harus kita terus pertahankan,” pungkasnya.
Kementerian ESDM Lelang 10 Blok Migas Konvensional, Ini Daftarnya
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melelang 10 Blok Minyak dan Gas Bumi (Migas) untuk penawaran wilayah kerja (WK) migas konvensional di 2020. Dari lelang tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan terdapat potensi minyak 3,4 miliar barel dan gas 5 triliun BCF.
“Rencana penawaran wilayah kerja Migas konvensional tahun 2020 singkatnya di awal tahun, sebelum kita mendengar yang namanya pandemi covid-19 ini pemerintah sudah merencanakan akan menawarkan 10 kandidat calon WK Migas konvensional, untuk ditawarkan di tahun 2020 ini,”kata Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Ego Syahrial dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (5/8/2020).
Berikut 10 kandidat blok migas konvensional tersebut:
1. Merangin III (Sumatera Selatan dan Jambi)
2. Sekayu (Sumatera Selatan)
3. West Palmerah (Sumatera Selatan dan Jambi)
4. Rangkas (Jawa Barat dan Banten)
5. North Kangean (Jawa Timur)
6. Maratua II (Kalimantan Utara)
7. Liman (Jawa Timur)
8. Bose (NTT)
9. Cendrawasih VIII (Papua)
10. Mamberamo (Papua).
Ego menyebut, total potensi migas dari 10 blok migas tersebut mencapai 3,4 miliar barel. Dari jumlah tersebut maka lifting minyak akan naik 10 persen hingga 15 persen. Sedangkan potensi gas bumi yang ada mencapai 5 triliun BFC.
Advertisement
Dampak Pandemi
Dengan adanya wabah pandemi covid-19 dan penurunan harga minyak dunia, pihaknya terus melakukan evaluasi terhadap rencana lelang 10 calon WK migas jika memang betul ada peminatnya.
“Inti tujuannya adalah dalam rangka memastikan seluruh calon WK yang akan ditawarkan ini memiliki peluang atau potensi yang menarik dimata stakeholder, selain itu juga evaluasi terus dilakukan dalam rangka penyusunan,”ujarnya.s
Sehingga terbuka peluang untuk calon pemilik blok migas untuk memilih mekanisme pengembalian biaya operasi atau cost recovery atau dengan kontrak bagi hasil gross split, yang tentunya sesuai dengan regulasi undang-undang Migas dan PP hulu Migas.