Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN terus melakukan transformasi bisnis dengan meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan.
Salah satu bagian dalam transformasi PLN, yaitu Green, dengan menyiapkan sumber energi listrik dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) untuk industri dengan skema Renewable Energy Based Industry Development (REBID).
Baca Juga
Diantaranya adalah perluasan implementasi co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), peningkatan program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomassa, dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung dengan memanfaatkan bendungan yang sudah ada untuk membangkitkan listrik.
Advertisement
"Untuk tumbuh kita harus inovatif dengan proses dan cara produksi yang baru. Dimana perusahaan yang survive adalah yang harus tumbuh mengikuti perkembangan zaman seperti beralih dari sumber berbasis fosil menuju yang terbarukan," ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam Webinar, Rabu (12/8).
Zulfaini menjelaskan untuk implementasi EBT Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah dikerjakan, ialah proses Co-firing dilakukan dengan mencampurkan olahan sebesar 5 persen dari total kebutuhan bahan bakar.
Seperti PLTU Paiton berkapasitas 2 kali 400 MW menggunakan olahan serbuk kayu. Sementara PLTU Ketapang berkapasitas 2 kali 10 MW dan PLTU Tembilahan berkapasitas 2 kali 7 MW menggunakan olahan cangkang sawit.
Sedangkan, untuk konversi dari PLTD ke PLT Biomassa. PLN telah menghitung total ada 1,3 Gigawatt PLTD yang dapat dikonversi menjadi PLT Biomassa.
Â
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pembangunan PLTS
Untuk pembangunan pembangkit listrik PLTS, PLN melalui anak perusahaannya PT PJB telah melakukan MoU atas rencana pembangunan PLTS terapung sebesar 200 MWp yang akan dibangun di Cirata. Kedepan, BUMN kelistrikan ini berupaya untuk mengembangkan PLTS ke sejumlah bendungan yang di berbagai daerah Indonesia.
"Keuntungan PLTS terapung adalah hemat biaya, karena kita tidak perlu melakukan pembebasan tanah. Karena PLTS terapung berada dia atas air dengan lebih besar dibandingkan PLTS yang dipasang didarat karena temperature air lebih rendah," ujarnya.
Lebih jauh, Zulkifli menyebut Perseroan juga juga tengah menyiapkan pembangunan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listirik Umum (SPKLU) untuk mendukung peningkatkan jumlah kendaraan listrik. Menyusul berbagai riset menyatakan bahwa kendaraan berbasis listrik ini lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan berbasis fosil.
"Kendaraan listrik ini minim polusi udara juga tidak bising, karena menghasilkan suara relatif kecil. Jadi, nanti kita prediksi kendaraan listrik akan lebih populer jika banyak SPKLU yang dibangun," jelasnya.
Oleh karena itu, pengembangan EBT bukan semata untuk memenuhi target pemerintah. Tetapi juga sebagai tanggung jawab PLN untuk perbaikan lingkungan bagi generasi mendatang.
Advertisement