Jokowi Minta Regulasi yang Rumit dan Menjebak Disudahi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) singgung regulasi investasi yang rumit dan menjebak di Pidato Kenegaraan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Agu 2020, 10:51 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 10:51 WIB
Presiden Jokowi mengenakan baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur (NTT) saat menghadiri sidang tahunan MPR, Jumat (14/8/2020).
Presiden Jokowi mengenakan baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur (NTT) saat menghadiri sidang tahunan MPR, Jumat (14/8/2020). (dok Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) singgung regulasi investasi yang rumit dan menjebak. Menurutnya, hal ini berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sebab, investasi yang tak kunjung rampung menyebabkan penyerapan tenaga kerja juga terhambat.

“Oleh karena itu, ekosistem nasional yang kondusif bagi perluasan kesempatan kerja yang berkualitas harus kita bangun. Penataan regulasi harus kita lakukan. Regulasi yang tumpang tindih, yang merumitkan, yang menjebak semua pihak dalam risiko harus kita sudahi,” kata Jokowi dalam Pidatonya pada Sidang Tahunan MPR RI, Senayan, Jumat (14/8/2020).

Adapun investasi yang dimaksud meliputi kawasan industri. Jokowi menyebutkan keberlangsungan kawasan industri memberi peluang besar bagi penyerapan tenaga kerja. Diantaranya termasuk Kawasan Industri Batang serta Subang-Majalengka yang sedang dikembangkan dalam waktu singkat.

“Kawasan ini dirancang untuk mampu mengundang investasi berkualitas, yang bersinergi dengan UMKM kita, yang memberikan nilai tambah signifikan untuk perekonomian nasional, serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” ujar Jokowi.

Jokowi menambahkan, kawasan industri serupa juga akan dibangun di berbagai daerah di seluruh Indonesia. kawasan tersebut diupayakan agar selalu bersinergi dengan kewirausahaan masyarakat dan UMKM. Diantaranya untuk menyediakan kesempatan kerja bagi generasi muda yang belum bekerja, serta meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok negeri.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi: Ibarat Komputer, Perekonomian Semua Negara Saat Ini Sedang Hang

Presiden Jokowi menganugerahkan tanda jasa dan kehormatan kepada 53 tokoh, Kamis (13/8/2020). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Presiden Jokowi menganugerahkan tanda jasa dan kehormatan kepada 53 tokoh, Kamis (13/8/2020). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi menyampaikan pidato pada sidang tahunan MPR, sidang bersama DPR dalam rangka HUT ke-75 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam Pidato tersebut Jokowi menyatakan semua negara, negara miskin, negara berkembang, termasuk negara maju, semuanya sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19.

"Krisis perekonomian dunia juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97 persen, tapi di kuartal kedua kita minus 5,32 persen," kata dia Jumat (14/8/2020).

Menurut dia, ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17 persen. Kemunduran banyak negara besar ini bisa menjadi peluang dan momentum bagi kita untuk mengejar ketertinggalan.

"Ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan re-start, harus melakukan re-booting," ungkap dia.

Jokowi menyatakan, semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya.

"Saya menyambut hangat seruan moral penuh kearifan dari para ulama, para pemuka agama, dan tokoh-tokoh budaya agar menjadikan momentum musibah pandemi ini sebagai sebuah kebangkitan baru untuk melakukan sebuah lompatan besar. Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar.

Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan.

"Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar. Pada usia ke-75 tahun ini, kita telah menjadi negara Upper Middle Income Country. 25 tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju," tutup dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya