Liputan6.com, Jakarta - Akibat pandemi Covid-19 yang berdampak signifikan di seluruh sektor dalam negeri, PT Len Industri (Persero) kembali meninjau target atau Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020. Jumlah pendapatan senilai Rp5,7 triliun yang ditargetkan di awal, kini direvisi menjadi Rp4,2 triliun.
“Tahun lalu Len berhasil membukukan pendapatan Rp4,2 triliun. Tahun ini memang tidak mudah dan banyak penyesuaian, sehingga 2020 ini kami ingin fokus mempertahankan pencapaian tahun lalu," jelas Zakky Gamal Yasin selaku Direktur Utama Len Industri.
"Rinciannya adalah transportasi perkeretaapian 34,7 persen, renewable energy 18,7 persen, ICT dan navigasi 22,3 persen, pertahanan 15,9 persen, dan 8,4 persen dari pendapatan lainnya," tambahnya.
Advertisement
Selain bergantung pada proyek carry over, tahun ini Len Industri juga telah mengantongi sejumlah proyek baru. Proyek-proyek baru tersebut antara lain perbaikan Sista Meriam Komposit TD2000, Modernisasi Kapal Multi Role Light Frigate (MRLF), perbaikan Simulator ATNP Kolat Armada dan Simulator NFS Kolat Armada, pengadaan Alkom dan Intercomm, dan proyek Joint Production Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE).
Di bidang non-pertahanan, perusahaan juga telah mengantongi proyek-proyek baru, seperti proyek Jaringan Gas (Jargas) Rumah Tangga Serang 6111SR, Penerangan Jalan Umum (PJU), Persinyalan dan Telekomunikasi (Sintel) jalur Makassar – Parepare, jalur Bogor – Cicurug, dan jalur Kedundang – New Yogyakarta International Airport (NYIA), pemelliharan Radar Cuaca dan Sistem Monitoring Gempa Bumi BMKG, dan juga proyek Managed Service Partner BRIBox.
Agar target 2020 tercapai, Len Industri telah merancang program quick wins 2020. Program ini salah satunya berupa penguatan produksi radar dan penguatan posisi perusahaan di pasar pertahanan, seperti mejadi lead integrator radar dan integrator naval combat system di Indonesia.
Program quick wins 2020 juga difokuskan pada peningkatan kompetensi SDM, penguatan kondisi finansial perusahaan, optimalisasi program inovasi bisnis dan pengembangan produk/teknologi, serta penetrasi dan ekspansi bisnis.
Selain itu, mulai tahun 2020 ini, Len Industri telah melakukan transformasi proses bisnis melalui penerapan Len 5.0 ERP System.
"Dengan mengantongi sejumlah proyek baru dan penerapan program-program perbaikan kinerja perusahan, kami optimis akan tembus target tahun 2020," pungkasnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
LEN Mulai Produksi Ventilator Berbahan Baku Lokal
PT Len Industri (Persero) mulai memproduksi emergency ventilator untuk penanganan pasien COVID-19. Alat ini memakai komponen lokal dan desain dari BPPT dan ITB.
Selain memenuhi kebutuhan, pembuatan ventilator juga menjadi salah satu upaya menjaga bisnis tetap berjalan di masa pandemi COVID-19.
Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin, Selasa, mengatakan Len juga melakukan pengembangan Controlled Ventury Base CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) yang membantu percepatan penyembuhan pasien COVID-19 stage 2 melalui proses menjaga konsistensi level oksigenasi dalam hemoglobin pasien.
Ia mengatakan merebaknya wabah virus corona, menyebabkan banyak efek negatif, baik kesehatan, pendidikan, kehidupan sosial, hingga ekonomi dan di Indonesia, mau pun di dunia, tak terkecuali
"Ini adalah kondisi sekarang yang penuh tantangan. Selain harus mencegah dan memutus penyebaran virus corona, namun juga harus tetap menjaga roda bisnis perusahaan tetap berjalan," kata dia, seperti melansir Antara, Selasa (12/5/2020).
Zakky menjelaskan kondisi pekerjaan di lapangan sekarang dibatasi dan mengikuti Protokol Pencegahan COVID-19 sedangkan di kantor sudah menerapkan WFH (Work From Home) sejak 18 Maret 2020 hingga 20 Mei masih WFH.
Proyek-proyek strategis pertahanan hampir semuanya masih terus dijalankan, meski ada kemungkinan beberapa akan di-reschedule dan yng masih berjalan di antaranya seperti Rudal Pertahanan Udara Statstreak, Pamtas (Pengamanan Perbatasan) Indonesia-Malaysia, dan pengadaan sistem datalink.
Di bidang ICT dan energi contohnya pemeliharaan stasiun seismic gempa bumi, pemeliharaan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), serta pembangunan jaringan gas (jargas).
“Di bidang migas ini baru, kini Len berperan sebagai kontraktor penunjang migas dan mendukung target lifting minyak dan gas bumi,” ujarnya.
Sedangkan di bidang perkeretaapian, proyek seperti pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi jalur kereta api lintas Makassar-Parepare, jalur ganda kereta api lintas Bogor-Cicurug, fasilitas operasi LRT Palembang, serta pemeliharaan Skytrain/APMS Basoetta, juga masih tetap berjalan.
"Mari lah kita menjaga sikap, ucapan, tingkah laku kita yang dapat melemahkan imunitas fisik dan mental di tengah pandemi COVID-19 ini. Tumbuhkanlah nuansa positif agar kekompakan dan solidaritas dapat terus kita jaga. Semoga wabah pandemi ini segera berlalu, dan kita semua bisa beraktifitas seperti biasanya," kata Zakky.
Advertisement
Tersertifikasi
Sementara itu, Manajer Rekayasa Produk Unit Bisnis Industri, Sentot Rakhmad Abdi menjelaskan untuk Ventilator BPPT saat ini sudah disertifikasi BPFK (Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan).
Sentot menuturkam Len juga sedang memproduksi 10 unit ventilator untuk keperluan uji klinis di rumah sakit sebelum peralatan tersebut diedarkan secara legal ke rumah sakit seluruh Indonesia.
Setelah lolos uji klinis maka produksi massal peralatan ini akan segera dilakukan. Kapasitas produksi PT Len industri per hari bisa mencapai 50 unit ventilator tergantung pada ketersediaan komponen.
Target produk yang diperlukan BPPT 600 unit, produksi secara massal akan dikerjakan oleh dua industri, PT Len Industri akan melakukan produksi sebanyak 300 unit. Informasi yang diterima sementara seperti itu.
Alat kesehatan buatan dalam negeri tersebut menggunakan material 100 persen local content (kandungan lokal), tidak ada yang impor.
Adanya produksi ventilator tidak merubah line production di Len, karena pada dasarnya produksi di Len bersifat fleksibel.
“Untuk saat ini, harga kedua ventilator, baik dari BPPT maupun ITB belum secara resmi ditetapkan, karena produk yang dibuat masih ada penambahan fitur dan ventilator ITB saat ini masih ditujukan untuk keperluan donasi,” ujar Sentot.
Untuk ventilator ITB, target diselesaikan oleh Len sebanyak 300 unit dan kapasitas produksinya mencapai 50 unit per hari dan saat ini sedang kejar produksi untuk keperluan donasi.
"Perusahaan lain yang ikut serta dalam produksi, yaitu PT MRB dan PT DI. Beberapa komponen ventilator dibuat sendiri oleh ITB. Saat ini kegiatan assembly komponen tersebut dilakukan oleh SMK, Polman, dan Polban," lanjut Sentot.