Liputan6.com, Jakarta Publik langsung mempertanyakan status Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai seorang miliarder. Pertanyaan muncul setelah, New York Times mengeluarkan laporan yang mengejutkan tentang pajak yang dibayar Trump.
Pengeluaran pajak Trump terkuak terbilang sangat minim, yakni hanya USD 750 atau sekitar Rp 11 juta (kurs Rp 14.700 per dollar AS), pada 2016 dan 2017.
Baca Juga
Padahal, Forbes mencatat jika nilai kekayaan Donald Trump mencapai USD 2,5 miliar atau setara Rp 37 triliun. Jumlah tersebut tercantum dalam portofolio yang mencakup gedung komersial, properti golf dan bisnis branding. Semua itu bernilai sekitar USD 3,66 miliar (Rp 54 triliun), belum termasuk utang.
Advertisement
Menurut Forbes, Selasa (29/9/2020), Donald Trump tetap dapat dikatakan sebagai seorang miliarder meski pajak yang dibayarnya sangat kecil. Perhitungan ini didapat setelah membandingkan perbedaan antara penghasilan kena pajak (taxable income) dan pendapatan operasional (operating income).
Kebanyakan bisnis Donald Trump menghasilkan pendapatan operasional yang terbilang besar, meskipun pengajuan Internal Revenue Service (IRS) dirinya dilaporkan hanya menunjukan penghasilan kena pajak yang sangat kecil.
Laporan tersebut penting untuk diketahui sebab pendapatan operasional merupakan faktor kunci untuk menentukan nilai aset real estate. Para investor ingin mengetahui seberapa besar keuntungan tahunan yang didapat sebuah bangunan.
Pendapatan operasional Trump nyata dan didokumentasikan, disusun dalam dokumen dari kantor pajak setempat, Komisi Sekuritas dan Bursa, serta mitra bisnis Presiden AS.
Investigasi yang menyatakan Donald Trump dikatakan bangkrut tampak kurang tepat. Sebaliknya, Trump seolah berkelit untuk membayar banyak pajak meskipun ia mengantongi keuntungan operasional yang signifikan pada beberapa bisnis propertinya.
Dengan kata lain, dia menemukan cara untuk membagi sedikit kekayaannya dengan negara yang dipimpinnya sekarang.
Sebelumnya, Trump telah memproklamasikan diri sebagai raja utang. Sebagai pebisnis, Trump belakangan ini sedikit bermain lebih aman.
Tak perlu diragukan, perkiraan utangnya yang sebesar USD 1,1 miliar (Rp 16 triliun) merupakan jumlah yang sangat besar. Tapi mengacu pada nilai asetnya yang mencapai USD 3,7 miliar (Rp 55 triliun), semestinya tetap bisa tidur nyenyak di malam hari.
Strategi Pajak Trump
Melansir laman Bloomberg, New York Times menggambarkan sejauh mana strategi pemotongan pajak Trump. Sebagai contoh, potongan untuk biaya konsultasi kepada putrinya dan untuk tata rambut, yang menghasilkan pembayaran yang jauh lebih rendah daripada orang Amerika yang lebih miskin.
Trump meminta putrinya, Ivanka, menjadi "konsultan" untuk perusahaan real estatnya, pada saat yang sama dia bekerja sebagai karyawan perusahaan tersebut.
Donald Trump mampu menghilangkan USD 26 juta dalam biaya konsultasi yang disebut "tidak dapat dijelaskan" dari 2010 hingga 2018, menurut Times.
“Jika pembayaran kepada putrinya adalah kompensasi atas pekerjaannya, tidak jelas mengapa Donald Trump akan melakukannya dalam bentuk ini,” kata Times.
“Selain untuk mengurangi kewajiban pajaknya sendiri. Kemungkinan lain yang lebih berbahaya secara hukum adalah bahwa biaya tersebut merupakan cara untuk mentransfer aset kepada anak-anaknya tanpa menimbulkan pajak hadiah."
The Times juga merinci adanya pemborosan. Termasuk lebih dari USD 70.000 untuk biaya tata rambut — dihapuskan sebagai biaya bisnis.
Selain itu, The Trump Corp., bisnis yang 100 persen dimiliki Donald Trump, menghapus biaya yang dibayarkan kepada Alan Futerfas, pengacara yang mewakili Donald Trump Jr. dalam penyelidikan berkaitan dengan bantuan Rusia dalam Pilpres.
Langkah lain yang dipertanyakan, saat Trump melabeli rumahnya di Bedford, New York, sebagai properti investasi, membuka jalan baginya untuk menghapus USD 2,2 juta pajak properti, menurut Times.
Intrik ini — dan banyak lagi yang lebih detail dalam cerita — terbukti berhasil. Pada 2016 dan 2017, menurut Times, Trump hanya membayar USD 750 dari pajak penghasilan federal. Skandalnya bukanlah karena dia bangkrut dan membayar jumlah yang sedikit itu — melainkan dia tetap cukup kaya.
Meskipun laporan media tersebut menimbulkan pertanyaan tentang legalitasnya, detail baru tersebut tidak memengaruhi perkiraan Indeks Miliarder Bloomberg atas kekayaan Trump.
Memang, Donald Trump telah lama membanggakan dirinya yang bisa mempermainkan sistem pajak. "Membuat saya pintar," ujar dia dalam debat presiden di 2016.
Pernyataan ini juga mungkin yang membuatnya rentan terhadap penyelidik yang menjelajahi gambaran keuangannya.
Label Gelar IPO, 7 Anggota K-Pop BTS akan Jadi Multijutawan
Ketujuh anggota grup K-pop asal Korea Selatan BTS, digadang-gadang menjadi multi miliarder. Ini terjadi ketika perusahaan label mereka Big Hit Entertainment resmi melantai di bursa (go public) pada Oktober tahun ini.
Melonjaknya permintaan saham Big Hit, membawa nilai pasar label ini menembus £ 3,2 miliar (USD 4,1 miliar) atau setara Rp 61,9 triliun, dengan harga saham di atas kisaran target.
Bos Big Hit Bang Si-hyuk, yang memiliki 43 persen di label manajemen, akan menjadi miliarder baru seiring IPO.
Para anggota BTS akan kecipratan untung karena pada Agustus, Si-Hyuk membagikan setiap anggota BTS 68.385 saham, senilai total £ 6,2 juta (Rp 118,6 miliar).
Saat ini dengan harga antara 105.000-135.000 won (£ 70,03- £ 88,70) per saham, Big Hit mengharapkan bisa mengumpulkan sekitar £ 638,3 juta. Uang yang terkumpul dari penjualan 7,13 juta saham baru ketika terdaftar di Bursa Efek Korea, KOSPI, pada 15 Oktober 2020.
Saham label BTS mencetak rekor baru, pada Senin kemarin, ketika penjamin emisi hanya membutuhkan beberapa jam diserbu investor yang berminat mengambil saham di perusahaan ketika pesanan dibuka. Bahkan, terjadi permintaan 1.000 kali lebih tinggi dari saham yang tersedia.
Menurut BBC dan CNBC, Selasa (29/9/2020), tingginya permintaan mungkin karena para penggemar berat BTS di Korea Selatan berharap untuk membeli setidaknya satu saham di label manajemen untuk mendukung anggota favorit mereka.
Yang lebih mengejutkan lagi, ini adalah IPO terbesar Korea Selatan dalam tiga tahun.
Itu pertanda bahwa popularitas BTS belum berkurang, meskipun grup tersebut terpaksa membatalkan tur dunianya karena pandemi virus corona. Ditambah risiko bahwa beberapa anggota mungkin segera harus menjalani wajib militer selama dua tahun.
Advertisement