Masalah Likuiditas Koperasi Berpotensi Picu Rush Money

Pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada sektor keuangan, termasuk koperasi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Sep 2020, 11:47 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 11:45 WIB
ilustrasi-koperasi
ilustrasi-koperasi

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakui pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada sektor keuangan. Seperti Bank, Industri Keuangan, Non Bank (Koperasi), dan Pasar Modal.

Koperasi yang anggotanya bergerak di bidang UMKM juga terpukul sebagai konsekuensi pembatasan aktivitas masyarakat yang mengakibatkan penurunan omset.

“Pelaku UMKM tidak dapat mengembalikan pinjaman kepada Koperasi, dan terjadilah Risiko Debitur Default (Gagal Bayar),” tutur Teten dalam keterangan resmi, Rabu (30/9/2020).

Di sisi lain, likuiditas Koperasi terganggu karena adanya peningkatan penarikan dana anggota yang cukup signifikan, tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan dari pembayaran pinjaman anggota. Hal ini berdampak besar pada ketidakpercayaan anggota terhadap Koperasi, yang pada akhirnya terjadi Rush Money dan masalah hukum.

“Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini, kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui program PEN di antaranya Subsidi Bunga, Penempatan Dana Pemerintah, Restrukturisasi Kredit, Penjaminan Kredit Modal Kerja Baru, Pembiayaan Investasi kepada Koperasi melalui LPDB, diperlukan,” ujar Teten.

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, diketahui bahwa Koperasi mengalami permasalahan utama pada permodalan (46 persen) dan penjualan (36 persen), sedangkan permasalahan produksi dan distribusi sebesar 7 persen serta bahan baku 4 persen. Atas dasar itu, dibutuhkan pinjaman modal kerja, relaksasi kredit, kelancaran distribusi, dan kepastian permintaan.

Maka dari itu, dalam rangka menanggulangi dampak pandemi COVID-19, pemerintah mencanangkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dengan penganggaran sebesar Rp 695,20 triliun. Sektor UMKM mendapat alokasi dana sebesar Rp 123,46 triliun.

Program dirancang terdiri 3 (tiga) kategori, yakni KUMKM yang berstatus dampak bertahan mendapat; insentif pajak, menurun mendapat relaksasi dan restrukturisasi kredit, perluasan pembiayaan, serta digitalisasi dan offtaker. Sedangkan KUMKM yang berstatus dampak bangkrut mendapat; Bantuan Langsung Tunai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyaluran Dana Bergulir PEN untuk Koperasi Tembus Rp 670 Miliar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Realisasi penyaluran dana bergulir kepada koperasi dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) mencapai Rp 670 miliar. Angka ini setara 67 persen dari pagu anggaran Rp1 triliun yang ditetapkan pemerintah.

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo menegaskan dana PEN Rp1 triliun tersebut ditargetkan tersalurkan 100 persen maksimal akhir September 2020.

"LPDB-KUMKM diberi amanah untuk menyalurkan dana PEN Rp1 triliun dan per hari ini, kita sudah salurkan 67 persen," ujar Supomo saat mendampingi Menkop UKM Teten Masduki menyerahkan dana bergulir LPDB-KUMKM kepada KSP Ema Duta Mandiri di Denpasar, Bali seperti mengutip Antara, Minggu (6/9/2020).

Ia dalam rilisnya mengatakan, penyaluran dana PEN Rp 670 miliar diberikan kepada 60 koperasi mitra LPDB-KUMKM dan ditargetkan 100 koperasi akan mendapatkan pinjaman LPDB-KUMKM.

"Ini sekitar Rp 670 miliar untuk 60 koperasi mitra LPDB-KUMKM. Target sekitar 100 koperasi. Namun, program ini tidak berhenti dan akan terus jalan," katanya.

Supomo mengakui hambatan yang terjadi dalam penyaluran dana bergulir di antaranya karena kondisi pandemi COVID-19 saat ini. mulai dari pengecekan di lapangan untuk memastikan koperasi penerima pinjaman jujur dan sehat.

Selain itu, juga karena penerbangan yang juga terdampak COVID-19, sehingga tidak beroperasi.

"Hambatannya, LPDB-KUMKM dengan kondisi COVID-19 ini adalah melakukan cross check untuk memastikan koperasi tersebut sehat," ujarnya.

Namun demikian, Supomo menegaskan kondisi tersebut dapat diatasi dengan terobosan verifikasi secara online agar LPDB-KUKM bisa memastikan agar penyaluran tepat sasaran.

"Kami melakukan terobosan, verifikasi secara online untuk memastikan keberadaan koperasi dan layak mendapat pinjaman. Ini agar PEN dari pemerintah tersalur tepat sasaran dan tepat guna," tambahnya.

Ia telah menyalurkan pinjaman kepada 3 koperasi mitra di Bali sebagai bagian dari program PEN yakni Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Ema Duta Mandiri yang mendapatkan pinjaman sebesar Rp5 miliar, Koperasi Guna Prima Dana sebesar Rp10 miliar, dan Koperasi Anugerah Swadana Sejahtera sebesar Rp2 miliar.

"Kami optimistis Rp1 triliun dana bergulir dapat tersalurkan hingga akhir September 2020. Sekitar 67 persen yang sudah cair," kata Supomo. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya