Harga Minyak Anjlok 3 Persen karena Kenaikan Produksi

Harga minyak mentah Brent turun USD 1,21 atau 2,8 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 13 Okt 2020, 08:29 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 08:29 WIB
lustrasi tambang migas
Harga minyak mentah Brent turun USD 1,21 atau 2,8 persen. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun sekitar 3 persen pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), karena force majeure di ladang minyak terbesar Libya dicabut.

Selain itu, pemogokan pekerja migas di Norwegia yang mempengaruhi produksi juga telah berakhir dan produsen AS mulai memulihkan produksi setelah Badai Delta telah berlalu.

Mengutip CNBC, Selasa (13/10/2020), harga minyak mentah Brent turun USD 1,21 atau 2,8 persen menjadi USD 41,64 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 2,88 persen atau USD 1,17 menjadi USD 39,43 per barel.

"Kembali berproduksinya beberapa sumur minyak pasca badai di Teluk Meksiko akhir pekan kemarin menjadi pendorong harga minyak," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch dan Associates.

Badai Delta menimbulkan pukulan terbesar dalam 15 tahun terhadap produksi energi di Teluk Meksiko AS pada pekan lalu. Saat ini status badai tersebut sudah diturunkan menjadi siklon pasca-tropis.

Para pekerja kembali ke sumur-sumur tersebutpada hari Minggu dan perusahaan minyak Perancis Total memulai kembali kilang minyak Port Arthur Texas dengan produksi 225.500 barel per hari.

Sentimen pendorong lainnya harga minyak adalah kesepakatan di Norwegia. Perusahaan minyak Norwegia mencapai kesepakatan dengan pejabat serikat pekerja untuk mengakhiri pemogokan yang mengancam akan memangkas produksi minyak dan gas negara itu hampir 25 persen.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Libya

ilustrasi tambang migas
Harga minyak mentah Brent turun USD 1,21 atau 2,8 persen. (iStockPhoto)

Produksi di Libya, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), diperkirakan akan naik menjadi 355.000 barel per hari setelah keadaan kahar di ladang minyak Sharara dicabut pada hari Minggu.

Peningkatan produksi Libya akan menjadi tantangan bagi OPEC +, kelompok yang terdiri dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, dan upayanya untuk menahan pasokan untuk mendukung harga minyak.

Harga juga tertekan oleh lonjakan kasus COVID-19 baru, yang telah meningkatkan momok penguncian lebih banyak yang dapat mengurangi permintaan minyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya