IHSG Keok di Sesi I, Donald Trump jadi Biang Keroknya

IHSG kembali terkoreksi pada sesi I perdagangan, Jumat 16 Oktober 2020.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 16 Okt 2020, 13:45 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 13:45 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada sesi I perdagangan, Jumat 16 Oktober 2020. Sempat menguat saat pembukaan, indeks saham justru berbalik melemah 0,64 persen di level 5.072,5 pada pukul 11.30 WIB.

Mengutip data RTI, Jumat (16/10/2020), terpantau 159 saham mengalami kenaikan. Sementara 225 saham memerah, dan 158 lainnya stagnan. Pada sesi I, IHSG sempat menyentuh titik tertinggi di 5.115,6, dan terendah di level 5.067,6.

Adapun fenomena ini kerap terjadi beberapa waktu terakhir, dimana indeks mengalami penguatan saat pembukaan dan berbalik merah di sesi I. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, pelaku pasar masih menanti gebrakan stimulus Covid-19 yang dikeluarkan Presiden Donald Trump dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).

"Market masih wait and see berkaitan dengan program stimulus AS yang belum cair, lantaran dinamika politik yang terjadi antara eksekutif dan legislatif," terang Nafan kepada Liputan6.com, Jumat (16/10/2020).

Sebelumnya, Dewan Kongres AS memang sempat menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang Bantuan Covid-19 yang diajukan Pemerintahan Donald Trump. Sebab, Gedung Putih mengirimkan proposal stimulus lebih rendah dari usulan Dewan Kongres, yakni USD 2,2 miliar.

Donald Trump kemudian sepakat untuk menawarkan angka stimulus yang lebih besar. Rencananya, tambahan stimulus tersebut bisa diberikan sebelum gelaran pemilihan presiden AS yang berlangsung pada 3 November 2020.

Selain stimulus AS, Nafan melanjutkan, pelaku pasar modal juga masih menunggu kepastian apakah Indonesia pasti resesi pada kuartal III tahun ini atau tidak, serta angka penyebaran kasus Covid-19.

"Market juga bersikap wait and see lantaran adanya faktor kepastian resesi perekonomian Indonesia dari pemerintah. Juga kenaikan kasus Covid-19 secara global," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

IHSG Dibuka Menghijau, Sektor Pertambangan Jadi Pendorong Utama

IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada pembukaan perdagangan Jumat pekan ini. Sebanyak 148 saham menguat sehingga membawa IHSG ke zona hijau.

Pada prapembukaan perdagangan Jumat (16/10/2020), IHSG naik tipis 6,28 poin atau 0,12 persen ke level 5.111,43. Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih tetap menguat 4,84 poin atau 0,10 persen ke level 5.110,55.

Sementara indeks saham LQ45 juga menguat 0,29 persen ke posisi 785,20. Gerak indeks acuan beragam tetapi sebagian besar menguat.

Di awal perdagangan ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.115,32. Sedangkan terendah 5.107,14.

Sebanyak 148 saham menguat sehingga membawa IHSG ke zona hijau. Kemudian 61 saham melemah dan 134 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham tak begitu ramai yaitu 32.487 kali dengan volume perdagangan 604 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 470 miliar.

Tercatat, investor asing jual saham di pasar regular mencapai Rp 22,25 miliar. Sedangkan nilai tukar rupiah berada di 14.618 per dolar AS.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, 7 sektor berada di zona hijau, diantaranya sektor pertambangan yang naik 1,13 persen. Kemudian, sektor barang konsumsi menguat 0,51 persen dan sektor kontruksi naik 0,38 persen.

Saham-saham yang menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau antara lain, BBYB naik 17,14 persen ke Rp 410 per lembar saham. Kemudian TIRA naik 15,20 persen ke Rp 288 per saham dan GDST naik 17,14 persen ke Rp 83 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain AGRO turun 6,99 persen ke Rp 426 per lembar saham, BRIS yang turun 6,87 persen ke Rp 1.220 per lembar saham dan SBAT turun 6,86 persen ke Rp 95 per saham.

Sedangkan berdasarkan riset Ashmore, Wall Street atau bursa saham AS turun di tengah peningkatan kasus virus Covid-19 di dunia. Sementara itu, investor menunggu negosiasi stimulus baru.

Tawaran Presiden AS Donald Trump angka stimulus lebih tinggi ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell yang mengatakan tidak akan mendapat dukungan dari Partai Republik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya