Liputan6.com, Jakarta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyebut jika keberadaan atau upaya pemenuhan vaksin Covid-19 di Indonesia dilakukan melalui dua pendekatan.
Pertama, pendekatan untuk jangka pendek, di mana pemerintah berupaya mampu memenuhi vaksin dalam waktu singkat.
Baca Juga
"Jangka pendek yang mau tidak mau kita harus lakukan kerja sama dengan pihak luar," kata Menlu Retno dalam sebuah diskusi virtual di Jakarta, Minggu (1/11/2020).
Advertisement
Kemudian pendekatan kedua untuk jangka panjang. Pemerintah menginginkan agar industri di Indonesia membangun kemandirian dalam bidang vaksin. Sehingga lahirlah vaksin merah putih.
"Alhamdulillah kita sedang mengembangkan vaksin merah-putih. Mudah-mudahan pertengahan tahun depan, kita sudah dapat memiliki vaksin merah putih yang akan bisa dipakai oleh masyarakat Indonesia dalam jangka panjang. Dan juga Insya Allah bisa kepada dunia," sebutnya.
Kendati begitu, fokus pemerintah saat ini adalah pengembangan vaksin jangka pendek. Selama ini, kata Menlu Retno, Indonesia sudah bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti misalnya Sinovac.
Di mana kerjasama dilakukan cukup bervairasi. Dengan melakukan uji klinis ketiga yang diharapkan pada Januari nanti interim reportnya akan keluar.
Di samping itu, kita juga kerjasama dengan Sinovac untuk manufakturing vaksin dengan Bio Farma. Kita beruntung memiliki Biofarma yang sudah sangat dikenal oleh dunia. Manufakturing vaksin Sinovac nanti akan dilakukan dengan Bio Farma," jelasnya.
Dia menambahkan, Bio Farma nantinnya juga tidak hanya memanufaktur vaksin dari Sinovac. Akan tetapi juga dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness iInovations). Itu dalah PP atau private partnership untuk penyediaan vaksin untuk kebutuhan global.
"Insya Allah Bio Farma akan jadi partner utk CEPI untuk pengadaan vaksin dunia," katanya.
Dalam jangka pendek, Indonesia tidak hanya menggandeng Sinovac. Namun juga merangkul kerjasama dengan Astra Zeneca, dan kerjasama multilateral, Gavi, Covad facillity, dan juga CEPI. Di mana semua itu bertujuan untuk mengamankan kebutuhan jangka pendek vaksin untuk masyarakat Indonesia dan dunia.
"Sejak awal masuk pandemi, Indonesia adalah termasuk negara yang menjadi atau memberikan dukungan penuh terhadap akses vaksin yang setara dengan harga terjangkau," tandas dia
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video di bawah ini:
JK Sebut Butuh 1 hingga 2 Tahun Memvaksin Covid-19 Seluruh Masyarakat Indonesia
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla atau JK memprediksi, pandemi Covid-19 di Indonesia akan berakhir dua tahun lagi. Hal tersebut disampaikannya saat memberi arahan kepada pengurus dan relawan Covid-19 Bali, di Markas PMI Bali.
"Saya perkirakan di Indonesia baru bisa selesai (Covid-19) pada tahun 2022," kata JK dalam keterangannya, Minggu (1/11/2020).
Menurut dia, hal ini didasari oleh proses vaksinasi Covid-19 yang membutuhkan waktu dan rangkaian uji klinis. "Karena yang bisa menyelesaikan ini vaksin, dan tes klinis vaksin baru bisa keluar antara Januari-Februari 2021," jelas JK.
Dia melanjutkan, jika vaksinasi di Indonesia dilakukan terhadap 1 juta orang per hari, maka butuh satu tahun agar seluruh masyarakat Indonesia tervaksin. Namun dia menyebut bahwa pekerjaan tersebut tidaklah sederhana.
"Kalau kita melakukan vaksinasi secara besar-besaran, 1 juta orang divaksin per hari, maka itu akan membutuhkan waktu 1 tahun. Tapi itu bukan pekerjaan mudah, untuk melakukan tes Covid-19 saja kemampuan Indonesia saat ini maksimum 30 ribu spesimen per hari, makanya prediksi 2 tahun," jelas JK.
JK menuturkan, produksi vaksin Covid-19 yang sudah melewati uji klinis akan dimulai Maret tahun depan. Distribusinya pun dilakukan bertahap di tiap negara, termasuk Indonesia.
"Masing-masing negara produsen vaksin itu, seperti China, Inggris, dan Amerika, akan mengutamakan negaranya, setelah itu baru kita. Kira-kira nanti vaksinasi bertahap dalam negeri mulai antara Mei dan Juni," tutur JK.
Advertisement