Vaksin Covid-19 Bisa Dibeli via Aplikasi, Begini Cara Pesannya

Vaksinasi mandiri Covid-19 akan dilakukan melalui berbagai kanal, mulai dari aplikasi, web in dan walk in.

oleh Athika Rahma diperbarui 24 Nov 2020, 19:33 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2020, 19:32 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir menggaet 2 BUMN, yakni PT Telkom Indonesia dan PT Bio Farma dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Nantinya, seluruh proses vaksinasi ini bakal menggunakan sistem informasi satu data terpusat atau big data.

Chief Digital Healthcare Officer Bio Farma Soleh Ayubi menjelaskan, vaksinasi mandiri akan dilakukan melalui berbagai kanal, mulai dari aplikasi, web in dan walk in.

Dirinya juga menjelaskan alur pendaftaran dan pemesanan vaksin mandiri ini.

"Pertama, registrasi dan pre-order. Jadi siapa yang akan lakukan vaksin mandiri dan lakukan initial screening, sebab vaksin yang kita punya hanya untuk umur 18 hingga 59 tahun," jelas Soleh dalam webinar, Selasa (24/11/2020).

Hal ini, menurut Soleh, dilakukan untuk memperkirakan seberapa besar kebutuhan vaksin Covid-19 karena jumlahnya yang terbatas.

Selanjutnya, pasien melakukan reservasi dan pembayaran. Nantinya, pasien bisa memiliki tempat, tanggal dan waktu vaksinasi.

Pasien juga akan diingatkan untuk mengisi form consent untuk memastikan dirinya sudah siap mendapatkan vaksin Covid-19.

"Begitu kita tahu orang ini eligible, 2 jam sebelum proses penyuntikan, kita kirim notifikasi. Ini formnya penting karena kalau orangnya lagi sakit, nggak boleh divaksin," ujar Soleh.

Jika pasien tersebut layak divaksinasi, dirinya akan mendapat QR Code yang harus dibawa ke tempat penyuntikan dan mendapatkan vaksin. Vial-ID dan NIK pasien juga akan dikombinasikan di sini.

"Orang ini akan disurvey 30 menit apakah ada bengkak, kemerahan dan sebagainya. Setelah itu selesai, 2 minggu lagi datang lagi untuk suntikan kedua," jelas Soleh.

Setelah semuanya selesai, maka pasien akan mendapatkan sertifikat bahwa dirinya telah divaksinasi. Hal itu akan memudahkan pihak-pihak yang membutuhkan data masyarakat yang telah divaksin. Adapun, informasi vaksinasi terupdate akan tersedia di Kimia Farma Mobile.

"Misalnya ke PT KAI, sehingga jika pasien ini mau naik kereta api mereka sudah bisa karena KAI sudah punya data masyarakat yang sudah divaksin," katanya.

Saksikan Video Ini

Bantu Kemenkes, Satgas PEN Kontak Hampir Seluruh Pengembang Vaksin di Seluruh Dunia

Gambar Ilustrasi Vaksin Virus Corona
Sumber: Freepik

Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN) sekaligus Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya telah menghubungi hampir seluruh pengembang vaksin Covid-19 di seluruh dunia.

Hal itu dilakukan untuk membantu Kementerian Kesehatan soal pengadaan vaksin. Budi bilang, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto telah memberikan arahan dan koordinasi terkait hal ini. Pengembang yang dihubungi juga sesuai dengan yang tertera di daftar milik World Health Organization (WHO).

"Sampai sekarang ada 11 vaksin yang masuk uji klinikal trial klinis, trial tiga. Semua sudah kita kontak kecuali 3 seinget saya.Satu, Moderna di AS itu belum ada kontak dari kita; dua, Gamalea atau Sputnik di Rusia belum ada kontak formal; dan ketiga ada vaksin baru yang masuk, yang lain sudah ada kontak dari kita," jelas Budi dalam webinar CEO Networking, Selasa (24/11/2020).

Nantinya, lanjut Budi, keputusan akhir vaksin mana yang akan dipilih beserta harga dan jenisnya tetap akan diserahkan kepada Menkes Terawan. Yang jelas, pihaknya sudah mencoba membantu menghubungi 7-8 pengembang vaksin untuk memberikan opsi yang cocok bagi pengadaan di Indonesia.

Selain itu, pendekatan yang dilakukan untuk pengadaan vaksin lainnya ialah pendekatan multilateral dimana Indonesia akan aktif berkontribusi dengan organisasi dunia seperti WHO, CEPI, GAVI dan Unicef untuk pengadaan vaksin ini.

"Oleh karena itu organ dunia seperti WHO, kerja sama untuk melakukan pendekatan multilateral membantu negara yang kurang mampu. Dari Indonesia, at least membina hubungan dengan mereka, di CEPI dan GAVI ini ada sembilan alternatif vaksin lain yang di antaranya masuk list WHO clinical trial tiga, kita ada akses ke sana," jelasnya.

"Kalau nanti GAVI menentukan ini vaksin yang akan diberikan, indonesia bisa dapat jatah juga berapa persen dari populasi. itu secara garis besar," tutup Budi.

 

Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac

Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Menguji Calon Vaksin Covid-19 Sinovac. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya