Bos BI Optimis Pertumbuhan Kredit Capai 9 Persen di 2021

Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan pada hingga 9 persen pada 2021. Baik dari sisi permintaan maupun penawaran.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Des 2020, 11:25 WIB
Diterbitkan 03 Des 2020, 11:25 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan pada hingga 9 persen pada 2021. Baik dari sisi permintaan maupun penawaran.

“Pertumbuhan kredit pada 2021 dapat mencapai 7 sampai 9 persen,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2020: Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi, Kamis (3/12/2020).

Proywksi ini merujuk pada sejumlah hal, antara lain; penawaran kredit perbankan tetap kondusif dengan suku bunga menurun, likuiditas melimpah, lending standard membaik, dan restrukturisasi kredit yang diperpanjang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Permintaan kredit akan meningkat sejalan membaiknya penjualan dan kemampuan bayar korporasi, khususnya korporasi besar. Juga dari stimulus fiskal dan moneter perlu mempertemukan antara perbankan dan dunia usaha untuk mengatasi asymmetric information dan persepsi risiko penyaluran kredit,” jelas Perry.

Dalam catatannya, ada empat subsektor dengan kredit meningkat dan plafon kredit masih tersedia. Yakni, industri makanan minuman, telekomunikasi, logam dasar dan kulit alas kaki.

Kemudian, ada enam subsektor membutuhkan usaha dari pemerintah agar plafon kredit yang tersedia di perbankan dapat dimanfaatkan. Yakni, tanaman dan hortikultura industri tembakau, industri kayu, industri kimia, industri barang galian bukan logam, dan industri barang dari logam.

“Sementara itu 8 subsektor memerlukan penjaminan dan subsidi bunga dari pemerintah untuk mengatasi persepsi risiko dalam penyaluran kredit,” imbuh Perry.

8 subsektor ini antara lain, kehutanan, tanaman pandan, real estat, tanaman perkebunan, industri TPT, industri mesin, pertambangan bijih logam , dan industri furniture.

“Sinergi seperti ini akan semakin kuat apabila didukung dengan vaksinasi dan pemberian stimulus fiskal seperti insentif pajak dan kemudahan usaha dari pemerintah,” pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bank Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Global Mulai Membaik

Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi global mulai mengarah pada perbaikan. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 yang semakin membaik di berbagai negara.

Kondisi ini juga didorong kebijakan stimulus yang ditetapkan di masing-masing negara.

"Pertumbuhan ekonomi dunia pada triwulan III 2020 di banyak negara mulai membaik didorong oleh stimulus kebijakan dan peningkatan mobilitas," kata Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia, Onny Widjanarko di Jakarta, Jumat (27/11). Sejumlah indikator dini pada Oktober 2020 mengindikasikan perbaikan ekonomi global yang berlanjut. Hal ini tercermin dari mobilitas masyarakat yang meningkat.

Ekspansi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur dan Jasa yang berlanjut di Amerika Serikat (AS) dan China. Keyakinan konsumen dan bisnis juga terus membaik di Amerika Serikat dan kawasan Eropa.

"Ekonomi Tiongkok tumbuh positif, sedangkan perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS), kawasan Eropa, dan Jepang lebih tinggi dari prakiraan awal," kata dia.

Perbaikan ekonomi global ini mendorong kenaikan volume perdagangan dunia dan harga komoditas yang lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global menurun. Kondisi ini didorong ekspektasi positif terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global dan ketidakpastian pemilu AS yang mereda.

Perkembangan ini kembali meningkatkan aliran modal ke negara berkembang dan mendorong penguatan mata uang berbagai negara. Termasuk salah satunya mata uang rupiah di Indonesia.

Merdeka.com

Infografis Ekonomi Indonesia di Tengah Wabah Corona

Infografis Ekonomi Indonesia di Tengah Wabah Corona
Infografis Ekonomi Indonesia di Tengah Wabah Corona (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya