Menko Luhut Bakal Bangun Pusat Riset Tanaman Herbal di Danau Toba

Menko Luhut telah berkomunikasi dengan dua universitas asal China yang terkenal akan riset tanaman herbal.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Des 2020, 18:04 WIB
Diterbitkan 21 Des 2020, 18:00 WIB
Singgung Transisi Energi Terbarukan, Menko Luhut Optimis Indonesia dengan Potensi Indonesia
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan hadir secara virtual untuk menjadi keynote speaker dalam Platform Virtual The 9th Indonesia EBTKE CONEX 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terus mendorong produksi obat-obatan dalam negeri, utamanya yang berbahan dasar alami atau herbal. Diharapkan, dengan bahan baku yang berasal dari dalam negeri, maka harga produk yang dihasilkan bisa lebih kompetitif.

Untuk itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan membangun pusat riset tanaman herbal di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

"Dari Pak Luhut, inisiatif pribadi beliau, beliau akan buat sekitar 500 hektare di Toba untuk kebun herbal," kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi Septian Hario Seto dalam webinar Dialog Nasional - Urgensi Ketahanan Sektor Kesehatan, Senin (21/12/2020).

Sehubungan dengan rencana tersebut, Seto mengatakan, Menko Luhut telah berkomunikasi dengan dua universitas asal China yang terkenal akan riset tanaman herbal, yakni Zhejiang Chinese Medical University dan Yunnan University.

Selain itu, Seto menambahkan bahwa nantinya rencana ini akan melibatkan sejumlah produsen obat herbal yang sudah ada di Indonesia. Seperti Dexa-Medica atau perusahaan lainnya untuk ikut melakukan kerja sama riset.

“Nanti akan mengundang produsen-produsen herbal yang sudah ada, seperti Dexa-Medica karena kami sudah komunikasi dengan dua universitas di Tiongkok yang sangat terkenal untuk penelitian riset herbalnya," kata Seto.

Adapun Zhejiang University, disebutkan Seto telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI). Dimana dengan mengetahui kandungan tanaman herbal dan mengkombinasikannya dengan herbal lainnya, sistem tersebut akan bisa mengetahui manfaat herbal tersebut untuk pengobatan penyakit tertentu.

"Jadi sudah sangat advance di sana risetnya. Ini yang Pak Menko (Luhut) dorong. Beliau harap ini segera terealisasi karena saya pikir kita tidak kalah potensi herbalnya dibandingkan dengan Tiongkok," pungkas dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pemerintah Alokasikan 300 Hektare Kawasan Industri Batang untuk Industri Obat

Presiden Jokowi meninjau pengembangan Kawasan Industri Batang.
Presiden Jokowi meninjau pengembangan Kawasan Industri Batang.

Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyiapkan lahan sebesar 200 hektare (ha) hingga 300 ha dari kawasan industri Batang untuk memproduksi obat atau perusahaan farmasi.

Langkah ini dilakukan setelah menimbang potensi bahan baku industri obat-obatan yang melimpah di dalam negeri. Namun sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

 

“Kami dengan tim dari Kementerian BUMN sudah mendorong nanti mungkin ada 200 sampai 300 hektare kawasan industri Batang untuk industri obat,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto, dalam webinar Dialog Nasional - Urgensi Ketahanan Sektor Kesehatan, Senin (21/12/2020).

Seto, panggilan akrabnya, menjelaskan, nantinya pemerintah akan menyediakan infrastruktur dasar seperti pengelolaan limbah. Sehingga investor atau pengusaha hanya perlu membangun pabrik saja. Dengan begitu, diharapkan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.

“Nanti basic infrastructure untuk pengolahan limbah akan diinvestasikan oleh pemerintah. Jadi mereka tidak perlu investasi untuk pengolahan limbah,” kata Seto.

Sebagai contoh, Seto menyebutkan sejumlah negara seperti India dan China yang sempat memiliki persoalan terkait limbah industri obat-obatan. Kemudian seiring waktu berjalan, negara-negara tersebut melakukan penyesuaian.

Belajar dari situ, maka pemerintah Indonesia berinisiatif untuk menyediakan infrastruktur pengolahan limbah untuk memitigasi dampak dari sisi lingkungan.

“Kita lihat disini ada caranya, yaitu dengan government invest untuk di common share infrastructure-nya. Sehingga nanti pengusaha-pengusahanya tinggal bangun pabriknya aja,” jelas Seto.

Dari 200 ha hingga 300 ha tersebut, Seto memperkirakan akan ada 10 hingga 15 perusahaan yang dapat didirikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya