80 Ribu Mobil Padati Tol Trans Sumatera pada 24 Desember 2020

Lalu lintas harian rata-rata kendaraan yang melintas di Tol Trans Sumatera mengalami peningkatan hingga 40 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Des 2020, 09:40 WIB
Diterbitkan 25 Des 2020, 09:40 WIB
PT Hutama Karya (Persero) melaporkan adanya peningkatan trafik lalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) pada hari pertama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020/2021. (Foto: Hutama Karya)
PT Hutama Karya (Persero) melaporkan adanya peningkatan trafik lalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) pada hari pertama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020/2021. (Foto: Hutama Karya)

Liputan6.com, Jakarta - PT Hutama Karya (Persero) melaporkan adanya peningkatan trafik lalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) pada hari pertama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020/2021. Hutama Karya mencatat sebanyak 80.988 kendaraan melintasi JTTS pada Kamis, 24 Desember 2020.

Angka tersebut merupakan akumulasi lalu lintas harian rata-rata (LHR) kendaraan yang masuk melalui sejumlah Gerbang Tol (GT). Seperti GT Bakauheni Selatan di Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, GT Terbanggi Besar di Ruas Terbanggi Besar–Pematang Panggang–Kayu Agung.

Lalu GT Palembang di Ruas Palembang–Indralaya, GT Pekanbaru di Ruas Pekanbaru–Dumai, dan GT Blang Bintang di Ruas Sigli–Banda Aceh Seksi 4.

Direktur Operasi I Hutama Karya Suroto mengatakan, lalu lintas harian rata-rata kendaraan yang melintas di Tol Trans Sumatera mengalami peningkatan hingga 40 persen dibanding kondisi normal.

"Jumlah LHR di momen Nataru ini mengalami kenaikan 22.987 kendaraan dari 57.991 kendaraan LHR normal sebelum Nataru, menjadi 80.978 kendaraan. Adapun Ruas Tol di JTTS yang menyumbang LHR tertinggi yakni Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar dengan jumlah LHR sebanyak 39.174 kendaraan," jelasnya, Jumat (25/12/2020).

Lebih lanjut, Suroto menyampaikan, jika dibanding dengan momen yang sama pada 2019 lalu, lalu lintas harian rata-rata di seluruh ruas Jalan Tol Trans Sumatera mengalami penurunan.

"Kami melihat puncak kendaraan yang melintas di Jalan Tol Trans Sumatera pada 24 Desember adalah pukul 12.00 WIB, mengingat ini merupakan hari libur pertama di momen Nataru," jelas Suroto.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Waspada, Ini Ruas yang Dinilai Rawan Kejahatan di Tol Trans Sumatera

Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)
Jalan Tol Sigli Banda Aceh (Sibanceh) Seksi 4 (Indrapuri–Blang Bintang) yang menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2.765 km. (Dok Hutama Karya)

Sejak mulai beroperasi pada 2018, volume lalu lintas di Jalan Tol Trans Sumatera cenderung belum padat dan masih sepi. Kondisi ini menimbulkan dugaan bahwa jalan tol tersebut rawan kejahatan atau aksi kriminal seperti pemerasan dan pembegalan.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai masih ada sejumlah ruas di Jalan Tol Trans Sumatera yang rawat kejahatan. Utamanya di sepanjang jalur antara Bakauheni, Lampung hingga Palembang di Sumatera Selatan.

"Masih ada ruas yang rawan kriminal, tapi tidak semua ruas tol. (Yang masih rawan kriminal) dari Bakauheni ke Lampung," kata Djoko kepada Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

Djoko beralasan, jalan non-tol sepanjang Bakauheni-Palembang selama ini memang dikenal sudah rawan kejahatan. Terutama di dua daerah, yakni Kabupaten Mesuji di Lampung dan Kecamatan Kayu Agung di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

"itu di Mesuji dan Kayu Agung. Memang kalau dari ruas jalan tol sudah cukup jauh. Karena ruas tol yang terbangun itu melewati daerah rawa-rawa," jelasnya.

Diceritakan Djoko, cerita mengenai Mesuji dan Kayu Agung yang rawan kriminal ini didapatnya saat berbincang langsung dengan supir truk yang kerap melalui rute tersebut pada 2018.

Di luar kedua wilayah tersebut, ia belum mendengar kabar ruas lain di Jalan Tol Trans Sumatera yang jadi sarang kejahatan seperti pemalakan, pemerasan dan pembegalan.

"Setahu saya hanya di kedua ruas ini. Pada saat itu (2018), baru sebagian ruas yang beroperasi. Tapi di akhir tahun sudah total ruas Tol (Trans Sumatera) dari Bakauheni hingga Palembang," ujar Djoko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya