Bisa Pangkas Biaya Logistik, Pelindo II Setuju Merger

Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono menyambut baik rencana penggabungan atau merger perusahaan pengelola pelabuhan milik pemerintah.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2021, 17:51 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 17:48 WIB
Aktivitas Bongkar Muat di JICT Tanjung Priok
Sebuah Kapal container bersandar di pelabuhan JICT, Jakarta Utara, Rabu (25/3/2015).Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II Arif Suhartono menyambut baik rencana penggabungan atau merger perusahaan pengelola pelabuhan milik pemerintah yaitu Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV. Merger tersebut diklaim bisa mengurangi biaya logistik di Indonesia.

“Kami dari Pelindo II sangat mendukung ide tersebut, karena ini saya menjadi bagian dari warga negara akan sangat untung apabila logistic cost juga bagus,” kata Arif dalam Bincang Masa Depan Pelabuhan Indonesia, di Kanal Youtube Kementerian BUMN, Jumat (15/1/2021).

Menurut Arif dampak merger tidak hanya mengurangi biasa logistik saja, melainkan juga berdampak baik untuk performance pelabuhan di Indonesia. Dengan begitu, klaster peti kemas, non-peti kemas, marine, logistik, dan cluster equipment pengelolaannya akan menjadi satu manajemen.

“Dari sisi ekonomi adalah bagaimana menjadikan pelabuhan tersebut menjadi pelabuhan yang secara performance tinggi dan reliable,” ujarnya.

Lebih lanjut Arif menjelaskan, saat ini performance dan capability setiap pelabuhan itu berbeda-beda. Maka intensitasnya pun masing-masing berbeda.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Holding

Aplikasi MOS Pelabuhan Tekan Biaya Lebih Hemat
Suasana Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/2). PT Pelindo II mulai menerapkan pelayanan aplikasi MOS sehingga berhasil menekan biaya dan waktu operasional menjadi lebih cepat hemat dan mudah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Maka tidak akan mungkin dan tidak akan mudah dari satu pelabuhan ke pelabuhan sama kinerjanya. Dengan adanya masalah tersebut maka salah satu solusi yang ditawarkan dari studi yang ada yaitu dengan merger.

“Kenapa tidak holding? Karena kalau holding intensitas tetap berbeda antara pelabuhan I sampai IV akan tetap menjadi pelabuhan yang terpisah artinya resource juga tidak akan mudah,” katanya.

Jika terminal pelabuhan dari ujung ke ujung memiliki performance yang sama, memiliki account sama, service sama, maka otomatis standarnya akan sama pula. Sekaligus akan memudahkan bagi konsumen.

“Kalau dari sisi BUMN, kan ini sisi korporasi tentunya sebuah merger akan memberikan dampak positif untuk sebuah korporasi, seperti share service akan mengurangi cost dan sebagainya. Dengan merger data yang tergabung juga bagus untuk pemerintah, visibility atas trading lokal akan mudah terlihat,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya