Liputan6.com, Jakarta Masih rendahnya curah hujan di tambah pasokan air yang kurang maksimal, embung (penampungan air) jadi andalan petani untuk dapatkan pasokan air. Seperti yang terlihat di Dusun Panggalungan, Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujananting, Kabupatrn Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Ketika daerah ini mengalami kekeringan, embung yang dikelola Kelompok Ini (Poktan) Batusipong ini masih bisa menampung air. Sehingga masih dimanfaatkan warga dan petani setempat digunakan untuk keperluan bercocok tanam masyarakat sekitar.
Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, Pemerintah harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama kemarau. Karena memang manfaat infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage baru terasa ketika kemarau datang.
Advertisement
"Bangunan air seperti embung dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil, air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani. Sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali," jelas Mentan SYL, Senin (18/1).
Mentan SYL menambahkan, insfrastruktur air ini juga sangat berguna dalam pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan. Dirinya berharap masyarakat dan para petani bisa menjaga dan merawat apa yang telah dibangun oleh pemerintah.
"Saya pesan kepada petani dan masyarakat agar menjaga dan memelihara embung dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai karena ini kan manfaatnya selain buat petani juga masyarakat bisa menggunakan air di sini saat kekeringan," tuturnya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menjelaskan, pembangunan embung masih diandalkan untuk mengantisipasi musim kering di tahun 2021. Pembangunan itu diharapkan bisa menampung air hujan dan mengairi sawah, sehingga mampu meminimalisir kerugian petani.
"Program pembangunan embung itu merupakan program strategis untuk penampungan air hujan atau sumber sumber mata air di tempat lain. Sehingga, ke depan, program embung mampu mengantisipasi kekeringan di lahan pertanian kita," kata Sarwo Edhy.
Â
Menurut Sarwo Edhy, pembuatan embung sangat diperlukan. Jika musim hujan lahan tidak terendam air, di musim kemarau saat air dari irigasi tidak mencukupi maka embung bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.
"Kami meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan pertanian yang lebih baik. Proyek konservasi lahan juga diharapkan menyelamatkan lahan kritis dengan menanamkan tanaman konservasi produktif," pungkas Sarwo Edhy.
Ketua Poktan Batusipong, Kaharuddin mengatakan, embung ini mampu melayani hingga 25 hektare (ha). Sumber air berasal dari Sungai.
"Dengan adanya embung ini, IP 100 menjadi IP 200. Sebelum ada embung, IP 200 hanya 10 ha, setelah ada embung IP 200-nya sudah seluruhnya," ujar Kaharuddin.
Lebih lanjut, dikatakan Kaharuddin, Produksi sebelum ada embung 5,2 ton. Setelah ada embung menjadi 6 ton.
"Kami sangat bersyukur dan berterima kasih adanya embung ditempatkan di kelompok Batusipong ini. Embung ini sudah di manfaatkan, ketika musim tanam kedua dulunya hanya mampu tanami 10 ha, sekarang sudah full tertanami 25 ha," ujarnya.
Sebelumnya air sungai yang ada di dekat hamparan sawah tidak bisa dimanfaatkan maksimal, tapi sejak ada embung yang menjadi tempat penampungan, air sungai dialihkan dan tampung yang akhirnya bisa dialirkan baik ke sawah.
Sebelum mengalokasikan embung tersebut di Poktan Batusipong, pihak Dinas Pertanian Barru membuatkan fakta integritas kepada Poktan tersebut. Poktan wajib melakukan peningkatan produksi baik hasil maupun IP-nya.
"Dan sekarang sudah bermanfaat , Musim Pertama (Rendengan /Asep) tanaman padi, Musim Kedua (Padi) dan akan mencoba bawang merah di MT3 tahun ini," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Barru, Ahmad.
Sesuai hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa embung sebagaj sumber air yang dimamfaatkan petani mampu memberi dampak terhdp peningkatan IP dari 100 ke 200. Bahkan sudah banyak Poktan ssudah mencapai IP 300. Sehingga Kabupaten Barru tahun 2020 walaupun era covid-19 masih tumbuh positif sebesar 1,78 % pada triwulan ke-III bersama 6 Kabupaten di Sulsel dan triwulan ke-IV produktivitas sebesar 61,08 Ku/ha atau tertinggi di Sulsel dari 24 Kabupaten/Kota.
"Kita berharap ke depan dengan adanya embung kita dapat mewujudkan IP 400," pungkas Ahmad.
Â
(*)