Mengenal KRI Soeharso, Rumah Sakit Terapung Canggih yang Bantu Korban Gempa Mamuju

KRI Soeharso 990 merupakan kapal rumah sakit yang dimiliki TNI-AL

oleh Athika Rahma diperbarui 20 Jan 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2021, 09:00 WIB
KRI Soeharso Siap Evakuasi WNI dari Jepang
Kapal Republik Indonesia (KRI) dr Soeharso 990 bersandar di Dermaga Madura, Komando Armada II Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/2/2020). KRI dr Soeharso 990 merupakan rumah sakit kapal milik TNI AU. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bermagnitudo 6,2  yang mengguncang Mamuju dan Majene tidak hanya berdampak pada rusaknya infrastruktur, namun juga kondisi fisik para korban yang mengalami luka baik ringan maupun berat. Untuk itu, dalam mendorong pengobatan korban gempa Mamuju dan Mejene, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar mengirimkan rumah sakit terapung KRI dr Soeharso.

Ternyata, kapal ini sudah malang melintang dalam berbagai misi kemanusiaan, salah satunya saat menjemput 74 WNI kru Kapal Pesiar Diamond Princess di Jepang, yang kala itu dikarantina di Pelabuhan Yokohama gegara Covid-19.

Lantas, seperti apa spesifikasi kapal canggih dan serba bisa milik TNI AL ini?

Dikutip Liputan6.com dari kolom dari majalah kemaritiman milik TNI AL, Cakrawala Edisi 449/2020, Rabu (20/1/2021), KRI dr Soeharso memiliki panjang 122 meter dan lebar 22 meter dengan kecepatan maksimal 13 knot.

Sebelumnya, kapal ini bernama KRI Tanjung Dalpele 972. Kapal tersebut kemudian diberi nama dr Soeharso-990, diambil dari nama dokter yang berjasa di masa kemerdekaan Indonesia.

Awalnya, kapal ini berjenis kapal Bantu Angkut Personel (BAP) di bawah jajaran organik Satuan Kapal Amphibi Komando Armada Timur, hingga kemudian menjadi kapal Bantu Rumah Sakit (BRS).

Meskipun fungsi utamanya sebagai rumah sakit, kapal ini tetap dilengkapi dengan persenjataan, di antaranya meriam bofors SAK 40 mm L/70 1 pucuk, 2 pucuk Kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) serta 2 buah senapan mesin 12,7 mm.

Kapal KRI dr Soeharso sendiri setara dengan rumah sakit tipe B. Di dalam kapal ini tersedia ruang rawat inap, unit gawat darurat (UGD), dan 3 kamar operasi lengkap dengan peralatan termasuk alat rontgen. Untuk rawat jalan tersedia 7 poliklinik yang mempunyai fungsi masing-masing seperti poliklinik anak, gigi, mata, THT (Telinga Hidung Tenggorokan) dan saraf.

Kapal KRI dr Soeharso juga dilengkapi dengan apotek dan kamar jenazah, 1 landasan heli dengan hanggar yang bisa memuat 2 helikopter.

Kapal juga dilengkapi dengan alat penstabil gerakan untuk mengurangi guncangan saat berlayar di laut lepas. Canggihnya, kapal ini dilengkapi penjernih air yang bisa mengubah air laut menjadi air tawar bersih yang dapat digunakan untuk beragam kebutuhan.

Dengan kecepatan maksimum 12 knot serta mampu menjelajah hingga 27 hari, KRI dr. Soeharso dibekali dengan persediaan bahan bakar untuk 27 hari dan persediaan air tawar untuk 60 hari. Kebutuhan oksigen dan pendingin udara juga disediakan dari tabung oksigen yang penyimpanannya dipisah.

Kapal ini selalu diandalkan untuk menangani bencana alam. Namun di masa tenang, KRI dr Soeharso menjalankan misi pelayanan medis bagi masyarakat di pulau Tertinggal, Terluar, Terdepan (3T).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

KRI dr Soeharso Lakukan Operasi Tulang Pertama Korban Gempa di Mamuju

KRI dr Soeharso Lakukan Operasi Tulang Pertama Korban Gempa di Mamuju. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)
KRI dr Soeharso Lakukan Operasi Tulang Pertama Korban Gempa di Mamuju. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)

Armada TNI Angkatan Laut (AL) KRI dr Soeharso-990 (SHS-990) sandar di Mako Lanal Mamuju. Kapal rumah sakit itu didatangkan untuk membantu pelayanan kesehatan bagi masyarakat Mamuju yang terdampak gempa bumi.

Sesaat usai membuka pelayanan, armada yang tergabung dalam Satgas Penanggulangan Bencana Alam TNI AL Sulawesi Barat langsung lakukan operasi patah tulang pasien korban gempa Mamuju, Selasa (19/01/2021).

Kepala rumah sakit KRI SHS-990 Mayor laut (K) dr Agung Malinda mengatakan, korban mengalami patah tulang akibat tertimbun reruntuhan saat gempa bumi 6,2 magnitudo mengguncang Majene dan Mamuju. Korban membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.

"Selama beberapa hari ini, korban tidak mendapat tindakan medis, akibat rusaknya sebagian fasilitas kesehatan di Mamuju akibat gempa," katanya kepada Liputan6.com.

Dia menjelaskan, tim medis langsung melakukan penanganan terhadap pasien. Setelah melakukan pemeriksaan awal dan foto rontgen, maka pihak rumah sakit memutuskan untuk melakukan operasi.

“Bila pasien sudah stabil maka pasien bisa dimobilisasi untuk kembali ke rumah atau ke rumah sakit yang ditunjuk untuk perawatan lanjutan," ujar Agung.

Agung berharap, kehadiran kapal rumah sakit ini dapat membantu mesyarakat Mamuju utamanya bagi mereka yang membutuhkan pertolongan atau tindakan medis.

Mereka pun siap melayani kapan saja, karena KRI dr Soeharso yang berada di Mamuju selama masa tanggap darurat.

"Kita akan tetap disini selama yang dibutuhkan," ucap Agung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya