IKM Adalah: Pengertian, Karakteristik, dan Perbedaannya dengan UKM

IKM adalah industri kecil dan menengah yang berperan penting dalam perekonomian. Pelajari pengertian, karakteristik, dan perbedaannya dengan UKM di sini.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 07 Feb 2025, 07:40 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2025, 07:40 WIB
ikm adalah
ikm adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta IKM adalah singkatan dari Industri Kecil dan Menengah. IKM merupakan sektor usaha atau bisnis yang terdiri atas berbagai kegiatan produksi barang dalam skala kecil hingga menengah. Industri ini menghasilkan produk berupa barang atau kebutuhan yang diperlukan oleh makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil didefinisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Industri kecil biasanya memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang, sementara industri menengah mempekerjakan 20-99 orang.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mendefinisikan industri kecil sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya. Industri kecil memiliki nilai investasi antara Rp 5 juta sampai Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha. Sedangkan industri menengah memiliki investasi antara Rp 200 juta sampai Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

IKM bertugas memproduksi barang melalui proses manufaktur untuk kemudian dipasarkan oleh UKM (Usaha Kecil Menengah). Dengan kata lain, IKM memproduksi barang-barang yang dijual oleh UKM. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku IKM juga melakukan aktivitas UKM sekaligus. Bila sebuah perusahaan melakukan bisnis di bidang produksi, pemasaran, dan juga penjualan, maka perusahaan tersebut bisa dikatakan perusahaan UKM sekaligus IKM.

Karakteristik IKM

IKM memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari industri besar. Berikut adalah beberapa ciri khas IKM:

  1. Skala Usaha Kecil hingga Menengah: IKM umumnya beroperasi dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan industri besar, baik dari segi modal, jumlah karyawan, maupun kapasitas produksi.
  2. Fleksibilitas Tinggi: IKM cenderung lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap permintaan konsumen yang berubah-ubah.
  3. Penggunaan Teknologi Sederhana: Kebanyakan IKM masih menggunakan teknologi yang relatif sederhana dalam proses produksinya, meskipun ada juga yang sudah mulai mengadopsi teknologi modern.
  4. Tenaga Kerja Intensif: IKM umumnya lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan industri besar, karena proses produksinya yang lebih mengandalkan tenaga manusia.
  5. Modal Terbatas: IKM biasanya memiliki modal yang terbatas dan sering mengalami kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan formal seperti bank.
  6. Manajemen Sederhana: Struktur organisasi dan manajemen IKM cenderung lebih sederhana, dengan pengambilan keputusan yang terpusat pada pemilik atau pengelola utama.
  7. Fokus pada Pasar Lokal: Meskipun ada yang sudah merambah pasar ekspor, sebagian besar IKM masih fokus melayani pasar lokal atau domestik.
  8. Inovasi Produk: IKM seringkali lebih inovatif dalam mengembangkan produk baru atau memodifikasi produk yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan pasar yang spesifik.
  9. Ketergantungan pada Bahan Baku Lokal: Banyak IKM yang memanfaatkan bahan baku lokal dalam proses produksinya, yang dapat mengurangi biaya produksi dan mendukung ekonomi setempat.
  10. Keterkaitan dengan Sektor Informal: IKM sering memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor informal, baik dalam hal penyerapan tenaga kerja maupun dalam rantai pasokan.

Karakteristik-karakteristik ini membuat IKM memiliki peran unik dalam perekonomian, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja, pengembangan ekonomi lokal, dan pemerataan pembangunan ekonomi.

Perbedaan IKM dan UKM

Meskipun IKM dan UKM sering kali dianggap serupa, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara IKM dan UKM:

  1. Fokus Kegiatan:
    • IKM: Fokus utama pada kegiatan produksi atau manufaktur barang.
    • UKM: Mencakup berbagai jenis usaha, termasuk perdagangan, jasa, dan produksi.
  2. Skala Usaha:
    • IKM: Umumnya memiliki skala yang lebih besar dalam hal investasi dan jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan UKM kecil.
    • UKM: Mencakup usaha mikro, kecil, dan menengah dengan skala yang bervariasi.
  3. Regulasi:
    • IKM: Diatur oleh Kementerian Perindustrian.
    • UKM: Diatur oleh Kementerian Koperasi dan UKM.
  4. Kriteria Klasifikasi:
    • IKM: Klasifikasi berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi.
    • UKM: Klasifikasi berdasarkan omzet dan aset.
  5. Teknologi:
    • IKM: Cenderung menggunakan teknologi yang lebih maju dalam proses produksi.
    • UKM: Tingkat penggunaan teknologi bervariasi, tergantung pada jenis usaha.
  6. Orientasi Pasar:
    • IKM: Lebih berorientasi pada pasar yang lebih luas, termasuk potensi ekspor.
    • UKM: Umumnya lebih fokus pada pasar lokal atau domestik.
  7. Rantai Nilai:
    • IKM: Sering menjadi bagian dari rantai pasok industri yang lebih besar.
    • UKM: Lebih independen dan sering beroperasi sebagai entitas terpisah.
  8. Kebutuhan Modal:
    • IKM: Umumnya membutuhkan modal yang lebih besar untuk investasi mesin dan peralatan produksi.
    • UKM: Kebutuhan modal bervariasi, tapi umumnya lebih kecil dibandingkan IKM.
  9. Kompleksitas Operasional:
    • IKM: Cenderung memiliki operasional yang lebih kompleks karena fokus pada produksi.
    • UKM: Kompleksitas operasional bervariasi tergantung jenis usaha.
  10. Dampak Lingkungan:
    • IKM: Memiliki potensi dampak lingkungan yang lebih besar karena aktivitas produksi.
    • UKM: Dampak lingkungan bervariasi, tapi umumnya lebih kecil dibandingkan IKM.

Meskipun memiliki perbedaan, IKM dan UKM sama-sama berperan penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Peran Penting IKM dalam Perekonomian

IKM memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Berikut adalah beberapa peran kunci IKM:

  1. Penyerapan Tenaga Kerja: IKM merupakan salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Dengan karakteristiknya yang padat karya, IKM mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau industri besar.
  2. Kontribusi terhadap PDB: Meskipun secara individual skala usahanya kecil, secara kolektif IKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
  3. Pemerataan Pembangunan Ekonomi: IKM tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat ekonomi. Hal ini membantu memeratakan pembangunan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
  4. Pengembangan Kewirausahaan: IKM menjadi wadah bagi tumbuhnya jiwa kewirausahaan di masyarakat. Banyak pengusaha sukses yang memulai karirnya dari mengelola IKM.
  5. Inovasi dan Kreativitas: Dengan skala yang lebih kecil dan struktur yang lebih fleksibel, IKM seringkali lebih inovatif dan kreatif dalam mengembangkan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.
  6. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal: IKM umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, baik bahan baku maupun tenaga kerja. Hal ini membantu mengoptimalkan potensi ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan pada impor.
  7. Ketahanan Ekonomi: IKM terbukti lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dibandingkan industri besar. Hal ini terlihat saat krisis ekonomi 1998 dan pandemi COVID-19, di mana banyak IKM yang mampu bertahan dan bahkan berkembang.
  8. Pendukung Industri Besar: Banyak IKM yang menjadi pemasok komponen atau bahan baku bagi industri besar, menciptakan rantai nilai yang saling menguntungkan.
  9. Pengembangan Ekonomi Kreatif: IKM menjadi tulang punggung bagi berkembangnya ekonomi kreatif di Indonesia, terutama dalam sektor-sektor seperti kerajinan, fashion, dan kuliner.
  10. Peningkatan Devisa Negara: Beberapa IKM telah mampu menembus pasar ekspor, memberikan kontribusi terhadap peningkatan devisa negara.

Dengan peran-peran penting tersebut, IKM menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk mendukung dan mengembangkan sektor IKM melalui berbagai kebijakan dan program.

Dasar Hukum IKM

IKM di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum bagi keberadaan dan operasional IKM. Berikut adalah beberapa dasar hukum utama yang mengatur tentang IKM:

  1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

    Undang-undang ini menjadi landasan utama bagi pengembangan industri di Indonesia, termasuk IKM. Dalam UU ini, dijelaskan definisi industri kecil dan industri menengah, serta arah kebijakan pengembangan industri nasional.

  2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Industri

    Peraturan ini mengatur tentang pengembangan sumber daya manusia industri, pemanfaatan sumber daya alam, pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri, pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi, serta penyediaan sumber pembiayaan, yang semuanya relevan bagi pengembangan IKM.

  3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri

    Peraturan ini menetapkan kriteria IKM berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi. Menurut peraturan ini:

    • Industri Kecil: mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari Rp 1 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
    • Industri Menengah: mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling banyak Rp 15 miliar.
  4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

    Meskipun sudah berakhir, peraturan ini menjadi dasar bagi pengembangan IKM dalam periode tersebut dan masih relevan sebagai acuan kebijakan.

  5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2020 tentang Standarisasi Industri

    Peraturan ini mengatur tentang penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang juga berlaku bagi IKM.

  6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2019 tentang Penerbitan Izin Usaha Industri dan Izin Perluasan dalam Kerangka Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

    Peraturan ini mengatur tentang prosedur perizinan bagi industri, termasuk IKM.

  7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    Meskipun lebih fokus pada UMKM, undang-undang ini juga relevan bagi IKM, terutama dalam hal pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

  8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

    Peraturan ini, meskipun lebih fokus pada UMKM, juga memiliki implikasi bagi IKM dalam hal kemudahan berusaha dan pemberdayaan.

Dasar hukum ini memberikan kerangka regulasi bagi operasional dan pengembangan IKM di Indonesia. Pemerintah terus melakukan pembaruan dan penyesuaian terhadap regulasi ini untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing IKM dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Strategi Pengembangan IKM

Pengembangan IKM merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Berikut adalah beberapa strategi kunci untuk mengembangkan IKM di Indonesia:

  1. Peningkatan Akses Pembiayaan

    Memperluas akses IKM terhadap sumber-sumber pembiayaan, baik dari perbankan maupun lembaga keuangan non-bank. Ini bisa dilakukan melalui:

    • Program kredit khusus untuk IKM dengan suku bunga yang terjangkau
    • Penjaminan kredit untuk IKM
    • Pengembangan skema pembiayaan alternatif seperti crowdfunding atau peer-to-peer lending
  2. Peningkatan Kapasitas SDM

    Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor IKM melalui:

    • Pelatihan keterampilan teknis dan manajerial
    • Program pendampingan dan mentoring
    • Kerjasama dengan lembaga pendidikan untuk pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan IKM
  3. Penguatan Teknologi dan Inovasi

    Mendorong adopsi teknologi dan inovasi di kalangan IKM melalui:

    • Fasilitasi akses terhadap teknologi produksi terkini
    • Insentif untuk penelitian dan pengembangan
    • Kerjasama antara IKM dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi
  4. Pengembangan Infrastruktur

    Meningkatkan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan IKM, termasuk:

    • Pembangunan kawasan industri khusus IKM
    • Perbaikan infrastruktur logistik dan transportasi
    • Pengembangan infrastruktur digital untuk mendukung e-commerce
  5. Fasilitasi Akses Pasar

    Membantu IKM dalam memperluas akses pasar melalui:

    • Promosi produk IKM di pasar domestik dan internasional
    • Fasilitasi partisipasi IKM dalam pameran dagang
    • Pengembangan platform e-commerce khusus untuk produk IKM
  6. Penguatan Kemitraan

    Mendorong kemitraan antara IKM dengan perusahaan besar melalui:

    • Program kemitraan dan bapak angkat
    • Fasilitasi subkontrak antara IKM dan industri besar
    • Pengembangan klaster industri
  7. Penyederhanaan Regulasi

    Menyederhanakan prosedur dan regulasi yang terkait dengan IKM, termasuk:

    • Penyederhanaan proses perizinan
    • Pengurangan biaya-biaya yang tidak perlu
    • Harmonisasi regulasi pusat dan daerah
  8. Pengembangan Ekonomi Kreatif

    Mendorong pengembangan IKM di sektor ekonomi kreatif melalui:

    • Fasilitasi pengembangan desain produk
    • Perlindungan hak kekayaan intelektual
    • Pengembangan ekosistem industri kreatif
  9. Penguatan Standarisasi dan Sertifikasi

    Meningkatkan kualitas produk IKM melalui:

    • Fasilitasi penerapan standar nasional dan internasional
    • Bantuan sertifikasi produk
    • Peningkatan kesadaran akan pentingnya standarisasi
  10. Pengembangan Rantai Nilai

    Mengintegrasikan IKM ke dalam rantai nilai global melalui:

    • Identifikasi dan pengembangan rantai nilai potensial
    • Fasilitasi kerjasama dengan perusahaan multinasional
    • Peningkatan kapasitas IKM untuk memenuhi standar global

Implementasi strategi-strategi ini membutuhkan kerjasama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan IKM di Indonesia dapat terus berkembang dan meningkatkan daya saingnya di tingkat nasional maupun global.

Contoh-Contoh IKM di Indonesia

Indonesia memiliki beragam IKM yang tersebar di berbagai daerah, mencerminkan kekayaan budaya dan sumber daya alam negara ini. Berikut adalah beberapa contoh IKM yang berkembang di Indonesia:

  1. Industri Batik

    Batik merupakan salah satu IKM yang paling terkenal di Indonesia. Sentra-sentra batik dapat ditemukan di berbagai daerah seperti Pekalongan, Solo, Yogyakarta, dan Cirebon. IKM batik tidak hanya memproduksi kain batik tradisional, tetapi juga mengembangkan produk-produk fashion dan aksesoris berbasis batik.

  2. Industri Kerajinan Kayu

    Banyak daerah di Indonesia memiliki IKM yang fokus pada kerajinan kayu, seperti mebel, ukiran, dan souvenir. Contohnya adalah sentra mebel Jepara di Jawa Tengah dan kerajinan kayu di Bali.

  3. Industri Makanan dan Minuman

    IKM makanan dan minuman tersebar di seluruh Indonesia, memproduksi berbagai produk seperti keripik, kue kering, minuman herbal, dan makanan olahan lainnya. Contohnya termasuk industri keripik tempe di Malang dan industri dodol di Garut.

  4. Industri Tekstil dan Produk Tekstil

    Selain batik, Indonesia juga memiliki banyak IKM yang bergerak di bidang tekstil dan produk tekstil lainnya. Contohnya termasuk industri tenun ikat di Nusa Tenggara Timur dan industri bordir di Tasikmalaya.

  5. Industri Kerajinan Logam

    Beberapa daerah di Indonesia terkenal dengan IKM kerajinan logamnya. Contohnya adalah sentra kerajinan perak di Kotagede, Yogyakarta, dan industri keris di Solo.

  6. Industri Keramik

    IKM keramik dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, memproduksi berbagai produk mulai dari peralatan rumah tangga hingga barang dekoratif. Contohnya adalah sentra keramik di Kasongan, Yogyakarta.

  7. Industri Anyaman

    Banyak daerah di Indonesia memiliki tradisi anyaman yang kuat, yang telah berkembang menjadi IKM. Contohnya termasuk industri anyaman rotan di Cirebon dan anyaman bambu di Tasikmalaya.

  8. Industri Kosmetik dan Herbal

    Beberapa IKM di Indonesia fokus pada produksi kosmetik dan produk herbal berbasis bahan alami lokal. Contohnya termasuk industri jamu di Jawa Tengah dan industri minyak atsiri di Jawa Barat.

  9. Industri Alas Kaki

    Indonesia memiliki beberapa sentra IKM alas kaki yang terkenal. Contohnya adalah sentra industri sepatu di Cibaduyut, Bandung, dan industri sandal di Wedoro, Sidoarjo.

  10. Industri Pengolahan Hasil Laut

    Di daerah pesisir, banyak IKM yang ber fokus pada pengolahan hasil laut. Contohnya termasuk industri pengolahan ikan asin di Pangandaran dan industri kerupuk udang di Sidoarjo.

Contoh-contoh IKM di atas menunjukkan keragaman dan kekayaan sektor industri kecil dan menengah di Indonesia. Setiap daerah memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam produk IKM-nya, yang sering kali mencerminkan budaya dan sumber daya lokal. Pengembangan IKM ini tidak hanya berkontribusi pada perekonomian nasional, tetapi juga membantu melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal Indonesia.

Tantangan yang Dihadapi IKM

Meskipun IKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, sektor ini juga menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi untuk dapat berkembang lebih lanjut. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh IKM di Indonesia:

  1. Keterbatasan Akses Pembiayaan

    Banyak IKM mengalami kesulitan dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan formal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

    • Kurangnya jaminan yang memadai
    • Keterbatasan dalam penyusunan proposal bisnis yang baik
    • Ketidakmampuan memenuhi persyaratan administratif yang diminta oleh bank
    • Tingginya suku bunga kredit untuk usaha kecil

    Keterbatasan akses pembiayaan ini sering kali menghambat IKM untuk melakukan ekspansi usaha atau meningkatkan kapasitas produksinya.

  2. Keterbatasan Teknologi dan Inovasi

    Banyak IKM masih menggunakan teknologi produksi yang relatif sederhana dan tradisional. Hal ini dapat menyebabkan:

    • Rendahnya efisiensi produksi
    • Kesulitan dalam memenuhi standar kualitas yang diminta pasar
    • Keterbatasan dalam mengembangkan produk baru
    • Kesulitan bersaing dengan produk impor yang lebih murah dan berkualitas

    Selain itu, banyak IKM juga mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital untuk pemasaran dan manajemen usaha.

  3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia

    IKM sering kali menghadapi tantangan dalam hal sumber daya manusia, termasuk:

    • Kurangnya tenaga kerja terampil
    • Keterbatasan kemampuan manajerial pemilik atau pengelola IKM
    • Kesulitan dalam mempertahankan karyawan berkualitas karena tawaran yang lebih menarik dari perusahaan besar
    • Kurangnya pemahaman tentang standar kualitas dan keamanan produk

    Hal ini dapat menghambat peningkatan produktivitas dan daya saing IKM.

  4. Keterbatasan Akses Pasar

    Banyak IKM mengalami kesulitan dalam memperluas pasar mereka, baik di tingkat nasional maupun internasional. Tantangan ini meliputi:

    • Kurangnya informasi tentang peluang pasar
    • Keterbatasan dalam melakukan riset pasar
    • Kesulitan dalam memenuhi standar dan sertifikasi yang diperlukan untuk memasuki pasar tertentu
    • Keterbatasan dalam melakukan promosi dan pemasaran yang efektif

    Akibatnya, banyak IKM yang tetap terjebak dalam pasar lokal yang terbatas.

  5. Regulasi dan Birokrasi

    IKM sering kali menghadapi tantangan terkait regulasi dan birokrasi, termasuk:

    • Rumitnya prosedur perizinan usaha
    • Tingginya biaya untuk memenuhi berbagai regulasi
    • Ketidakpastian hukum dan perubahan kebijakan yang sering terjadi
    • Kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam menangani IKM

    Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan formalitas IKM.

  6. Infrastruktur yang Kurang Memadai

    Banyak IKM, terutama yang berada di daerah terpencil, menghadapi tantangan terkait infrastruktur, seperti:

    • Keterbatasan akses listrik yang stabil
    • Buruknya kondisi jalan dan transportasi
    • Terbatasnya akses internet dan teknologi komunikasi
    • Kurangnya fasilitas penyimpanan dan pergudangan yang memadai

    Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi dan distribusi, serta menghambat akses ke pasar yang lebih luas.

  7. Persaingan dengan Produk Impor

    IKM Indonesia sering kali harus bersaing dengan produk impor yang lebih murah, terutama dari negara-negara dengan biaya produksi yang lebih rendah. Tantangan ini meliputi:

    • Kesulitan dalam menyaingi harga produk impor
    • Persepsi konsumen yang kadang lebih memilih produk impor
    • Keterbatasan dalam melakukan inovasi produk untuk bersaing
    • Kurangnya dukungan kebijakan untuk melindungi IKM dari persaingan yang tidak sehat

    Hal ini dapat mengancam kelangsungan hidup banyak IKM, terutama di sektor-sektor yang rentan terhadap persaingan impor.

Menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk mendukung pengembangan dan peningkatan daya saing IKM di Indonesia. Strategi yang tepat dan kebijakan yang mendukung dapat membantu IKM mengatasi tantangan-tantangan ini dan berkembang menjadi sektor yang lebih kuat dan berdaya saing.

Dukungan Pemerintah untuk IKM

Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya peran IKM dalam perekonomian nasional dan telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung pengembangan sektor ini. Berikut adalah beberapa bentuk dukungan pemerintah untuk IKM:

  1. Program Pembiayaan

    Pemerintah telah meluncurkan beberapa program pembiayaan khusus untuk IKM, antara lain:

    • Kredit Usaha Rakyat (KUR): Program kredit dengan bunga rendah untuk UMKM dan IKM
    • Program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi): Skema pembiayaan untuk usaha mikro yang belum terjangkau layanan perbankan
    • Penjaminan Kredit: Melalui lembaga penjaminan kredit seperti Jamkrindo dan Askrindo

    Program-program ini bertujuan untuk mempermudah akses IKM terhadap sumber pembiayaan formal dengan syarat yang lebih ringan.

  2. Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas

    Pemerintah, melalui berbagai kementerian dan lembaga, menyelenggarakan program pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk IKM, meliputi:

    • Pelatihan keterampilan teknis dan manajerial
    • Program pendampingan usaha
    • Pelatihan penggunaan teknologi digital untuk bisnis
    • Workshop pengembangan produk dan inovasi

    Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pelaku IKM dalam mengelola dan mengembangkan usaha mereka.

  3. Fasilitasi Akses Pasar

    Pemerintah membantu IKM dalam memperluas akses pasar melalui berbagai inisiatif, seperti:

    • Penyelenggaraan pameran dagang nasional dan internasional
    • Program kemitraan antara IKM dengan perusahaan besar
    • Fasilitasi ekspor untuk produk IKM
    • Pengembangan platform e-commerce khusus untuk produk IKM

    Upaya ini bertujuan untuk membantu IKM menemukan pasar baru dan memperluas jangkauan pemasaran mereka.

  4. Dukungan Infrastruktur

    Pemerintah juga memberikan dukungan dalam bentuk pengembangan infrastruktur yang mendukung IKM, termasuk:

    • Pembangunan sentra-sentra IKM
    • Penyediaan fasilitas produksi bersama
    • Pengembangan infrastruktur logistik dan transportasi
    • Peningkatan akses internet di daerah-daerah sentra IKM

    Dukungan infrastruktur ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing IKM.

  5. Kebijakan Fiskal dan Insentif

    Pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan kebijakan yang mendukung IKM, seperti:

    • Pengurangan atau pembebasan pajak untuk IKM dalam tahap awal pengembangan
    • Insentif pajak untuk investasi di sektor IKM
    • Kemudahan impor bahan baku dan mesin untuk IKM
    • Penyederhanaan prosedur ekspor untuk produk IKM

    Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi pertumbuhan IKM.

  6. Dukungan Inovasi dan Teknologi

    Pemerintah mendorong inovasi dan adopsi teknologi di kalangan IKM melalui:

    • Program bantuan teknologi untuk IKM
    • Kerjasama antara IKM dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi
    • Insentif untuk penelitian dan pengembangan di sektor IKM
    • Fasilitasi transfer teknologi dari perusahaan besar ke IKM

    Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas inovasi dan daya saing teknologi IKM.

  7. Penyederhanaan Regulasi

    Pemerintah terus berupaya menyederhanakan regulasi yang terkait dengan IKM, termasuk:

    • Penyederhanaan prosedur perizinan usaha
    • Implementasi sistem perizinan online terpadu
    • Pengurangan biaya-biaya yang tidak perlu
    • Harmonisasi regulasi pusat dan daerah terkait IKM

    Upaya ini bertujuan untuk mengurangi beban administratif dan biaya kepatuhan bagi IKM.

  8. Perlindungan Hukum dan Kekayaan Intelektual

    Pemerintah juga memberikan dukungan dalam hal perlindungan hukum dan kekayaan intelektual untuk IKM, meliputi:

    • Fasilitasi pendaftaran merek dan paten untuk produk IKM
    • Bantuan hukum untuk IKM dalam kasus-kasus pelanggaran hak kekayaan intelektual
    • Edukasi tentang pentingnya perlindungan kekayaan intelektual
    • Penegakan hukum terhadap praktik persaingan tidak sehat yang merugikan IKM

    Upaya ini bertujuan untuk melindungi inovasi dan kreativitas IKM serta menciptakan persaingan usaha yang sehat.

Dukungan pemerintah ini merupakan bagian dari upaya komprehensif untuk mengembangkan sektor IKM di Indonesia. Meskipun demikian, efektivitas program-program ini masih perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan untuk memastikan bahwa dukungan yang diberikan benar-benar sampai dan bermanfaat bagi IKM di seluruh Indonesia. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat tetap diperlukan untuk memaksimalkan dampak dari berbagai program dukungan ini.

FAQ Seputar IKM

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) seputar Industri Kecil dan Menengah (IKM) beserta jawabannya:

  1. Apa perbedaan utama antara IKM dan UKM?

    IKM fokus pada kegiatan produksi atau manufaktur, sementara UKM mencakup berbagai jenis usaha termasuk perdagangan dan jasa. IKM umumnya memiliki skala yang lebih besar dalam hal investasi dan jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan UKM kecil.

  2. Bagaimana cara mendapatkan izin usaha untuk IKM?

    Izin usaha untuk IKM dapat diperoleh melalui sistem Online Single Submission (OSS) yang dikelola oleh pemerintah. Prosesnya melibatkan pendaftaran NIB (Nomor Induk Berusaha), IUMK (Izin Usaha Mikro Kecil), dan izin operasional lainnya sesuai dengan jenis usaha.

  3. Apa saja kriteria untuk dikategorikan sebagai IKM?

    Menurut Peraturan Menteri Perindustrian, industri kecil mempekerjakan paling banyak 19 orang dengan nilai investasi kurang dari Rp 1 miliar, sedangkan industri menengah mempekerjakan 20-99 orang dengan nilai investasi Rp 1-15 miliar.

  4. Bagaimana cara IKM mendapatkan akses pembiayaan?

    IKM dapat mengakses pembiayaan melalui program pemerintah seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat), pembiayaan dari bank BUMN, atau lembaga pembiayaan non-bank. Selain itu, ada juga opsi crowdfunding dan peer-to-peer lending.

  5. Apakah ada bantuan pemerintah untuk pengembangan teknologi IKM?

    Ya, pemerintah menyediakan berbagai program bantuan teknologi untuk IKM, termasuk fasilitasi adopsi teknologi baru, pelatihan penggunaan teknologi digital, dan kerjasama dengan lembaga penelitian.

  6. Bagaimana cara IKM memasarkan produknya ke luar negeri?

    IKM dapat memanfaatkan program fasilitasi ekspor dari pemerintah, berpartisipasi dalam pameran dagang internasional, menggunakan platform e-commerce global, atau bermitra dengan perusahaan ekspor.

  7. Apa saja standar yang harus dipenuhi oleh produk IKM?

    Produk IKM harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang relevan dengan jenis produknya. Untuk produk makanan dan minuman, juga diperlukan sertifikasi halal dan izin edar dari BPOM.

  8. Bagaimana cara IKM melindungi kekayaan intelektualnya?

    IKM dapat mendaftarkan merek dagang, paten, atau hak cipta ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Pemerintah juga menyediakan bantuan dan fasilitasi untuk proses pendaftaran ini.

  9. Apakah IKM bisa mendapatkan insentif pajak?

    Ya, pemerintah menyediakan berbagai insentif pajak untuk IKM, termasuk pengurangan tarif pajak penghasilan dan fasilitas pembebasan pajak untuk investasi di sektor tertentu.

  10. Bagaimana cara IKM menghadapi persaingan dengan produk impor?

    IKM dapat meningkatkan daya saingnya melalui inovasi produk, peningkatan kualitas, efisiensi produksi, dan pemanfaatan bahan baku lokal. Pemerintah juga menyediakan perlindungan melalui kebijakan perdagangan yang mendukung produk lokal.

FAQ ini memberikan gambaran umum tentang berbagai aspek yang terkait dengan IKM di Indonesia. Namun, mengingat dinamika ekonomi dan perubahan kebijakan yang terus terjadi, pelaku IKM disarankan untuk selalu memperbarui informasi mereka melalui sumber-sumber resmi pemerintah dan asosiasi industri terkait.

Kesimpulan

Industri Kecil dan Menengah (IKM) memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Sebagai sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan berkontribusi signifikan terhadap PDB, IKM menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional. Keberagaman IKM di Indonesia, mulai dari industri batik tradisional hingga produsen komponen teknologi tinggi, mencerminkan kekayaan budaya dan potensi inovasi negara ini.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan akses pembiayaan, teknologi, dan pasar, IKM telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Kemampuan sektor ini untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi membuktikan fleksibilitas dan daya tahan IKM.

Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya sektor ini dan telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung pengembangan IKM. Mulai dari penyediaan akses pembiayaan yang lebih mudah, pelatihan dan pengembangan kapasitas, hingga fasilitasi akses pasar dan adopsi teknologi, upaya-upaya ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing IKM baik di pasar domestik maupun global.

Namun, pengembangan IKM bukanlah tanggung jawab pemerintah semata. Diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan inovasi IKM. Peran aktif dari pelaku IKM sendiri juga sangat penting dalam memanfaatkan berbagai peluang dan dukungan yang tersedia.

IKM Indonesia perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Adopsi teknologi digital, pengembangan produk ramah lingkungan, dan peningkatan standar kualitas akan menjadi kunci bagi IKM untuk tetap relevan dan berdaya saing di era ekonomi global.

Dengan dukungan yang tepat dan strategi pengembangan yang berkelanjutan, IKM Indonesia memiliki potensi besar untuk tidak hanya menjadi penggerak ekonomi domestik, tetapi juga menjadi pemain yang diperhitungkan di pasar global. Pengembangan IKM yang berkelanjutan akan berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya