Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diprediksi tidak akan keluar dari rentang USD 1.800-USD 1.900. Meskipun ada dukungan logam mulia yang baik, tapi tidak memiliki momentum untuk bergerak lebih tinggi.
"Ini sedang dalam fase konsolidasi. Sedang mencari sesuatu untuk menjaga momentum," kata Kitco Metals Global Trading Director, Peter Hug.
Baca Juga
Setelah terjadi lompatan tak terduga pada Rabu, ketika Joe Biden dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), level USD 1.870 per ounce ternyata terlalu kuat sebagai titik resistensi untuk emas. Hal ini karena logam mulia itu terkonsolidasi kembali ke USD 1.850.
Advertisement
Pada Rabu (20/1), harapan pada rencana stimulus Biden USD 1,9 triliun sempat memicu kenaikan logam. Namun pada saat yang sama, Biden memperingatkan bahwa jumlah pasien Covid-19 meninggal dunia di AS akan lebih dari 100.000 pada bulan depan.
"Antusiasme pedagang dan investor tertekan dengan fokus pemerintahan baru Biden pada pandemi di AS dan bagian lain dunia," kata analis senior Kitco, Jim Wyckoff, seperti dikutip Senin (25/1/2021).
Paket stimulus USD 1,9 triliun Biden akan menjadi katalis yang tepat untuk membuat harga emas lebih tinggi, khususnya karena Komite Keuangan Senat AS menyetujui pencalonan Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan pada Jumat 22 Januari 2021).
Namun ini akan bergabung pada seberapa cepat paket stimulus disetujui dan dalam bentuk apa.
"Pertanyaannya adalah, ini belum berakhir. Dengan Kamala Harris, Biden menguasai mayoritas, tapi ia mungkin menghadapi beberapa perlawanan dari Partai Republik," kata Hug.
"Ini masih belum jelas. Stimulus tersebut harus masuk ke ekonomi secepatnya. Ketidakpastian ini menciptakan beberapa ketakutan. USD 1,9 triliun adalah angka yang agresif, dan sekarang ada kekhawatiran tentang betapa cepatnya sesuatu dapat diselesaikan," sambungnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Inflasi Jadi Pemicu
Inflasi akan menjadi pemicu utama di balik really emas selanjutnya setelah stimulus diloloskan.
"Saat ini, emas berada dalam kisaran dan dalam masa jeda. Ketika semua orang mulai bekerja dan masalah suplai muncul, ada kantong besar di ekonomi yang akan mulai mengubahnya. Ini akan menghasilkan harga emas jauh lebih tinggi," kata Menurut broker komoditas senior RJO Future, Daniel Pavilions.
Sementara itu, Hug meyakini harga emas akan naik bertahap.
"Seharusnya bertahan di level USD 1.825, jika tidak maka USD 1.800. Secara teknis, ini masih pola grafik yang konstruktif. Pekan depan, kita akan menembus di kisaran USD 1.872 hingga USD 1.900," tuturnya.
Sementara itu Pavilions lebih netral melihat momen emas, setidaknya sampai stimulus dan inflasi dimulai.
"Kita ada di rentang yang sangat luas antara USD 1.766 dan USD 1.965. Ketika kita menutup di atas USD 1.965 per ounce, emas akan bersiap untuk rally. Di sisi lain, jika kita ditutup di bawah USD 1.766, artinya tren menurun," katanya.
Advertisement