Kunjungan Wisman ke Indonesia di 2020 Anjlok 75,03 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020 mencapai 4,02 juta

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Feb 2021, 14:30 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2021, 14:30 WIB
Bermain Surfing di Pantai Kuta
Turis berselancar di pantai Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia di Bali (3/5). Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020 mencapai 4,02 juta. Jumlah ini turun 75,03 persen dibandingkan pada 2019.

"Sektor pariwisata masih akan menghadapi tantangan berat selama pandemi belum terkontrol," kata Kepala BPS, Suhariyanto, pada Senin (2/1/2021).

Pada Desember 2020, jumlah wisman yang datang ke Indonesia hanya 164 ribu orang, mengalami kenaikan 13,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun dibandingkan Desember 2019 terjadi penurunan besar 88,08 persen. Ini sebagian besar merupakan wisman bisnis, bukan untuk berlibur.

Berdasarkan pintu masuk wisman yang datang pada Desember 2020, 59 persen wisman datang ke Indonesia lewat jalan darat, 27 persen lewat laut, dan 14 persen masuk melalui udara.

"Pandemi membawa dampak luar biasa buruk ke sektor pariwisata dan pendukungnya di berbagai negara, termasuk Indonesia. Karena banyak negara yang pasar utama wisman Indonesia masih memberlakukan larangan travel ke luar negeri, bahkan yang second wave kembali melakukan lockdown," tutur Suhariyanto.

Dari total 164 ribu kunjungan wisman pada Desember 2020, paling banyak berasal dari Timor Leste sebesar 81,1 ribu atau 49, 4 persen.

"Wisman yang lain mengalami penurunan YoY, meski kalau kita lihat ada beberapa wisman yang datang tapi jumlahnya kecil sekali," kata Suhariyanto.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Inflasi Januari 2021 Capai 0,26 Persen, Dipicu Gempa Mamuju

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pada Januari 2021 terjadi inflasi sebesar 0,26 persen. Dengan nilai inflasi sebesar 0,26 persen pada Januari 2021 ini, maka tingkat inflasi tahun ke tahun dari Januari 2021 ke Januari 2020 adalah sebesar 1,55 persen.

"Pada Januari 2021 terjadi inflasi sebesar 0,26 persen. Dengan nilai inflasi sebesar 0,26 persen pada Januari 2021 ini maka tingkat infasi tahun ke tahun dari Januari ke Januari 2020 adalah sebesar 1,55 persen," ujarnya, Jakarta, Senin (1/2/2021).

Dari 90 kota yang dipantau BPS, 75 kota mengalami inflasi sementara 15 kota lainnya mengalami deflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat.

"Kita mengetahui bahwa saudara saudara kita yang berada di Sulawesi Barat sedang mengalami bencana gempa. Yang membuat inflasi Mamuju 1,43 persen karena adanya kenaikan harga berbagai jenis ikan dan cabai rawit," kata Suhariyanto.

Sebaliknya, BPS juga mencatat terjadi deflasi tertinggi di Bau Bau karena adanya penurunan harga tiket dan penurunan harga ikan. Selain itu, pergerakan inflasi juga dipengaruhi oleh pandemi Virus Corona yang belum juga berakhir.

"Jadi kalau kita lihat pergerakan inflasi, dampak Covid belum reda masih membayangi perekonomian diberbagai negara termasuk di Indonesia. Kita tahu bahwa selama pandemi mobilitas berkurang, roda ekonomi melambat berpengaruh ke pendapatan dan lemahnya permintaan," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya