Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menginginkan adanya terobosan anyar dalam menyelesaikan persoalan sampah plastik di Indonesia. Dia pun meminta stakeholders terkait agar tidak lagi menerapkan strategi business as usual dalam mengatasi persoalan klasik itu.
"Saya selalu menekankan untuk mengambil langkah-langkah yang tidak biasa (mengatasi sampah plastik), bukan business as usual," tegasnya dalam webinar bertajuk Kemitraan Menuju Indonesia Bebas Sampah: Peresmian Fasilitas TPST3R di Kabupaten Pasuruan, Jumat (26/2).
Baca Juga
Luhut bilang, penerapan ekonomi sirkular, bisa menjadi salah satu terobosan untuk mengatasi persoalan sampah plastik di tanah air. Melalui cara ini nantinya mekanisme pengolahan sampah plastik akan menekankan pada penciptaan inovasi aneka produk berdaya saing tinggi.
Advertisement
"Sehingga berbagai barang atau produk yang dapat dijual, memberikan penghasilan bagi masyarakat setempat," terangnya.
Terlebih lagi, pemerintah juga telah menetapkan ekonomi sirkular sebagai tema perayaan Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) di tahun ini.
"Untuk itu, saya mendukung implementasi ekonomi sirkular dalam penyelesaian masalah pengolahan sampah plastik di daerah," tandasnya.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonomi Sirkular
Sebelumnya, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto menyampaikan hasil studi mengenai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari ekonomi sirkular atau berkelanjutan di Indonesia. Salah satunya, penerapan konsep ekonomi tersebut berpotensi membuka 4,4 juta pekerjaan baru pada 2030.
"Penerapan ekonomi sirkular mampu menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan secara akumulatif pada 2030. Porsi tenaga kerja perempuan bisa capai 75 persen dari total tersebut," tutur Arifin dalam acara virtual peluncuran laporan studi 'The Economic, Social, and Environmental Benefits of Circular Economy in Indonesia' pada Senin (25/1).
Peluang besar bagi perempuan itu didorong potensi perpindahan kerja di sektor yang didominasi laki-laki seperti konstruksi. Selain itu juga kemungkinan pembukaan lapangan kerja di sektor yang didominasi perempuan seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan sosial.
Dalam masa transisi ke ekonomi sirkular ini, kata Arifin, akan ada perubahan lain dalam bidang pekerjaan. "Misalnya beberapa pekerjaan hulu seperti sektor pertambangan akan beralih. Namun hal ini dapat diimbangi dengan pekerjaan baru yang diciptakan di sektor hilir seperti manufaktur dan jasa," kata dia.Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement