Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia investasi, ada istilah underweight sering digunakan oleh analis keuangan dan manajer investasi untuk menggambarkan rekomendasi terhadap suatu saham yang dinilai memiliki potensi pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan saham lain dalam sektor yang sama atau dibandingkan dengan indeks pasar secara keseluruhan.
Melansir Investopedia, Selasa (4/3/20250, ketika sebuah saham mendapat peringkat underweight, itu berarti analis merekomendasikan agar investor mengurangi kepemilikan saham tersebut dalam portofolio mereka karena ekspektasi kinerjanya yang kurang baik dalam jangka waktu tertentu.
Advertisement
Baca Juga
Bagaimana Analis Menentukan Underweight Saham?
Peringkat underweight diberikan berdasarkan berbagai faktor, termasuk fundamental perusahaan, kondisi ekonomi makro, tren industri, serta faktor teknikal dan sentimen pasar. Analis biasanya membandingkan saham dengan rata-rata industri atau indeks acuan, seperti S&P 500 atau IDX Composite, sebelum menetapkan apakah saham tersebut layak diberikan rating underweight.
Advertisement
Beberapa alasan umum yang menyebabkan suatu saham dikategorikan sebagai underweight meliputi:
- Kinerja Keuangan yang Lemah: Jika laporan keuangan menunjukkan penurunan pendapatan, laba bersih, atau margin keuntungan, maka saham tersebut dapat dianggap kurang menarik bagi investor.
- Persaingan yang Ketat: Perusahaan yang menghadapi persaingan ketat dari kompetitor dengan inovasi lebih baik atau strategi bisnis yang lebih efektif mungkin akan mendapat rating underweight.
- Kondisi Makroekonomi: Faktor seperti inflasi, suku bunga tinggi, dan kebijakan fiskal yang ketat dapat berdampak negatif pada saham tertentu, terutama yang bergantung pada konsumsi atau investasi modal besar.
- Regulasi yang Tidak Menguntungkan: Perubahan regulasi atau kebijakan pemerintah yang merugikan industri tertentu bisa menjadi alasan saham dalam industri tersebut dikategorikan sebagai underweight.
- Sentimen Pasar: Faktor psikologis dan berita negatif mengenai perusahaan dapat menekan harga saham dan membuatnya kurang menarik bagi investor.
Contoh Kasus Saham dengan Peringkat Underweight
Beberapa perusahaan besar pernah mendapatkan peringkat underweight dari lembaga keuangan global. Misalnya, pada 2024, Morgan Stanley menurunkan peringkat ekuitas Indonesia menjadi underweight dalam kategori alokasi investasi di pasar Asia dan negara berkembang
Penurunan ini didasarkan pada ketidakpastian kebijakan fiskal dan dampak penguatan dolar AS terhadap rupiah, yang berisiko bagi investor yang memiliki aset dalam mata uang lokal
Selain itu, JP Morgan pada Februari 2025 memberikan peringkat underweight untuk saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Penilaian ini didasarkan pada penurunan harga batubara akibat melambatnya permintaan dari China serta meningkatnya pasokan global, yang berdampak pada prospek keuntungan perusahaan di sektor energi
Advertisement
Dampak Underweight Saham bagi Investor
Bagi investor, rekomendasi underweight bukan berarti harus langsung menjual seluruh kepemilikan saham tersebut. Namun, peringkat ini bisa menjadi sinyal saham tersebut berpotensi memberikan imbal hasil lebih rendah dibandingkan alternatif lain di pasar. Oleh karena itu, investor dapat mempertimbangkan langkah-langkah berikut:
Diversifikasi Portofolio: Mengurangi porsi saham dengan rating underweight dan menggantikannya dengan saham yang memiliki prospek lebih baik.
Memantau Perkembangan Perusahaan: Jika saham underweight berasal dari perusahaan dengan fundamental kuat tetapi sedang mengalami tantangan sementara, bisa jadi saham tersebut akan pulih dalam jangka panjang.
Menyesuaikan Strategi Investasi: Investor dengan profil risiko konservatif mungkin akan menghindari saham underweight, sementara investor dengan profil risiko lebih tinggi mungkin justru melihatnya sebagai peluang membeli di harga rendah.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
