Bos BKPM Tak Mau Pengalaman Kelam Freeport Terulang

Kepala BKPM ingin investasi yang masuk ke Indonesia harus melibatkan perusahaan-perusahaan nasional hingga daerah.

oleh Andina Librianty diperbarui 03 Mar 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2021, 19:00 WIB
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Liputan6.com, Jakarta Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman), Bahlil Lahadalia, tak ingin pengalaman kelam Indonesia dengan bisnis tambang emas Freeport terulang.

Dia pun ingin investasi yang masuk ke Indonesia harus melibatkan perusahaan-perusahaan nasional hingga daerah.

"Sudah barang tentu dalam konteks negosiasi ini, kita ingin agar kehadiran negara ada. Freeport itu menjadi pengalaman kelam bagi kita. Dahulu tahun 1970-an ketika Freeport dibangun, negara belum ikut mengambil bagian secara maksimal," kata Bahlil dalam MNC Group Investor Forum 2021 pada Rabu (3/3/2021).

Berdasarkan pengalaman tersebut, kata Bahlil, pemerintah mengajak perusahaan-perusahaan pelat merah termasuk Pertamina, MIND ID, dan PLN berperan dalam pengembangan industri baterai Tanah Air. Indonesia memiliki cadangan bijih nikel 23,7 persen atau yang terbesar saat ini dunia.

Nikel merupakan material utama yang dibutuhkan dalam pembuatan baterai lithium. Hilirisasi nikel disebut akan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi mobil listrik di dunia.

Saat ini sudah ada dua perusahaan besar yang akan berinvestasi di industri baterai terintegrasi di Indonesia yaitu Contemporary Amperex Technology (CATL) dari China dengan nilai investasi USD 5,2 miliar, dan LG senilai USD 9,8 miliar.

"Contoh seperti LG ini, kita ikutkan BUMN kita seperti Antam, MIN ID, Pertamina, dan PLN ikut bersama-sama di dalam tim di LG, begitu pula dengan CATL," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga akan menggandeng para pengusaha nasional di daerah dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Menurut kita, sebuah investasi yang masuk selain akan memberikan pertumbuhan ekonomi daerah, juga pemerataan pertumbuhan dan ikut besar bersama. Itu esensi dari satu investasi berkualitas," ungkap Bahlil.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Ini

Indonesia Lirik VW Jadi Investor Industri Kendaraan Listrik

Panel V Rakornas Indonesia Maju
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan paparan saat diskusi panel V Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Rabu (13/11/2019). Panel V itu membahas penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pemerintah berusaha mengembangkan industri kendaraan listrik, termasuk untuk baterai. Bahkan sudah ada sejumlah investor yang dipastikan akan berinvestasi, serta beberapa calon investor baru. salah satunya adalah Volkswagen (VW). 

Kepala Badan Koordinasi Penanaman (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan saat ini pemerintah sedang berkomunikasi dengan produsen mobil listrik asal Jerman yaitu Volkswagen (VW). Perusahaan Jerman lain yang sedang didekati adalah BASF.

"BASF dalam proses komunikasi, Tesla dalam proses komunikasi. Kemudian juga ada VW dalam proses komunikasi," kata Bahlil dalam MNC Group Investor Forum 2021 pada Rabu (3/3/2021).

Sementara itu, saat ini sudah ada dua perusahaan yang dipastikan akan berinvestasi di Indonesia yaitu Contemporary Amperex Technology (CATL) dari China dengan nilai investasi USD 5,2 miliar, dan LG senilai USD 9,8 miliar. Keduanya berinvestasi untuk industri baterai terintegrasi.

Komunikasi dengan BSA terkait untuk prekursor dan katoda, sedangkan Tesla untuk ekosistem industri mobil listrik.

Terkait dengan investasi ini, kata Bahlil, pemerintah mengurus semua perizinan untuk mempermudah para investor.

"Pemerintah mengurus perizinannya semua. Jadi sekarang investor datang ke BKPM yang terkait industri strategis, kita akan kasih insentif fiskal, tax holiday, akan kita urus perizinan dengan tema silahkan bawa modal dan teknologi, nanti perizinannya lewat BKPM," ungkapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya