Liputan6.com, Jakarta Rupiah (IDR) mengalami penguatan pada Selasa, 4 Maret 2025.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa Rupiah ditutup menguat 35 point terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat menguat 50 point di level Rp.16.445 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.480.
Advertisement
Baca Juga
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.430 - Rp 16.500," kata Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Advertisement
Rupiah menguat meski adanya pengumuman Presiden AS Donald Trump yang mengonfirmasi pengenaan tarif 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada mulai 4 Maret 2025. Trump juga menandatangani perintah untuk menaikkan tarif atas barang-barang China dari 10% menjadi 20%.
Peningkatan tarif impor atas barang-barang China semakin meningkatkan ketegangan dagang antara AS dan China. China berjanji akan mengambil tindakan balasan terhadap tarif AS untuk melindungi kepentingannya, sementara Kanada mempersiapkan pembalasannya sendiri, pemerintah mereka menyatakan pada hari Selasa.
"Tarif ini diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian perdagangan, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan permintaan ekspor, sehingga merugikan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan investor di pasar Asia," papar Ibrahi,.
Selain itu, pasar juga mengamati perkembangan dari penghentian sementara semua bantuan militer AS ke Ukraina yang telah dikonfirmasi oleh seorang pejabat Gedung Putih.
"Pasar telah melihat semakin jauhnya jarak antara Gedung Putih dan Ukraina sebagai tanda potensi meredanya konflik yang dapat berujung pada pencabutan sanksi bagi Rusia," beber Ibrahim.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan saya pribadi sebagai seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait.
Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 serta Perba No.107/BAPPEBTI/PER/11/2013 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Konsumsi Domestik RI Catat Penguatan
Ibrahim lebih lanjut menyoroti konsumsi domestik Indonesia pada kuartal pertama 2025 yang menunjukkan ketahanan.
Di tengah tantangan global yang berlanjut, Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) Indonesia tercatat di level ekspansif 127,2 pada Januari, sedangkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) masih tumbuh positif 0,4%.
"Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga dan menjadi pilar utama penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan stabilitas konsumsi masyarakat tersebut ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah. Diantaranya diskon tarif listrik sebesar 50% pada Januari dan Februari 2025," katanya.
"Program ini tidak hanya membantu menekan pengeluaran rumah tangga, tetapi juga berkontribusi pada terjadinya deflasi sebesar 0,09% secara tahunan pada Februari. Disisi lain, tambahnya, komponen Administered Price pun mencatat deflasi tajam hingga 9,02%, menjadi faktor utama penekan inflasi," lanjut Ibrahim.
Advertisement
Strategi Untuk Ramadan dan Idul Fitri 2025
Selain itu, tambahnya, pemerintah terus mempersiapkan langkah strategis menghadapi Ramadan dan Idulfitri 2025. Operasi pasar, gerakan pasar murah, hingga pengawasan distribusi pangan diperkuat untuk menjamin harga kebutuhan pokok tetap terjangkau.
Tak hanya kebutuhan pokok, insentif seperti diskon tarif tol dan pembebasan PPN untuk tiket pesawat juga digulirkan guna mendukung mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran.
"Melalui kebijakan ini dapat membantu masyarakat merayakan Idulfitri bersama keluarga tanpa terbebani biaya tinggi, sekaligus memberikan dorongan tambahan pada pertumbuhan ekonomi nasional," tutup Ibrahim.
