Kalah dari Malaysia, Penetrasi Bank Syariah Indonesia Masih di Bawah 7 Persen

Penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lainnya seperti Malaysia.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mar 2021, 12:40 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2021, 12:40 WIB
FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bank Syariah Indonesia  (BSI) Hery Gunardi, mengharapkan perbankan syariah di Indonesia bisa tumbuh dengan baik, namun disisi lain ia menilai penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lainnya.

“Kita juga mesti juga sadar bahwa penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat rendah kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain,” kata Hery dalam Webinar Era Baru Pembiayaan Syariah di Indonesia, Rabu (17/3/2021).

Di akhir tahun 2020 yang lalu penetrasi bank Syariah di Indonesia baru sekitar 6,51 persen atau masih di bawah 7 persen, dibandingkan dengan negara tetangga kita seperti Malaysia penetrasinya sudah hampir 30 persen.

“Apalagi dibanding negara-negara lain yang ada di middle east seperti Kuwait  (49 persen)  dan juga Saudi Arabia(63 persen) yang tentunya angkanya cukup fantastis cukup tinggi,” ujarnya.

Hery pun tidak menampik, bahwa Indonesia memang sedikit terlambat masuk ke bisnis keuangan Syariah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang sudah memulai pada tahun 60-an, sementara Indonesia baru memulai tahun 90-an.

“Di sisi lain juga tantangannya adalah di negara seperti Malaysia dan Brunei misalnya, pemerintah banyak sekali memberikan insentif ataupun benefit kepada industri keuangan Syariah, dari sisi tarif perpajakan diberi lebih kemudahan dibandingkan dengan perbankan konvensional,” katanya.

Menurutnya, perbankan syariah di negara-negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan lainnya itu bisa  tumbuh lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan negara Indonesia dikarenakan peran Pemerintah dalam mewujudkan bisnis keuangan Syariah itu sangat masif.

“Mudah-mudahan tahun ini dan tahun-tahun mendatang, dengan dukungan yang optimal diberikan oleh semua pihak baik pemerintah dan juga regulator tentunya juga pelaku industri keuangan syariah ini harapannya perbankan syariah Indonesia juga akan bisa tumbuh lebih cepat, sehingga bisa mendekati apa yang dicapai oleh perbankan konvensional,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Perbankan Syariah

Ilustrasi keuangan syariah
Ilustrasi keuangan syariah/Shutterstock.

Kendati begitu, dilihat dari kinerja perbankan syariah Indonesia di tengah kondisi yang cukup menantang di tahun 2020 dampak pandemi covid-19, masih dapat tumbuh baik dibandingkan dengan perbankan nasional, maupun perbankan konvensional.

“Bahwa perbankan syariah ini cukup resilient di tengah kondisi yang kurang menguntungkan dan Kalau kami memperhatikan karena bisnis model yang berbeda antara perbankan syariah dan perbankan konvensional,” jelasnya.

Di perbankan syariah tentunya konsep profit and loss sharing ini memberikan fleksibilitas kepada pemilik dana maupun perbankannya, untuk bisa melakukan adjustment pada saat kondisi kurang diuntungkan.

“Di perbankan syariah sendiri dari sisi aset di tahun 2020 yang lalu masih tumbuh double digit sebesar 13,11 persen, dana pihak ketiga juga mengalami pertumbuhan sebesar 11,88 persen, pembiayaan juga tumbuh positif  sebesar 8,08 persen,” kata Hery.

Sementara perbankan konvensional pertumbuhannya, dari sisi aset perbankan konvensional tumbuh sebesar 6,73 persen, pembiayaan negatif 3,02 persen, dan dana pihak ketiga tumbuh double digit 10,97 persen.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya