Liputan6.com, Jakarta - Banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) rugi besar akibat penugasan pengerjaan proyek dari pemerintah. Untuk itu, Mantan Sekretaris BUMN Said Didu memberikan dua solusi untuk menekan kerugian BUMN tersebut.
"Jalan keluarnya seperti apa? Ini pintunya sangat berat, ada dua. Pertama pintunya memberikan PMN dan kedua memang dijual," ujar Said Didu dalam diskusi online, Jakarta, Jumat (9/4/2021).
Baca Juga
Untuk pilihan kedua yaitu menjual proyek BUMN ke pihak swasta, cukup sulit dilakukan. Mengingat biaya pembangunan atau cost yang harus dikeluarkan cukup besar berada di atas rata-rata pembangunan proyek pada umumnya.
Advertisement
"Saya nggak yakin ini laku. Saya paham biayanya cost BUMN ini jauh lebih mahal dari biasanya 2010, 2011 itu pembangunan jalan tol itu hanya Rp 60 miliar per Km. Sekarang itu tol di luar kota Rp 100 miliar per Km. Di dalam kota itu Rp150-200 miliar per Km. Itu problem besar," jelasnya.
Said Didu menambahkan, sumber masalah utama kerugian ini adalah euforia pembangunan infrastruktur yang dibebankan kepada BUMN. Dimana kemudian, penugasan yang membebani BUMN menimbulkan kerugian besar berkepanjangan.
"Yang perlu diantisipasi bukan BUMN, BUMN boleh sakit, tapi janganlah. BUMN sekarang sakit dan penyakit itu sudah disebarkan kepada swasta. Tidak sedikit kontraktor dan subkontraktor tidak dibayarkan karena BUMN tak memiliki cash yang cukup," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3 Emiten BUMN Karya Catat Penurunan Pendapatan pada 2020
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menyoroti kinerja keuangan BUMN kelompok infrastruktur pada 2020. Ia menilai, kondisi kinerja keuangan BUMN infrastruktur haus kerongkongan.
Mengutip laman disway.id, Dahlan menulis hal tersebut bisa dibilang mengejutkan, dan bisa dibilang tidak. Ia menambahkan, sudah agak lama para pengamat ekonomi prediksi BUMN kelompok infrastruktur tinggal tunggu waktu. "Sulit atau sulit sekali,” tulis dia.
Dahlan menulis, pekerjaan infrastruktur memang gegap gempita tahun-tahun terakhir. Akan tetapi, bisnis tetaplah bisnis yang memiliki perilaku sendiri. Perilaku itu bersumber dari satu nafas yaitu uang.
Lalu bagaimana kinerja BUMN infrastruktur sepanjang 2020? Kali ini Liputan6.com merangkum sejumlah kinerja keuangan BUMN Karya pada 2020.
Sejumlah BUMN Karya mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih pada 2020. Berikut rangkumannya, ditulis Senin (5/4/2021):
Kinerja Keuangan PT PP Tbk pada 2020
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT PP Tbk (PTPP) mencetak pendapatan usaha turun 32,84 persen secara year on year (YoY). Pendapatan PT PP Tbk merosot menjadi Rp 15,83 triliun pada 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 23,57 triliun.
Hal itu mendorong laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 84,28 persen menjadi Rp 128,75 miliar pada 2020. Padahal perseroan meraup laba Rp 819,46 miliar pada 2019. Dengan demikian, laba per saham dasar menjadi Rp 21 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 132.
Total liabilitas turun menjadi Rp 39,46 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 41,11 triliun. Ekuitas PTPP merosot menjadi Rp 14 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,01 triliun. Aset perseroan tercatat Rp 53,47 triliun pada 2020. Realisasi aset ini turun dibandingkan 2019 sebesar Rp 56,13 triliun.
Kinerja Keuangan WIKA pada 2020
Demikian juga PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang mencatat penurunan pendapatan dan laba sepanjang 2020. Pendapatan bersih perseroan mencapai Rp 16,53 triliun pada 2020. Realisasi pendapatan tersebut turun 39,23 persen dari periode 2019 sebesar Rp 27,21 triliun.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat Rp 185,76 miliar pada 2020. Pencapaian laba itu turun 91,87 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,28 triliun.
Laba bersih per saham dasar pun merosot menjadi Rp 20,71 pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp 254,74.
Total liabilitas mencapai Rp 51,45 triliun pada 2020. Angka ini naik dibandingkan periode 2019 sebesar Rp 42,89 triliun. Ekuitas turun menjadi Rp 16,65 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,21 triliun. Aset perseroan naik menjadi Rp 68,10 triliun pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp 62,11 triliun.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengalami rugi sepanjang 2020. Perseroan mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 7,28 triliun pada 2020 dari untung Rp 872 miliar pada 2019.
Pendapatan PT Waskita Karya Tbk merosot 48,41 persen menjadi Rp 16,19 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 31,38 triliun. Dengan demikian, perseroan alami rugi per saham dasar menjadi Rp 543,58 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 69,11.
Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp 89,01 triliun pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp93,47 triliun. Ekuitas merosot menjadi Rp 16,57 triliun pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp 29,11 triliun. Aset turun menjadi Rp 105,58 triliun pada 2020 dari periode 2019 sebesar Rp 122,5 triliun pada 2019.
Advertisement