Industri 4.0 Bakal Bawa Indonesia Jadi Top 10 Ekonomi Global di 2030

Penerapan industri 4.0 dapat mewujudkan visi besar untuk menjadikan Indonesia bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.

oleh Tira Santia diperbarui 14 Apr 2021, 05:17 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2021, 13:10 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah optimistis penerapan industri 4.0 dapat mewujudkan visi besar untuk menjadikan Indonesia bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Aspirasi ini tertuang dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Seperti yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo pada pembukaan Hannover Messe 2021 DigitalEdition, bahwa kemajuan industri 4.0 akan menjadikan Indonesia Top 10 ekonomi global di tahun 2030,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (13/4/2021).

Menperin menjelaskan, peta jalan Making Indonesia 4.0 merupakan inisiatif strategi sekaligus menjadi agenda nasional, yang salah satu tujuannya untuk merevitalisasi sektor manufaktur nasional melalui pemanfaatan teknologi industri 4.0. Langkah ini diyakini membuat produksi industri semakin efisien dan berkualitas sehingga bisa lebih berdaya saing global.

“Artinya transformasi digital saat ini sangat penting, terlebih lagi dapat mendukung dan mempermudah aktivitas di tengah dampak pandemi, termasuk di sektor industri,” tuturnya. Hal ini akan memacu kinerjasektor industri untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional dan menyejahterakan masyarakat.

“Jadi, sesuai arahan Bapak Presiden, dengan industri 4.0 kita juga akan mewujudkan visi Indonesia Emaspada tahun 2045 nanti atau satu abad kemerdekaan Indonesia,” imbuhnya.

Sebab, industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PDB nasional.Di tahun 2025, industri ditargetkan mampu berkontribusi pada PDB nasional sebesar USD133 miliar. Sasaran ini akan di dukung dengan 185 juta penduduk yang telah memiliki akses internet, terbesar ke-4di dunia. Selain itu, Indonesia merupakan pemain ekonomi digital dan industri 4.0 tercepat di Asiatenggara.

“Apalagi, saat ini Indonesia memiliki sebanyak 2.193 startup, kelima terbesar di dunia. Dari jumlahtersebut, Indonesia telah memiliki lima unicorn dan satu decacorn. Ini adalah bagian dari kekuatan kitadalam menuju industri 4.0 yang berbasis riset dan inovasi,” papar Agus.

Hal itu selaras dengan tema utama yang diusung Hannover Messe 2021 Digital Edition, yakni “IndustrialTransformation” dan Indonesia melengkapinya dengan subtema “Making Indonesia 4.0”. Adapun taglineyang akan diusung dalam ajang Hannover Messe 2021 adalah “Connect to Accelerate”.

Menperin Agus optimistis, lewat gelaran Hannover Messe 2021 Digital Edition, akan terjadi transferteknologi melalui keikutsertaan Indonesia dalam upaya memperkenalkan kekuatan industri nasional danmendorong keterhubungan Indonesia dengan jejaring rantai suplai global. Selain itu, membuka peluangbesar untuk meningkatkan kerja sama dan investasi di sektor industri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

3 Hal Utama

Presiden Jokowi saat pembukaan Hannover Messe 2021 Digital Edition
Presiden Jokowi saat pembukaan Hannover Messe 2021 Digital Edition. (Dok. Kemenperin)

Saat pembukaan Hannover Messe 2021 Digital Edition, Presiden Jokowi menegaskan tiga hal utama dalam mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Pertama, penguatan SDM industri 4.0sebagai sebuah kebutuhan. Apalagi, Indonesia akan memiliki bonus demografi yang perlu dioptimalkan.

“Pada tahun 2030, jumlah usia produktif di Indonesia tumbuh dua kali lipat. Tantangannya adalah penyiapan SDM yang mampu menghadapi teknologi masa depan, misalnya big data, artificialintelligence, dan internet of things,” paparnya.

Di samping itu, untuk meningkatkan kompetensi SDM Indonesia, diperlukan pengembangan pendidikan vokasi, penguatan riset, dan penguatan universitas berbasis teknologi.

Langkah kedua adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi industri 4.0. Salah satunya melaluipenerbitan UU Cipta Kerja yang akan mempermudah izin usaha dan memberikan kepastian hukum.

“UU Cipta Kerja juga memberikan insentif bagi ekonomi digital dan mendukung pengembangan industri 4.0,” kata Presiden.

Ketiga, yakni investasi pada pembangunan hijau. Berdasarkan World Economic Forum, potensi ekonomihijau atau pembangunan hijau sangat besar. Peluang bisnisnya sebesar USD10,1 triliun dan menciptakansebanyak 395 juta lapangan pekerjaan baru hingga tahun 2030.

Menurut Kepala Negara, terkait pembangunan hijau, berbagai terobosan telah dilakukan di Indonesia.Misalnya, pembangunan Bio atau green diesel dari kelapa sawit dan pemasangan Pembangkit ListrikTenaga Surya (PLTS) atap di sektor rumah tangga.

“Proyek ini akan menciptakan puluhan ribu lapangankerja baru, namun juga mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Di saat yang sama, lanjut Presiden, Indonesia siap berkontribusi pada energi masa depan. “Sebagai negara produsen nikel terbesar dunia, Indonesia juga mengembangkan pengolahan biji nikel menjadibaterai lithium sebagai komponen utama baterai ponsel maupun mobil listrik,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kanselir Jerman Angela Merkel menyampaikan, Jerman ingin menjadikan Indonesia sebagai mitra utama dalam menjalankan transformasi digital.

“Apalagi tahun depan Indonesiamenjadi Ketua dalam G20 dan Jerman sebagai Ketua G7, sehingga kedua negara sama-sama berperanpenting,” tuturnya.

Menurut Merkel, gelaran Hannover Messe 2021 juga menjadi momentum penting bagi Indonesia danJerman dalam upaya memberikan kontribusi ekonomi dan pembangunan untuk kedua negara.

“Selain itu, kedua negara berusaha untuk bersama mencari jalan keluar dalam menghadapi kondisi pandemisaat ini, termasuk menguatkan rantai pasok,” imbuhnya.

Lebih lanjut, diperlukan perluasan kerja samaIndonesia dan Jerman hingga tingkat global, khususnya di bidang ekonomi dan industri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya