Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melaporkan pantauan pangan yang mengalami lonjakan harga di awal Ramadan ini.
Deputi Kajian dan Advokasi KPPU Taufik Ariyanto mengatakan, di 6 wilayah kerja KPPU, kenaikan harga pangan umumnya terjadi untuk komoditas daging ayam, cabai hingga sapi.
"Untuk Kanwil I (wilayah Aceh, Medan dan sekitarnya) terpantau kenaikan harga komoditas daging sapi, cabai, bawang sebesar 16 persen," ujar Taufik dalam konferensi pers KPPU, Jumat (16/4/2021).
Advertisement
Adapun, kenaikan harga pangan untuk daging di Kanwil I disebabkan permintaan masyarakat Aceh dan Medan yang meningkat signifikan di awal Ramadan. Lalu untuk Kanwil II yang meliputi wilayah Lampung, Sumatera dan Kepulauan Riau, harga pangan relatif stabil walaupun ada gejolak di daging ayam dan telur karena adanya kenaikan harga pakan ternak, demikian pula harga cabai dan bawang.
Kemudian di Kanwil III yang meliputi wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, harga daging ayam, telur ayam, daging sapi naik 10 hingga 15 persen karena beberapa faktor, mulai dari rantai pasok hingga harga impor daging sapi yang sudah tinggi.
"Kanwil IV Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB, itu daging ayam potong naik hampir 30 persen," lanjut Taufik.
Untuk Kanwil V yang meliputi daerah Kalimantan dan sekitarnya, harga cabai segala jenis naik 20 persen. Terakhir, untuk Kanwil VI yang meliputi wilayah Sulawesi, Maluku hingga Papua, terjadi kenaikan harga pada komoditas bawang merah, daging ayam, telur ayam sebesar 11 hingga 25 persen.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penyebab
Taufik melanjutkan, gejolak harga pangan ini disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, faktor cuaca dan iklim yang semakin tidak dapat diprediksi.
Faktor pertama ini menjadi penyebab munculnya faktor kedua, yaitu hambatan logistik, dimana cuaca buruk tidak hanya menyebabkan gagal panen (untuk komoditas tanaman pangan) namun juga menghambat penyaluran komoditas ke pasar.
"Faktor ketiga ini yang menjadi fokus kami, yaitu distribusi yang panjang, ini kita duga menyebabkan harga yang tidak simetris," jelas Taufik.
Â
Advertisement