Harga Minyak Turun Menyusul Lonjakan Covid-19 di India

Harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,30 atau 2,0 persen menjadi USD 65,27 per barel.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Apr 2021, 08:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) turun untuk hari kedua ke level terendah dalam seminggu.

Penurunan harga minyak ini dampak dari peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS dan kekhawatiran melonjaknya kasus COVID-19 di India akan menurunkan permintaan bahan bakar di importir minyak terbesar ketiga di dunia.

Dikutip dari CNBC, Kamis (22/4/2021), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,30 atau 2,0 persen menjadi USD 65,27 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juni ditutup 2,11 persen atau USD 1,32, lebih rendah pada USD 61,35 per barel.

Itu menempatkan kedua patokan harga minyak dunia tersebit berada di jalur untuk penutupan terendah sejak 13 April.

"Harga minyak turun hari ini karena ... perkembangan bearish memaksa pedagang untuk mengabaikan force majeure sebagian tetapi bullish Libya pada ekspor," kata Louise Dickson, Analis Pasar Minyak di Rystad Energy.

Dia menunjuk pada penumpukan persediaan minyak mentah AS dan terus meningkatnya infeksi COVID-19 di India dan negara lain.

India, pengguna minyak terbesar ketiga di dunia, pada hari Rabu melaporkan rekor peningkatan lain dalam jumlah kematian harian akibat COVID-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Stok Minyak Mentah AS

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Stok minyak mentah AS secara tak terduga naik tipis pekan lalu, Administrasi Informasi Energi mengatakan pada hari Rabu, mengonfirmasi data oleh American Petroleum Institute sehari sebelumnya.

Persediaan minyak mentah naik 594.000 barel dalam sepekan hingga 16 April menjadi 493 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 3 juta barel.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia (OPEC+) sedang menuju pertemuan teknis minggu depan di mana perubahan besar pada kebijakan tidak mungkin terjadi, kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak dan sumber OPEC+.

Sementara itu di Libya, National Oil Corp (NOC) negara itu mengumumkan force majeure pada hari Senin atas ekspor dari pelabuhan Hariga dan mengatakan pihaknya dapat memperpanjang tindakan itu ke fasilitas lain karena perselisihan anggaran dengan bank sentral negara itu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya