Tren Belanja Masyarakat Mulai Naik, Kecuali di Bali dan NTT

Belum bangkitnya sektor pariwisata dan bencana alam yang terjadi di NTT dan NTB di awal April membuat belanja masyarakat di wilayah Bali & Nusa Tenggara terus melemah.

oleh Andina Librianty diperbarui 28 Apr 2021, 20:40 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2021, 20:40 WIB
Jelang Ramadan, Tanah Abang Ramai
Suasana di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Menjelang bulan Ramadan, Pasar Tanah Abang mulai dipadati pengunjung untuk berbelanja busana, namun menurut pedagang jumlah pengunjung bulan Ramadan kali ini tidak seramai sebelum pandemi Covid-19. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tren belanja masyarakat merupakan salah satu leading indicator penting untuk melihat arah perekonomian nasional. Namun demikian data-data belanja secara nasional hampir sulit didapatkan atau, bila tersedia, seringkali kurang termutakhir.

Mengingat hal ini, Mandiri Institute sejak awal tahun 2020 melakukan kajian khusus mengenai tren belanja masyarakat dengan memanfaatkan high-frequency transaction data. Hasil kajian ini bertransformasi menjadi Mandiri Spending Index.

Kepala Mandiri Institute Teguh Yudho Wicaksono menjelaskan, Mandiri Spending Index (MSI) dibangun dengan memperhitungkan komposisi belanja berdasarkan sub-kategori belanja, seperti supermarket, restoran, household, fashion, dan lain sebagainya. Komposisi ini digunakan sebagai pembobot untuk menyusun indeks belanja.

Melalui indeks ini Mandiri Institute dapat mengamati tren pergerakan belanja masyarakat Indonesia sejak awal 2020 hingga saat ini. Dengan data yang terkini, indeks ini juga merekam kondisi terakhir belanja. Hal ini dapat membantu pemerintah dan sektor usaha untuk mengamati situasi terakhir.

Data menunjukkan adanya kenaikan belanja yang terjadi sejak akhir triwulan I 2021 hingga awal triwulan II 2021. Perbaikan belanja ini terjadi pada semua komponen utama belanja masyarakat, pada semua kelompok penghasilan masyarakat, dan terjadi merata di semua wilayah kecuali Bali & Nusa Tenggara.

"Belum bangkitnya sektor pariwisata dan bencana alam yang terjadi di NTT dan NTB di awal April membuat belanja masyarakat di wilayah Bali & Nusa Tenggara terus melemah," jelas Teguh dalam keterangan tertulis, Rabu (28/4/2021).

Relaksasi kebijakan PPKM dan juga bulan Ramadan mendorong kenaikan belanja yang terkait dengan supermarket, restoran dan fesyen. Seiring dengan meningkatnya aktivitas bekerja dari kantor (work from office) telah mendorong kenaikan permintaan pakaian dan produk fesyen lainnya seperti sepatu dan tas.

Kenaikan belanja produk fashion terutama berasal dari belanja kelompok masyarakat dengan penghasilan yang lebih tinggi (higher income). Tren ini semakin menguat memasuki triwulan kedua 2021.

Dalam hal belanja berdasarkan pendapatan masyarakat, tingkat belanja masyarakat dengan penghasilan yang lebih tinggi (higher income) pada triwulan II 2021 relatif telah sama dengan level prapandemi.

Kenaikan ini merupakan pertama kalinya sejak permulaan pandemi di awal 2020. Pengendalian Covid-19 dan distribusi vaksin yang cepat akan menjadi kunci untuk mengembalikan keyakinan masyarakat, terutama kelompok menengah atas. Hal ini akan menjadi pendorong besar pertumbuhan konsumsi di Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berdasarkan Provinsi

Bulan Ramadhan, Perlengakapan Ibadah Mulai Ramai Diburu
Calon pembeli memilih perlengkapan ibadah di pasar Tanah Abang Jakarta, Sabtu (17/4/2021). Saat bulan Ramadhan, umat muslim ramai berbelanja perlengkapan ibadah seperti, tasbih, sajadah, peci dan baju muslim untuk dipergunakan saat beribadah di bulan suci. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Secara spasial, tingkat belanja di sebagian besar propinsi-propinsi di Jawa terus meningkat di atas level prapandemi dan merupakan yang tertinggi sejak permulaan pandemi. Namun demikian propinsi DI Yogyakarta dan Bali—dua propinsi yang banyak bergantung pada sektor pariwisata—masih mengalami tekanan.

Meskipun demikian, tingkat belanja di DI Yogyakarta terus menunjukkan pemulihan yang solid. Hal yang berbeda dengan belanja masyarakat di Bali masih terus dalam tekanan.

Ketimpangan pemulihan ekonomi antara propinsi Bali dengan daerah-daerah lainnya berpotensi memperlebar disparitas ekonomi. Dalam jangka panjang, diversifikasi sektor-sektor utama pendorong ekonomi di tiap wilayah menjadi penting.

Hal ini diharapkan dapat mengurangi risiko ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sektor tertentu. Dalam jangka pendek, bantuan sosial—seperti ekspansi bantuan langsung tunai—dapat mengurangi beban masyarakat dan berpotensi menggerakan konsumsi masyarakat di Bali. 

Usulan Kebijakan dari Mandiri Institute

Data menunjukkan pemulihan solid belanja masyarakat yang terjadi sejak Maret hingga awal April 2021. Tren ini akan semakin kuat seiring memasuki triwulan kedua 2021. Di satu sisi, hal ini membangkitkan optimisme masyarakat.

Namun demikian, optimisme ini tampaknya mendorong sebagian masyrakat menjadi lengah dalam protokol kesehatan. Dalam beberapa hari terakhir, terlihat adanya kenaikan dalam jumlah kasus baru COVID-19.

Hal ini menjadi catatan bagi masyarakat dan pemerintah. Terkait dengan hal ini, memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan menjadi penting untuk menghindari adanya gelombang baru kenaikan kasus COVID-19.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya