Liputan6.com, Jakarta - Industri perbankan syariah ternyata lebih mampu bertahan di tengah gejolak ekonomi. Hal ini terlihat di tengah pandemi covid-19 ini, industri perbankan syariah bisa tumbuh di atas industri perbankan konvensional.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, secara umum perbankan syariah lebih berdaya tahan dalam menghadapi gejolak ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari pola perjanjian kerja sama dan model kontrak yang diterapkan.
Baca Juga
"Perbankan syariah lebih resisten terhadap syok-syok yang terjadi di masyarakat. Ini ada hubungannya dengan pola perjanjian dan model kontrak," kata Banjaran dalam Economic Outlook Bank Syariah Indonesia, Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Advertisement
Dia menjelaskan, dalam perjanjian atau model kontrak pembiayaan syariah menggunakan pendekatan ekonomi yang bersifat kebermanfaatan. Sehingga dari sisi pembiayaan biasanya berbasis aset.
Inilah yang membuat pertumbuhan bank syariah khususnya Bank Syariah Indonesia tertolong di tengah dampak pandemi. "Jadi memang pertumbuhan aset BSI ini tertolong pembiayaan-pembiayaan yang sifatnya asset base," kata dia.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dapat kepercayaan
Di sisi lain, bank syariah secara umum telah mendapatkan kepercayaan lebih dari masyarakat. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh menjadi pendapatan biaya dasar (fee base income) bank. Cost of Fund (CoF) perusahaan juga membantu perbankan lewat dua produknya.
"Itu juga jadi salah satu penyumbang yang signifikan," kata dia.
Sebab sebelum virus corona menjadi pandemi, pendapatan perusahaan mengandalkan bisnis haji dan umroh, emas baik gadai atau cicil. Maka, efisiensi yang dilakukan dibarengi dengan pertumbuhan DPK menjadikan perbankan syariah lebih berdaya tahan.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement