Investasi di Sektor Hulu Migas Anjlok hingga USD 10 Miliar dalam 6 Tahun Terakhir

Harus ada investasi baru di hulu migas untuk mendorong peningkatan penerimaan migas.

oleh Athika Rahma diperbarui 10 Jun 2021, 14:15 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2021, 14:15 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, investasi di sektor hulu minyak dan gas (hulu migas) mengalami tren penurunan sejak 2014.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengatakan, investasi hulu migas tahun 2020 berada di angka USD 10 miliar atau sekitar Rp 142,45 triliun (asumsi kurs Rp 14.245), anjlok 50 persen dari tahun 2014 yang sebesar USD 20 miliar.

"Investasi hulu migas masih sangat terbatas. Kita masih harus menemukan cara untuk bisa mengundang eksplorasi lebih banyak sehingga kita bisa manfaatkan reserve yang katanya masih cukup banyak di Indonesia," ujar Isa dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (10/6/2021).

Lanjutnya, cekungan yang saat ini beroperasi umumnya klasifikasinya mature (lapangan tua) sehingga tidak dapat diharapkan akan mengalami keberlanjutan operasi.

Oleh karenanya, memang harus ada investasi baru di hulu migas untuk mendorong peningkatan penerimaan migas.

"Tentunya kita berharap para pihak di otoritas perminyakan dan pergas-an dapat mencari mitra baru atau mitra lama tumbuh kembali minatnya agar bisa meningkatkan investasi hulu migas," kata Isa.

Isa bilang, dalam konteks penerimaan negara, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi penerimaan negara di sektor migas mulai dari permintaan global, harga minyak mentah Indonesia, lifting, investasi, geografi dan infrastruktur, kebijakan dan regulasi serta transisi energi.

"Secara komprehensif memang harus kita lihat secara lengkap," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dorong Investasi Hulu Migas, Pemerintah Siapkan Insentif

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan investasi saat ini mulai beralih dari sektor hulu migas ke energi baru terbarukan. Oleh sebab itu, pemerintah saat ini tengah berusaha untuk menahan penurunan investasi di sektor tersebut dengan rencana pemberian insentif.

Rencana ini juga sudah disampaikan kepada Kementerian Keuangan. Pemberian insentif dinilai juga dapat meningkatkan minat para investor Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk meningkatkan produksinya, terutama di sumur-sumur eksisting yang sudah lama dieksploitasi.

"Ini memang perlu kita perhatikan, sehingga bisa memberikan motivasi untuk bisa meneruskan produksinya dan meningkatkan produksi," kata Arifin dalam konferensi pers pada Rabu (9/6/2021).

Saat ini, peralihan investasi ke energi baru terbarukan masih dalam proses. Sehingga, masih ada peluang untuk meningkatkan investasi di sektor hulu migas.

Indonesia saat ini, kata Arifin, masih menjadi salah satu lokasi di dunia yang menarik untuk investasi sektor hulu migas. Oleh sebab itu, pemerintah harus bisa memberikan penawaran yang baik dan menarik untuk menarik para investor.

Selain insentif, menurut Arifin, pemerintah harus memiliki data yang lengkap mengenai industri tersebut. Hal ini akan menjadi pedoman bagi investor yang akan masuk ke Indonesia.

Selain itu, juga harus dilakukan pemangkasan proses perizinan. Jangan sampai prosesnya memakan waktu yang lama sampai satu tahun.

"Jangan sampai ada 100 izin harus dilewati dan baru keluar setahun, itu kan membuat mahal ongkos dan membuat investor frustasi. Itu PR yang harus kita kerjakan dengan cepat," ungkapnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya