Liputan6.com, Jakarta PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tandatangani kerjasama operasi (KSO) tentang teaching factory pengelolaan minyak jelantah dengan menggunakan integrated biodiesel laboratory.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa minyak jelantah dapat diolah menjadi biodiesel dapat diolah dan dirubah menjadi biodiesel yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk kendaraan maupun mesin berbahan dasar solar. Namun, saat ini belum banyak instansi terkait yang serius untuk memanfaatkan hal tersebut untuk merubah minyak goreng bekas pakai (jelantah) menjadi biodiesel dan gliserin.
Seremonial kerjasama ini dilaksanakan secara daring, ditandatangani langsung oleh M. Kuncoro Wibowo, Direktur Utama BGR Logistics dengan Mochamad Ashari, Rektor ITS dari tempat kerja masing-masing.
Advertisement
Kerjasama ini merupakan tindaklanjut atas perjanjian yang telah dilaksanakan pada Oktober 2020. Ke depannya Kerjasama ini akan berfokus pada proses eksekusi dimana akan dikembangkan suatu ekosistem yang dapat memproduksi bahan bakar nabati sendiri.
M. kuncoro Wibowo menjelaskan bahwa antara BGR Logistics dan ITS sepakat membentuk Tim KSO untuk segera realisasikan kerjasama ini sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak serta masyarakat luas nantinya.
"BGR Logistics sebagai beyond digital logistics company melihat dan menginginkan suatu inovasi terkait daur ulang minyak jelantah yang potensi ke depannya sangat besar bagi masyarakat dan lingkungan," katanya, Selasa (29/6/2021).
Pembangunan Teaching Factory Integrated Biodiesel Laboratory ini dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan/atau civitas akademika ITS dalam mengelola minyak bekas goreng pakai (jelantah) menjadi Bahan Bakar Nabati (BBN) Biodiesel dan Gliserin. Hasil produksi mini plant Biodiesel (sesuai SNI) akan digunakan sebagai bahan bakar kendaraan BGR Logistics dan/atau komersialisasi produk Biodiesel dan Gliserin yang dilakukan oleh ITS.
Kuncoro mempertimbangkan mengenai kebutuhan bahan bakar yang sangat tinggi untuk menunjang mobilitas bisnis BGR Logistics. Salah satunya adalah bahan bakar yang dibutuhkan untuk armada truk yang kami miliki.
“Kami yakin kebutuhan bahan bakar di Indonesia sangat tinggi, tidak terkecuali armada BGR Logistics sehingga dibutuhkan alternatif bahan bakar pengganti,” paparnya.
"Ketika kendaraan BGR Logistics dapat memanfaatkan hasil olahan ini untuk bahan bakar, maka biaya operasi kami dapat ditekan dan pelanggan dapat mendapatkan biaya logistik yang lebih efisien lagi," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tingkatkan Nilai Tambah
Kerjasama ini juga dapat meningkatkan nilai tambah serta menambah portofolio jasa BGR Logistics untuk ke depannya. Memberikan nilai tambah bagi ITS terkait pemanfaatan Teaching Factory Mini Plant untuk pembelajaran dan penelitian pengelolaan Minyak Jelantah menjadi Biodiesel dan Gliserin.
Ke depannya, KSO ini memberikan nilai tambah secara langsung kepada masyarakat yang memiliki minyak jelantah. Mereka dapat menjualnya kepada kita untuk di olah menjadi biodiesel dan gliserin. Dengan demikian, potensi pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak jelantah ini dapat ditekan dan diminimalisir.
Sementara itu, Mochamad Ashari menyatakan, kerja sama ini menjadi tonggak sejarah baru untuk mengembangkan suatu teaching factory. Bentuk kerja sama ini akan memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, kampus, revenue, pengembangan, hingga kolaborasi baik dengan kementerian dan instansi lainnya.
Ke depannya, BGR Logistics dan ITS akan meneruskan program kerja sama ini sebagai wujud kontribusi dalam mendukung upaya penghijauan di Indonesia. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah dalam menetapkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif utama.
“Kami berharap program ini dapat diresmikan pada Dies Natalis ITS ke-61, sehingga dapat segera dimanfaatkan,” sambung Ashari lagi penuh harap.
Lebih lanjut diterangkan oleh Wakil Rektor IV Bambang Pramujati juga ikut hadir dan menyampaikan program kerja sama ini merupakan mini plan terhadap sarana pembelajaran dan penelitian. Yakni dalam pengelolaan hingga produksi bahan bakar nabati biodiesel dan gliserin dengan bahan baku minyak jelantah. “Minyak jelantah merupakan salah satu limbah yang banyak diproduksi terlebih dari industri pangan,” tutur Dosen Departemen Teknik Mesin ini.
Menurut Bambang, proses pelaksanaan akan dilaksanakan sebanyak dua tahap secara garis besar. Pada tahap pertama akan dilakukan riset pengelolaan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kemudian akan dilanjutkan dengan proses produksi, utilisasi, hingga komersialisasi. “ITS memperkirakan mampu memproduksi 1.000 liter setiap 5 jam produksi,” tandasnya optimistis.
Untuk rancangan pelaksanaan, proses telah dimatangkan secara paralel, mulai dari detail layouting daerah yang aman untuk menjadi sasaran wilayah hingga penyusunan daftar perawatan. Rencana utama daerah sasaran adalah kawasan Sains Techno Park (STP) ITS pada klaster otomotif.
Advertisement